• Login
  • Register
Senin, 15 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Para Sufi juga Mencari Nafkah

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
04/06/2020
in Hikmah
0
35
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Hidup, mati, rizki dan jodoh di Tangan Tuhan. Begitu banyak orang berkata. Ini sepenuhnya benar. Tuhanlah yang menentukan segalanya. Tetapi apakah dengan begitu manusia pasrah saja, tawakkal. Apakah manusia tak perlu berusaha dan bekerja untuk bisa tetap hidup sehat, punya rizki yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya dan memiliki pasangan hidup yang membahagiakannya?

‘Umar bin Khatthab pernah mengatakan kepada orang-orang yang memahami tawakkal sebagai pasrah kepada Tuhan sepenuhnya tanpa harus bekerja atau berusaha (kasab):

ان السماء لا تمطر ذهبا

“Inna al-Sama-a La Tumthiru Dzahaban wa La Fiddhah” (Tuhan tidak akan menurunkan emas atau perak dari langit).

Ucapan ini mengandung makna bahwa rizki, begitu juga sehat dan jodoh, tidak bisa diperoleh dan dihasilkan hanya dengan mengandalkan atau menunggu pertolongan Tuhan semata atau mengharapkan pemberian dan belas kasih orang lain, melainkan harus dicari melalui usaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)
  • Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri
  • Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental
  • Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

Baca Juga:

Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)

Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri

Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental

Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

لا تكونوا كلا علی الناس

“Janganlah kalian jadi beban orang lain”.

Ibn Athaillah al-Sakandari mengatakan :

ارادتك التجريد مع اقامة الله إياك فى الاسباب من الشهوة الخفية

“Keinginanmu untuk melepaskan diri dari ketergantungan kepada usaha (kerja) mu saat Tuhan masih menghendakimu berusaha/bekerja, adalah keinginan yang menyembunyikan hasrat”.

Para ulama besar dan kaum sufi selalu menekankan pentingnya bekerja atau memiliki pekerjaan. Mereka sendiri juga terlibat dalam usaha perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan, menjahit, bertenun dan pekerjaan-pekerjaan yang yang sesuai dengan masanya.

Abû Hanîfah dikenal sebagai al-Bazzaz, pedagang kain. Ia mempunyai toko dan melayani sendiri. Pada saat-saat tidak ada pembeli, Abû Hanîfah mengisi waktunya dengan membaca buku/kitab atau memberi fatwa. Fatwa adalah jawaban atas pertanyaan orang lain tentang suatu masalah atau hukum.

Sari al-Saqathî, seorang sufi besar (w.255H/871M) adalah seorang saudagar bangunan di pasar. Abû al-Qâsim al-Junaidî (w. 295H/910M) memiliki toko pemotong kaca dan melayani sendiri para pembelinya. Abû Husain al-Nûri pernah menceritakan tentang sosok al-Qursyairî (w. 465H/1072M), sufi besar dan penulis buku Tasawuf terkenal Risâlah al-Qusyairiyah. Katanya:

“Setiap pagi ia (al-Qursyairî) berangkat dari rumahnya menuju tokonya dan membeli beberapa potong roti di tengah jalan. Ia memberikan sebagian roti yang dibelinya tersebut untuk disedekahkan kepada orang yang memerlukannya. Menjelang shalat zhuhûr ia pergi ke masjid untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah. Setelah itu ia kembali lagi ke tokonya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa setiap hari ia berpuasa. Para pedagang yang lain menyangka bahwa ia telah sarapan atau makan di rumahnya. Sementara orang rumah menduga ia sudah makan di pasar. Selama dua puluh tahun ia melakukan pekerjaan seperti itu.”

Ibnu Khafîf memberitahukan kepada kita: “Pada masaku kebanyakan para guru sufi memiliki pekerjaan sebagai penghidupan (penopang hidup) mereka. Aku sendiri belajar memintal benang. Hasilnya aku jual di pasar untuk menghidupi keluargaku”. (Warisan Sufi, I/8).

Nabi Muhammad saw pernah mengatakan: “Wa lâ takûnu Kallan ‘alâ al-Nâs” (janganlah kamu membebani orang lain). Ketika Nabi bersama sahabat-sahabatnya melakukan sebuah perjalanan perang di luar kota, mereka melihat seorang pemuda dengan tubuh yang kekar tengah mencangkul di sawah.

Salah seorang sahabat bergumam sendiri: “Andaikata saja ia kita tarik untuk ikut perang bersama kita”. Nabi mendengar gumaman tersebut lalu memberi komentar: “Jika ia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya maka ia adalah Jihad fi sabilillah, berjuang di jalan Tuhan, sama seperti kita.” []

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

mempelai

Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)

14 Agustus 2022
nikah sirri

Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri

14 Agustus 2022
Nabi Ibrahim

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)

13 Agustus 2022
fiqh

Fiqh Itu Tidak Statis

13 Agustus 2022
satu visi

Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (3)

13 Agustus 2022
Nabi Melarang Menyakiti

Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

13 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Makna Kemerdekaan

    Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (1)
  • Beri Sanksi Tegas Bagi Pelaku Nikah Sirri
  • Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental
  • Masalah Ketimpangan Gender dalam Dunia Pendidikan
  • Keluarga Satu Visi Ala Nabi Ibrahim As (4)

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist