• Login
  • Register
Sabtu, 30 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Patung Putri Duyung Menggunakan Kemben; Salah Patung Apa?

Zahra Amin Zahra Amin
27/03/2019
in Kolom
0
Putri Duyung Ancol

Foto: suara[dot]com

18
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Patung putri duyung dipakaikan sehelai kain, sehingga terlihat patung putri dayung menggunakan kemben. Patung itu berada di depan Putri Duyung Resort Ancol Jakarta Utara, yang kemudian viral di media sosial. Fenomena itu menjadi pertanyaan besar saya beberapa hari terakhir ini. Apa yang salah dengan cara pandang kita terhadap simbol tubuh perempuan?

Karena jika terkait kemben, maka yang ditutupi adalah payudara atau gandul mamae, yang merupakan bagian dari organ reproduksi dan alat seksual milik perempuan. Sementara Indonesia, yang dahulu kala disebut sebagai Nusantara, secara tradisi, para perempuannya mengenakan pakaian dengan bagian dada serta bahu yang terbuka.

Dan laki-laki biasa saja menanggapinya. Tidak emosional dan salah kaprah mengaitkan dengan kenikmatan seksual, birahi dan libido lelaki. Sehingga lagi-lagi saya bertanya, apa yang salah dengan persepsi kita pada fisik perempuan, jika semua hal yang terkait dengan tubuh perempuan lalu diasumsikan dengan kepuasan seksual.

Akhirnya semua tanya itu terjawab, ketika dalam satu kesempatan kegiatan Mubadalah di Semarang, saya berbincang dengan Ibu Dr. Nur Rofiah, bil. Uzm. Tanggapan beliau pada patung kemben tersebut, menurutnya ada kekhawatiran tentang perubahan cara pandang kita yang menjadi lebih seksis.

Ghodldlul bashar, yakni penundukan pandangan agar jangan melihat lawan jenis secara seksual, tapi melihat manusia sebagai makhluk spiritual dan intelektual.  Karena itu adalah jati diri yang utama. Jadi bagaimana kita bisa mengontrol cara pandang ini.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Artificial Intellegence dalam Perspektif Gender
  • 4 Hal yang Harus Diajarkan tentang Pengetahuan Seks Usia Anak
  • Pendidikan Seksual, (Masih) Penting Kah?
  • Seksualitas Perempuan Dalam Ruang Publik

Baca Juga:

Artificial Intellegence dalam Perspektif Gender

4 Hal yang Harus Diajarkan tentang Pengetahuan Seks Usia Anak

Pendidikan Seksual, (Masih) Penting Kah?

Seksualitas Perempuan Dalam Ruang Publik

“Kalau sudah seksis, tidak hanya patung, nanti kambing juga akan dipakaikan baju,” selorohnya di sela-sela perbincangan.

Strateginya merubah cara pandang kita, membangun kesadaran cara pandang, menundukkan, dan mengontrol cara pandang, sehingga peradaban secara intelektual dan spiritual kita sebagai manusia akan terbangun melihat dunia. Tidak hanya bertumpu pada persoalan seks, karena nanti tidak hanya patung saja yang dianggap menggoda, padahal itu adalah sebuah karya seni.

Nanti, ditambahkan Nur Rofiah, tidak hanya patung bahkan sampai pada boneka, binatang atau bayi juga harus ditutup. Mengapa bayi tidak punya kewajiban untuk menutup aurat. Sebab bayi adalah anak-anak yang harus dilindungi dan disayang. Tetapi kalau pikiran kita seksis, maka harus ikut ditutupi juga.

Dengan kondisi yang demikian itu, mengapa seolah ada pembiaran, menurut Nur Rofiah itu terkait soal relasi kuasa. Siapa yang punya otoritas maka dia nanti yang akan menentukan cara pandang orang lain. Dengan fakta seperti itu, sama saja dengan menunjukkan cara pandang seksis orang-orang di sekitar kita yang semakin kuat.

Lalu ada yang lebih bahaya lagi dari cara pandang seperti itu, yakni menyalahkan pihak lain atas kegagalan diri sendiri. Nur Rofiah mencontohkan, kalau saya maksiat artinya itu karena ada yang lain. Bukan sebab ada persoalan dari diri sendiri. Itu cara beragama yang harus diperbaiki. Beragama itu kalau ujiannya kuat, maka keimanannya juga akan semakin kuat.

Sehingga menurut penulis, ada dua tantangan ke depan:

  • Pertama, bagaimana mengubah cara pandang kita terhadap lawan jenis, baik lelaki maupun perempuan, agar tidak lagi seksis. Tetapi sama-sama sebagai manusia yang memiliki dimensi intelektual serta spiritual.
  • Kedua, terkait dengan relasi kuasa, bagaimana mendorong relasi yang setara antara lelaki dan perempuan, untuk kemudian melahirkan kebijakan yang tidak seksis dan saling membahagiakan. Dengan tujuan kemaslahatan bersama bagi laki-laki dan perempuan di masa depan.[]
Tags: ancolbias genderkembenNur Rofiahputri duyungseksualitas
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Tadarus

Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara

29 September 2023
Ning Sheila Hasina

Melawan Catcalling dengan Elegansi ala Ning Sheila Hasina

29 September 2023
PRT

Urgensi Pengesahan RUU PPRT: Payung Hukum untuk Lindungi Para Pekerja Rumah Tangga

29 September 2023
Misi Utama Kenabian

Maulid Nabi: Meneladani Rasulullah saw; Upaya Menegakkan Misi Utama Kenabian

28 September 2023
maulid nabi

Refleksi Maulid Nabi dan Spirit Menjaga Lingkungan

28 September 2023
Masjid Ramah Perempuan

Sudahkan Masjid Ramah Perempuan dan Anak?

27 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    Dalil Tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Pengesahan RUU PPRT: Payung Hukum untuk Lindungi Para Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memahami Hadits Kecaman Alat Pembajak Tanah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Rasulullah dalam Menjaga Tiga Relasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Tadarus Subuh: Banyak Perempuan Masa Nabi Saw Ikut Bela Negara
  • Film Air Mata di Ujung Sajadah: Dilema Ibu Kandung dan Ibu Asuh, Siapa yang Lebih Berhak?
  • Nabi Muhammad Saw: Sosok Sang Pemimpin Besar
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis
  • Buku Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama: Nabi Saw Menghormati Jenazah Non-Muslim

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist