• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Patung Putri Duyung Menggunakan Kemben; Salah Patung Apa?

Zahra Amin Zahra Amin
27/03/2019
in Kolom
0
Putri Duyung Ancol

Foto: suara[dot]com

34
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Patung putri duyung dipakaikan sehelai kain, sehingga terlihat patung putri dayung menggunakan kemben. Patung itu berada di depan Putri Duyung Resort Ancol Jakarta Utara, yang kemudian viral di media sosial. Fenomena itu menjadi pertanyaan besar saya beberapa hari terakhir ini. Apa yang salah dengan cara pandang kita terhadap simbol tubuh perempuan?

Karena jika terkait kemben, maka yang ditutupi adalah payudara atau gandul mamae, yang merupakan bagian dari organ reproduksi dan alat seksual milik perempuan. Sementara Indonesia, yang dahulu kala disebut sebagai Nusantara, secara tradisi, para perempuannya mengenakan pakaian dengan bagian dada serta bahu yang terbuka.

Dan laki-laki biasa saja menanggapinya. Tidak emosional dan salah kaprah mengaitkan dengan kenikmatan seksual, birahi dan libido lelaki. Sehingga lagi-lagi saya bertanya, apa yang salah dengan persepsi kita pada fisik perempuan, jika semua hal yang terkait dengan tubuh perempuan lalu diasumsikan dengan kepuasan seksual.

Akhirnya semua tanya itu terjawab, ketika dalam satu kesempatan kegiatan Mubadalah di Semarang, saya berbincang dengan Ibu Dr. Nur Rofiah, bil. Uzm. Tanggapan beliau pada patung kemben tersebut, menurutnya ada kekhawatiran tentang perubahan cara pandang kita yang menjadi lebih seksis.

Ghodldlul bashar, yakni penundukan pandangan agar jangan melihat lawan jenis secara seksual, tapi melihat manusia sebagai makhluk spiritual dan intelektual.  Karena itu adalah jati diri yang utama. Jadi bagaimana kita bisa mengontrol cara pandang ini.

Baca Juga:

Bias Gender KHI dalam Persoalan Nusyuz, Mahar dan Poligami

Logika Gagal Ahmad Dhani! Anak Bukan Produk, Perempuan Bukan Pabrik!

Film Mickey 17, Politik Tubuh Perempuan, dan Ramadan

Menyelami Relasi Al-Qur’an, Manusia, dan Seksualitas

“Kalau sudah seksis, tidak hanya patung, nanti kambing juga akan dipakaikan baju,” selorohnya di sela-sela perbincangan.

Strateginya merubah cara pandang kita, membangun kesadaran cara pandang, menundukkan, dan mengontrol cara pandang, sehingga peradaban secara intelektual dan spiritual kita sebagai manusia akan terbangun melihat dunia. Tidak hanya bertumpu pada persoalan seks, karena nanti tidak hanya patung saja yang dianggap menggoda, padahal itu adalah sebuah karya seni.

Nanti, ditambahkan Nur Rofiah, tidak hanya patung bahkan sampai pada boneka, binatang atau bayi juga harus ditutup. Mengapa bayi tidak punya kewajiban untuk menutup aurat. Sebab bayi adalah anak-anak yang harus dilindungi dan disayang. Tetapi kalau pikiran kita seksis, maka harus ikut ditutupi juga.

Dengan kondisi yang demikian itu, mengapa seolah ada pembiaran, menurut Nur Rofiah itu terkait soal relasi kuasa. Siapa yang punya otoritas maka dia nanti yang akan menentukan cara pandang orang lain. Dengan fakta seperti itu, sama saja dengan menunjukkan cara pandang seksis orang-orang di sekitar kita yang semakin kuat.

Lalu ada yang lebih bahaya lagi dari cara pandang seperti itu, yakni menyalahkan pihak lain atas kegagalan diri sendiri. Nur Rofiah mencontohkan, kalau saya maksiat artinya itu karena ada yang lain. Bukan sebab ada persoalan dari diri sendiri. Itu cara beragama yang harus diperbaiki. Beragama itu kalau ujiannya kuat, maka keimanannya juga akan semakin kuat.

Sehingga menurut penulis, ada dua tantangan ke depan:

  • Pertama, bagaimana mengubah cara pandang kita terhadap lawan jenis, baik lelaki maupun perempuan, agar tidak lagi seksis. Tetapi sama-sama sebagai manusia yang memiliki dimensi intelektual serta spiritual.
  • Kedua, terkait dengan relasi kuasa, bagaimana mendorong relasi yang setara antara lelaki dan perempuan, untuk kemudian melahirkan kebijakan yang tidak seksis dan saling membahagiakan. Dengan tujuan kemaslahatan bersama bagi laki-laki dan perempuan di masa depan.[]
Tags: ancolbias genderkembenNur Rofiahputri duyungseksualitas
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Paus Leo XIV

Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus

12 Mei 2025
Umat Buddha

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

12 Mei 2025
Barak Militer

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

11 Mei 2025
Hari Raya Waisak

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

10 Mei 2025
Membaca Kartini

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

10 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus
  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha
  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version