• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pemimpin yang Memecat Para Koruptor: Sebuah Kisah

Redaksi Redaksi
08/05/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

204
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pemimpin yang memecat para koruptor adalah cerita yang cukup populer di berbagai kalangan. Koruptor atau maling uang rakyat adalah perbuatan yang sangat dilarang di dalam Islam. Di dalam fiqh jinayah, para garong uang rakyat (koruptor) sering disebut dengan beberapa istilah. Di antaranya, Risywah (Penyuapan), Ghasab (Mengambil Paksa Hak/Harta Orang Lain), Sariqah (Pencurian) dan Hirabah (Perampokan).

Hukuman bagi Koruptor

Para koruptor memang bukan orang baru dalam sistem pemerintahan, namun sejak zaman dahulu kala sudah banyak orang atau para pejabat yang melakukan korupsi. Hukuman bagi para koruptor juga cukup beragam, ada yang dihukum seumur hidup, potong tangan, dan ada yang hanya dihukum beberapa tahun saja.

Akan tetapi, ada salah satu kisah yang menarik, saat seorang pemimpin (khalifah) yang langsung memecat para pegawainya, apabila terdapat melakukan korupsi. Pemimpin yang memecat para koruptor tersebut adalah Umar bin Abdul Aziz, sosok yang dikenal sebagai pemimpin yang adil dan jujur.

Kisah Pemimpin yang Memecat Para Koruptor

Kaum muslimin, menurut KH. Husein Muhammad dalam buku Lisanul Hal, Kisah-kisah Teladan dan Kearifan sering menyebutnya “Khalifah Rasyidin yang kelima” Yakni, pemimpin kelima yang memperoleh petunjuk Tuhan, sesudah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Buya Husein menceritakan bahwa saat menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz sesungguhnya sangat tidak berhasrat untuk memangku jabatan terhormat ini.

Baca Juga:

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Umar bin Abdul Aziz, kata Buya Husein, lebih suka menjadi manusia biasa. Tetapi, ia terpaksa menerimanya, lantaran desakan banyak keluarganya. Menurut mereka, tak ada yang lebih baik untuk memimpin kerajaan besar ini selain dia.

“Ia pun dilantik menjadi Khalifah, menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik. Ia tak suka disebut “khalif” Ia lebih suka disebut Amir al-Mukminin yang bermakna pelayan orang-orang beriman, sebagaimana pendahulunya, Umar bin al-Khattab,” tulis Buya Husein.

Buya Husein melanjutkan kisahnya, bahwa saat beberapa hari setelah dilantik sebagai Khalifah, Umar bin Abdul Aziz mengambil langkah-langkah politik yang berani Kebijakan pertamanya yang penting dan kontroversi, antara lain:

“Sejumlah pejabat negara yang korupsi dan bertindak otoriter dipecat.”

Salah seorang di antara mereka yang melakukan korupsi adalah Syuraik bin Ardha. Kepadanya Umar dengan tegas mengatakan,

“Kamu sekarang aku berhentikan dari jabatanmu. Sudah lama aku melihat, kamu sering menganiaya rakyat, menghukum mereka dengan dipanggang di bawah terik matahari. Kamu juga suka mencambuk mereka dan membuat mereka kelaparan. Sementara kamu duduk nyaman di dalam kemah dengan memakai baju sutera mewah.”

Umar juga, tambah Buya Husein, menolak kekerasan.

Jarrah bin Abdullah, Gubernur Khurasan (Iran dan Afganistan) pernah mengirim surat kepadanya. Isinya:

“Moral masyarakat Khurasan benar-benar telah rusak. Mereka hanya bisa menjadi masyarakat yang baik dengan cara dihukum tembak atau dicambuk. Hukuman seperti inilah yang dapat menimbulkan efek jera. Saya berharap tuan mengizinkan saya melakukannya”

Umar membalas surat itu dengan mengatakan,

“Aku telah menerima suratmu. Kamu telah melakukan kebohongan dan tindakan yang keliru. Perbaikan terhadap mereka bukan dengan menindak mereka melalui cara-cara kekerasan seperti yang kamu harapkan itu, tetapi dengan menegakkan keadilan dan kebenaran. Lakukan itu! Salam.”

Demikian cerita dan sedikit catatan tentang pemimpin yang memecat para koruptor. Semoga bermanfaat. (Rul)

Tags: garong uang rakyatKorupsiKoruptormaling uang rakyatpemimpinpemimpin yang memecat para koruptor
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version