• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pendidikan Domestik Adalah Bekal Hidup

Tidaklah kita masih menganggapnya sebagai pekerjaan perempuan? Tidaklah kita menyandarkan semua pekerjaan domestik kepada perempuan?

Firda Rodliyah Firda Rodliyah
06/09/2023
in Personal
0
Pendidikan Domestik

Pendidikan Domestik

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika kita masih mendengar bahwa pendidikan domestik hanya diturunkan oleh ibu kepada anak-anak perempuannya saja. Barangkali mereka masih berpikir bahwa, “Tempat perempuan seyogyanya di rumah saja.”

Namun jika kalian mengetahui di lapangan bahwa pendidikan domestik telah diberikan kepada siapa saja, maka kita bisa melihat bahwa masyarakat sudah mulai maju pemikirannya.

Mengapa demikian?

Sebagaimana Abraham Maslow mengatakan, bahwa kebutuhan manusia telah dibedakan menjadi lima tingkat. Yang pertama sebagai tingkat paling bawah dan dasar adalah fisiologis. Kebutuhan ini terdiri dari terpenuhinya asupan makanan, minuman, tidur cukup, pakaian, dan lain sebagainya.

Kebutuhan kedua adalah rasa aman, yang terdiri dari keamanan, keteraturan, kestabilan. Selanjutnya adalah sosial, yang terdiri dari afeksi, relasi, dan keluarga. Sedangkan kebutuhan keempat yakni penghargaan, yang terdiri dari pencapaian, status, tanggung jawab, dan reputasi. Dan yang terakhir sebagai tingkat tersirer adalah aktualisasi diri, yang terdiri dari pengembangan diri, pemenuhan ideologi, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Kebutuhan dasar menjadi sebuah sistem yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa makan dan minum, kita tidak akan bisa bertahan hidup. Tanpa adanya tempat tinggal yang nyaman, kita tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Maka dari itulah banyak kemampuan-kemampuan diri yang perlu diasah oleh setiap orang.

Masak Memasak

Misalnya saja memasak dan mengolah makanan. Sekali lagi ini bukan pekerjaan perempuan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Oh, tidak! Kemampuan ini lebih diperuntukkan bagi setiap orang yang masih membutuhkan makan dan minum. Siapapun itu, tidak peduli kaya ataupun miskin.

Bayangkan saja, andai di dunia ini tidak ada orang yang bisa memasak, apakah kita masih bisa menikmati nasi pecel atau nasi goreng yang nikmat?

Atau misalnya kita terperangkap di tengah hutan, ada seekor kelinci yang lewat, dan kita bisa jadikan sebagai bahan makan berat. Apakah kita akan memakannya begitu saja tanpa harus memasaknya terlebih dahulu?

Sudah-sudah, tentang kemampuan masak-memasak kita anggap semuanya sudah menyadari, bahwa penting untuk setidaknya paham carannya. Mengerti tekniknya, atau setidaknya bisa merebus telur sampai matang.

Bebersih Rumah

Kini kita beranjak ke kebutuhan dasar yang lain. Tempat tinggal yang nyaman merupakan impian semua orang. Memiliki rumah yang layak untuk kita tinggali merupakan kebutuhan semua orang. Lantas yang dimaksud dengan layak di sini bukanlah bangunan gedong yang mewah atau bertingkat tinggi. Namun rumah yang tempatnya bersih dan nyaman untuk ditinggali.

Berbicara tentang kebersihan rumah. Kita sering tahu bahwa ibu-ibu di luar sana masih seringkali terbebani dengan tugas ini. Meskipun mereka sibuk bersiap kerja di luar, namun kebersihan rumah masih menjadi tanggung jawab tunggal yang kita bebankan kepadanya.

Padahal, yang tinggal di rumah bukan hanya ibu saja. Lantas apapun yang ada di rumah bukan merupakan tanggung jawab satu orang saja. Tapi bagi siapa saja yang tinggal di sana. Jika dalam satu bangunan rumah ada ayah, ibu, dan anak. Maka seluruh anggota keluarga wajib berkontribusi dalam menjaga rumah tetap utuh dan bersih.

Andaikan saja pembersihan rumah hanya ibu saja yang melakukan. Sedangkan suatu waktu ibu tidak sanggup untuk membersihkan lagi karena alasan tertentu, entah sakit atau bepergian panjang selama kurun waktu lama. Bisa kalian bayangkan betapa kotornya rumah yang kita tinggali. Betapa banyak tikus, kecoak, dan ular yang berseliweran di ruang demi ruang.

Tidak nyaman, bukan?

Seperti halnya kisah yang baru-baru ini viral di media. Menampakkan sebuah rumah yang sangat berantakan karena kondisi kesehatan ibu yang memburuk. Dalam caption yang media tersebut paparkan, ada beberapa komentar yang mereka tampakkan seperti halnya “Aku enggak bisa kalau tanpa ibu”, atau “Nyawanya rumah itu ibu.”

Seakan dua kalimat ini adalah sebuah pujian bagi seorang ibu. Seakan mereka menyebut sosok ibu sebagai seorang pahlawan yang sangat berjasa. Namun jika kita  telisik lebih dalam, komentar itu begitu menjerumuskan bagi sosok perempuan di rumah, untuk tetap di rumah, dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Cuci Mencuci

Masih berkaitan dengan kebersihan rumah, keterampilan cuci mencuci merupakan hal yang tidak bisa kita tinggalkan. Seperti halnya mencuci alat makan maupun pakaian. Ini merupakan kemampuan dasar yang harusnya setiap orang miliki.

Mungkin banyak masyarakat di antara kita yang masih mengalihkerjakannya pada para perempuan yang ada di rumah, baik ibu maupun saudara perempuan. Alasan utama yang sering mereka agungkan adalah “Itu kan kerjaan perempuan.”

Tapi tidakkah kalian juga pernah berpikir, jika di rumah tersebut tidak ada sosok perempuan. Apakah pekerjaan terkait pencucian tersebut masih diberikan kepada perempuan. Tidak, kan?

Pastinya akan penghuni rumah kerjakan sendiri. Sehingga sebenarnya sudah jelas. Bahwa pekerjaan rumah merupakan sebuah kemampuan dasar untuk bertahan hidup. Pekerjaan ini bukan milik perempuan, tapi milik semua orang demi memenuhi kebutuhan dasarnya, baik makan, minum, maupun istirahat dengan nyaman.

Tidak lah perlu kita untuk terus menggantungkannya pada perempuan? Tidaklah kita masih menganggapnya sebagai pekerjaan perempuan? Tidaklah kita menyandarkan semua pekerjaan domestik kepada perempuan?

Seperti halnya hadis Rasulullah SAW dalam riwayat Muslim bahwa;

“Dari Abu Hurairah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekahlah dengannya dan menjaga diri (tidak meminta-minta) dari manusia, yang itu lebih baik dari pada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu.”

Dengan ini kita perlu untuk mengusahakan sendiri apa-apa yang kita butuhkan. Termasuk melatih keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan domestik sejak dini. Bukan karena alasan saya adalah perempuan, atau saya akan menjadi  ibu rumah tangga. Namun lebih dari itu adalah, karena kita manusia yang memiliki kebutuhan. []

Tags: kebutuhan dasarkeluargapekerjaan domestikpendidikan domestikperempuanrumah tangga
Firda Rodliyah

Firda Rodliyah

Anggota Puan Menulis

Terkait Posts

Teman Disabilitas

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

21 Juni 2025
Jangan Bermindset Korban

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

21 Juni 2025
Lelaki Patriarki

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

19 Juni 2025
Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID