Mari setiap pasangan, suami dan istri untuk saling berbagi peran, mendukung dan mengapresiasi dari kerja-kerja yang dilakukan oleh pasangan kita.
Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa perempuan adalah manusia, sebagaimana laki-laki. Kisah penegasan perempuan manusia ini seperti diceritakan oleh Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad Saw.
Suatu ketika Ummu Salamah sedang petanan bersama pelayannya. Kemudian beliau mendengar seruan Nabi dari Masjid. “Wahai manusia mari kita kumpul di Masjid”. Ummu Salamah berdiri hendak menghampiri panggilan Nabi. Namun sayangnya, sang pelayan menyanggah “bukankah yang dipanggil itu laki-laki!.” Beliau menegaskan, “Aku perempuan dan aku manusia.”
Kisah inspiratif ini, sayangnya belum saya temukan dalam realitas di kehidupan nyata. Karena sebagian masyarakat kita masih menganggap bahwa perempuan bukan manusia. Sehingga kerap kali perempuan dilemahkan, direndahkan, dan masih menjadi makhluk kelas dua. Posisi mereka berada di bawah laki-laki. Termasuk di antaranya saat bekerja sekalipun, perempuan masih diliputi beban-beban yang kurang manusiawi.
Kisah
Misalnya, hal tersebut saya saksikan ketika saya sedang duduk di balik gerai di samping Rumah Sakit (RS). Di sana saya memperhatikan bahwa ibu-ibu penjual di gerai tersebut sibuk melayani para pembeli. Pada saat yang sama, saya melihat suami dari ibu ini terlihat sedang santai duduk di bawah pohon jati di samping gerai mereka.
Tak lama kemudian dia keluar dari gerainya sambil membawa 2 botol minuman dingin dan juga satu kresek gorengan hangat.
“Pak.. mau nganterin pesanan dulu kedepan,” ujar perempuan paruh baya. Suaminya hanya menganggukkan kepala.
Melihat dialog dari si ibu dan bapak, tentu membuat kita sadar bahwa saat ini para perempuan pekerja baik di domestik maupun publik merupakan hal yang lumrah terjadi di sekitar masyarakat kita.
Namun sayangnya, yang terjadi ketika perempuan melakukan kerja domestik dan publik yang terjadi adalah beban ganda yang dialami oleh perempuan. Mereka melakukan kerja tersebut di bawah kuasa sang suami.
Bahkan tidak jarang juga, sebagian besar para perempuan yang memilih bekerja publik justru mereka akan mengerjakan pekerjaan lainnya, yang sebetulnya si suami juga bisa melakukannya. Namun karena pandangan bahwa perempuan berada di kelas dua. Maka yang terjadi ada perempuan di bawah kendali kuasa laki-laki.
Bekerja Bersama
Padahal dalam semangat Islam, seperti yang Ummu Salamah sampaikan di atas untuk menyadarkan bahwa laki-laki dan perempuan itu manusia. Maka seluruh pekerjaan di dalam rumah tangga sebetulnya bisa dikerjakan oleh keduanya, bukan dibebankan kepada perempuan.
Dalam pandangan Islam, pembebanan kerja terhadap istri itu sangat tidak sejalan dengan ajaran agama Islam. Karena Islam mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama, suami dan istri. Keduanya bisa untuk saling berbagi peran. Siapa melakukan apa, dan saling bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Oleh sebab itu, melalui semangat Islam, membuat kita menjadi sadar, bahwa kita tidak lagi memandang perempuan sebagai makluk kelas dua. Namun melihatnya sebagai manusia utuh, seperti laki-laki.
Jadi sudah saatnya, mari setiap pasangan, suami dan istri untuk saling berbagi peran, mendukung dan mengapresiasi dari kerja-kerja yang pasangan kita lakukan. []