• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pentingnya Mengapresiasi Pekerjaan Pasangan

Islam mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama, suami dan istri. Keduanya bisa untuk saling berbagi peran. Siapa melakukan apa, dan saling bertanggung jawab atas pekerjaannya

dul dul
16/05/2023
in Keluarga
0
Pasangan

Pasangan

783
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mari setiap pasangan, suami dan istri untuk saling berbagi peran, mendukung dan mengapresiasi dari kerja-kerja yang dilakukan oleh pasangan kita.

Mubadalah.id – Dalam beberapa catatan hadis, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa perempuan adalah manusia, sebagaimana laki-laki. Kisah penegasan perempuan manusia ini seperti diceritakan oleh Ummu Salamah, istri Nabi Muhammad Saw.

Suatu ketika Ummu Salamah sedang petanan bersama pelayannya. Kemudian beliau mendengar seruan Nabi dari Masjid. “Wahai manusia mari kita kumpul di Masjid”. Ummu Salamah berdiri hendak menghampiri panggilan Nabi. Namun sayangnya, sang pelayan menyanggah “bukankah yang dipanggil itu laki-laki!.” Beliau menegaskan, “Aku perempuan dan aku manusia.”

Kisah inspiratif ini, sayangnya belum saya temukan dalam realitas di kehidupan nyata. Karena sebagian masyarakat kita masih menganggap bahwa perempuan bukan manusia. Sehingga kerap kali perempuan dilemahkan, direndahkan, dan masih menjadi makhluk kelas dua. Posisi mereka berada di bawah laki-laki. Termasuk di antaranya saat bekerja sekalipun, perempuan masih diliputi beban-beban yang kurang manusiawi.

Kisah

Misalnya, hal tersebut saya saksikan ketika saya sedang duduk di balik gerai di samping Rumah Sakit (RS). Di sana saya memperhatikan bahwa ibu-ibu penjual di gerai tersebut sibuk melayani para pembeli. Pada saat yang sama, saya melihat suami dari ibu ini terlihat sedang santai duduk di bawah pohon jati di samping gerai mereka.

Baca Juga:

Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

Tak lama kemudian dia keluar dari gerainya sambil membawa 2 botol minuman dingin dan juga satu kresek gorengan hangat.

“Pak.. mau nganterin pesanan dulu kedepan,” ujar perempuan paruh baya. Suaminya hanya menganggukkan kepala.

Melihat dialog dari si ibu dan bapak, tentu membuat kita sadar bahwa saat ini para perempuan pekerja baik di domestik maupun publik merupakan hal yang lumrah terjadi di sekitar masyarakat kita.

Namun sayangnya, yang terjadi ketika perempuan melakukan kerja domestik dan publik yang terjadi adalah beban ganda yang dialami oleh perempuan. Mereka melakukan kerja tersebut di bawah kuasa sang suami.

Bahkan tidak jarang juga, sebagian besar para perempuan yang memilih bekerja publik justru mereka akan mengerjakan pekerjaan lainnya, yang sebetulnya si suami juga bisa melakukannya. Namun karena pandangan bahwa perempuan berada di kelas dua. Maka yang terjadi ada perempuan di bawah kendali kuasa laki-laki.

Bekerja Bersama

Padahal dalam semangat Islam, seperti yang Ummu Salamah sampaikan di atas untuk menyadarkan bahwa laki-laki dan perempuan itu manusia. Maka seluruh pekerjaan di dalam rumah tangga sebetulnya bisa dikerjakan oleh keduanya, bukan dibebankan kepada perempuan.

Dalam pandangan Islam, pembebanan kerja terhadap istri itu sangat tidak sejalan dengan ajaran agama Islam. Karena Islam mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama, suami dan istri. Keduanya bisa untuk saling berbagi peran. Siapa melakukan apa, dan saling bertanggung jawab atas pekerjaannya.

Oleh sebab itu, melalui semangat Islam, membuat kita menjadi sadar, bahwa kita tidak lagi memandang perempuan sebagai makluk kelas dua. Namun melihatnya sebagai manusia utuh, seperti laki-laki.

Jadi sudah saatnya, mari setiap pasangan, suami dan istri untuk saling berbagi peran, mendukung dan mengapresiasi dari kerja-kerja yang pasangan kita lakukan. []

Tags: kitaMengapresiasipasanganpekerjaanpentingnya
dul

dul

Orang biasa

Terkait Posts

Praktik Kesalingan

Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga

12 Juli 2025
Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Praktik Kesalingan sebagai Jalan Tengah: Menemukan Harmoni dalam Rumah Tangga
  • Pentingnya Menempatkan Ayat Kesetaraan sebagai Prinsip Utama
  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Perbedaan Biologis Tak Boleh Jadi Dalih Mendiskriminasi Hak Perempuan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID