• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Pentingnya Pendidikan Seks Pada Anak

Pendidikan seks menjadi penting. Supaya anak-anak tidak menjadi korban dan pelaku. Mungkin banyak dari kita yang lupa, bahwa selain berpotensi menjadi korban. Anak anda juga berpotensi menjadi seorang pelaku kekerasan seksual.

Rofi Indar Parawansah Rofi Indar Parawansah
06/02/2021
in Keluarga
0
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks

182
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pelajaran biologi menjadi salah satu mata pelajaran yang disukai remaja karena ada pembahasan pendidikan seks dan sistem reproduksi didalamnya. Remaja laki-laki khususnya, karena siswi perempuan akan tertunduk malu ketika mendengar penjelasan mengenai sistem reproduksi yang kerap berkaitan dengan aktivitas hubungan seksual. Hal ini terjadi karena budaya yang memposisikan laki-laki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek.

Anak laki-laki dianggap maskulin saat ketika memiliki pacar dan sederet mantan disekolahnya. Sedangkan anak perempuan dianggap sebagai piala bergilir ketika mempunyai rentetan daftar mantan pacar dalam kisahnya. Dan hal ini dianggap biasa. Ketimpangan yang kerapkali tidak disadari dan justru menjadi sebuah hal yang dianggap wajar ketika melihatnya.

Pendidikan seks masih dianggap sebagai hal yang tabu. Walaupun kini banyak para aktivis yang menyuarakan betapa pentingnya pendidikan seks pada anak. Salah satu tujuannya adalah menjauhkan anak-anak kita dari kekerasan seksual yang kerap menimpa anak-anak. Juga supaya tidak ada ketimpangan pandangan antara anak laki-laki dan perempuan dalam masa remajanya.

Dalam sepemahaman saya, pendidikan seks bukan mengajarkan bagaimana cara berhubungan seksual pada anak. Melainkan mengenalkan bagian-bagian intim dan perbedaan anggota tubuh antara laki-laki dengan perempuan. Tentang bagian mana saja yang tidak boleh disentuh, dilihat dan diraba. Karena itu, mengajarkan pendidikan seks pada anak bukan berarti mengajarkan dan mengajak anak untuk menonton konten pornografi. Karena jelas beda.

Pendidikan seks menjadi penting. Supaya anak-anak tidak menjadi korban dan pelaku. Mungkin banyak dari kita yang lupa, bahwa selain berpotensi menjadi korban. Anak anda juga berpotensi menjadi seorang pelaku kekerasan seksual. Karena itu, penting untuk memberikan proteksi dini dalam bentuk pengetahuan kepada anak supaya mereka bebas dari label keduanya, korban atau pelaku.

Baca Juga:

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

Dulu, ketika saya kelas satu SD, saya sempat mogok sekolah selama beberapa bulan. Alasannya karena saat itu rok saya di intip oleh anak laki-laki yang merupakan teman sekelas saya. Jika ditinjau, baik anak laki-laki tersebut dan saya berstatus sama, sama-sama anak usia enam tahun.

Dia mungkin tidak tahu tujuan dan efek perbuatannya. Dan saya mungkin tidak sadar bahwa posisi saya adalah korban. Hanya saja, dulu saya merasa tidak nyaman dengan prilaku tersebut, yang akhirnya membuat saya tidak mau berangkat sekolah.

Bayangkan, anak usia enam tahun sudah mengintip rok teman perempuannya. Apakah anak itu nakal? Atau bisakah disematkan bahwa prilaku tersebut termasuk kategori pelecehan? Sulit. Karena keduanya sama-sama anak-anak. Yang harus diperhatikan adalah respon orang tua. Apakah orang tua akan membiarkan anaknya berprilaku seperti itu? Atau justru memberikan edukasi pada anak tentang apa yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan. Semuanya kembali kepada respon orang tua sebagai orang yang dianggap dewasa.

Beruntung, saya berbicara kepada orang tua saya. Dan mengatakan ketidaknyaman yang saya rasakan. Ibu menegur anak itu dan meminta untuk tidak mengulanginya. Dan sejak saat itu saya selalu memakai celana pendek ketika mengenakan rok. Karena tidak mau kejadian intip mengintip tersebut terjadi. Dan sejak saat itu pula saya sekolah ditemani secara full time oleh ibu selama satu tahun.

Banyak yang bilang saat itu bahwa saya manja, mungkin iya. Anak usia enam tahun dengan kepribadian seorang pemalu mendapatkan hal yang tidak menyenangkan dan pola berpikir yang belum terbentuk memangnya bisa melakukan apa selain mogok sekolah, dan minta ditemani.

Dalam kasus ini mungkin pengalaman yang saya alami bukanlah apa-apa. Bahkan oleh sebagian orang akan dianggap hanya sebagai bentuk kenakalan anak-anak. Saya sendiri ketika itu tidak menyadari, yang saya ingat hanya rasa tidak mau pergi sekolah. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, kini saya menyadari bahwa apa yang saya rasakan dan lakukan waktu itu adalah respon ketidaknyamanan yang saya terima atas prilaku teman saya itu.

Label korban dan menyebut teman saya sebagai pelaku rasanya terlalu jauh. Mungkin karena kurangnya edukasilah yang menjadikan teman saya berlaku seperti itu. Tentu cerita saya hanyalah segelintir pengalaman tidak menyenangkan masa kecil yang beruntungnya tidak meninggalkan rasa trauma. Tapi, poin yang ingin saya tekankan adalah tentang pentingnya pembekalan pengetahuan seputar seksual kepada anak-anak. Jangan sampai anak kita menjadi pelaku, yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada teman-temannya.

Salah satunya dengan mengenalkan tentang hal-hal privasi dari orang lain yang tidak boleh kita lakukan. Seperti; Anak laki-laki tidak boleh mengintip rok anak perempuan, tidak juga diperkenankan untuk memegang payudara anak perempuan sekalipun konteksnya bercanda. Tidak boleh juga membuka celana atau pipis sembarangan di depan umum.

Tak lupa kepada anak perempuan untuk selalu diajarkan mengenai keterbukaan dengan orang tua. Dan mengajarkan hal-hal yang tidak boleh dipegang dan dilihat orang lain, sekalipun itu adalah keluarganya. Karena banyak kasus pelecehan seksual yang menimpa anak perempuan, justru dilakukan oleh orang dewasa yang dekat dengannya. Pendidikan seks bukan hal tabu dan tidak dilarang diajarkan kepada anak-anak. Yang dilarang adalah menonton film biru dengan anak menggunakan dalih sebagai media pembelajaran. []

 

 

Tags: Cegah Kekerasankeluargakesehatan reproduksiparentingPendidikan Seksseksualitas
Rofi Indar Parawansah

Rofi Indar Parawansah

Perempuan belajar menulis

Terkait Posts

Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Ibu Rumah Tangga

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID