• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Peran Perempuan dalam Politik

Siti Aminah Siti Aminah
12/02/2020
in Publik
0
politikus perempuan
625
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Keprihatinan terhadap perempuan khususnya di indonesia dalam hal memperjuangkan hak-haknya. Tidak luput dari pandangan kita bahwa sedikitnya perempuan berkecimpung di dunia politik, sehingga yang kita lihat saat ini hanya laki-laki saja yang duduk di kursi parlemen. Sehingga untuk membahas masalah hak-hak perempuan masih minim, seakan-akan mereka menutup telinga. Apakah mereka tidak melihat seperti apa perempuan saat ini  ataukah ada hal yang lain?

Di Indonesia, masih melekatnya pemikiran bahwa perempuan harus menempati posisi kedua setelah laki-laki bukanlah hal tabu. Hal itu tidak dapat dipungkiri meski sudah banyaknya pejuang-pejuang perempuan yang terus mengaspirasikan bahwa stratifikasi gender di era globalisasi ini sudah harus ditiadakan. Negara Indonesia masih sangat minim sekali dalam mengikutsertakan kaum perempuan untuk terjun ke dunia perpolitikan. Seolah-olah politik hanya milik kaum laki-laki dan seakan-akan hanya kaum lelaki yang mampu untuk mempimpin rakyat. Sedangkan perempuan hanya boleh berperan di belakang panggung saja.

Kenapa perempuan harus berpolitik? Agar semua isu, semua masalah, semua keinginan perempuan bisa didengar kaum pria. Perempuan dalam dunia politik bisa dikatakan masih minim. Padahal perempuan bisa saja mengubah dunia apabila mereka mampu memaksimalkan peran dan potensinya dengan masuk ke dalam dunia politik.

Rendahnya keterwakilan perempuan di ranah politik dapat dijelaskan ke dalam setidaknya dua pembacaan. Pertama, masih mengakar kuatnya paradigma patriarki di sebagian besar masyarakat Indonesia. Pola pikir patriarki cenderung menempatkan perempuan di bawah kekuasaan laki-laki. Perempuan dicitrakan sekaligus diposisikan sebagai pihak yang tidak memiliki otonomi dan kemandirian di semua bidang, termasuk politik.

Perempuan memiliki makna yang sangan penting di dunia politik untuk memberikan pemahaman dan menyatukan persepsi tentang pentingnya pembangunan demokrasi yang sehat, adil dan realistis. Sehingga turut serta memperjuangkan hak-hak perempuan. Ini juga mengungkapkan peran perempuan dalam dunia politik sebagai salah satu bentuk kesetaraan gender dimana laki-laki dan perempuan berada di posisi yang sama.

Baca Juga:

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Tetapi kita juga tidak boleh merendahkan laki-laki, karena ada perempuan tipe memperjuangkan hak perempuan tetapi merendehkan laki-laki. Sejak dikeluarkan UU no.12 2003 yang berisi keharusan untuk memasukan caleg perempuan, memang sudah selayaknya perempuan berada didunia politik. Sekarang kita sudah banyak melihat kepala daerah dan anggota DPR, bahkan mentri yang dijabati oleh perempuan.

Misalnya Susi Pudjiastuti, dia adalah salah satu perempuan yang dapat dimasukan dalam perubahan pada peran perempuan dalam dunia politik diindonesia sekarang. Secara garis besar perempuan sudah mulai mengejar ketertinggalannya dalam berbagai bidang terkait dengan partisipasi publik dirinya sebagai individu yang memiliki hak setara dengan laki-laki.  Hal ini terlihat jelas bahwa tidak ada lagi diskriminasi bagi perempuan. Peran perempuan dalam dunia politik indonesia memang akan menjadi warna tersendiri bagaimana tidak perempuan dengan sifat kewanitaannya hal itu akan melengkapi dunia perpolitikan. Pada akhirnya kemampuan dan kepatutuan yang akan menjadi penilaian utama.

Perempuan tak selalu idenitik dengan keburukan, kelemahan atau seks. Sudah saatnya perempuan untuk bangkit dan berprestasi tampil di gelanggang politik untuk memperjuangkan hak-haknya bukan untuk melihat saja di rumah dan menerima nasib yang ada. Dunia politik memang kejam, banyak kepalsuan yang mewarnai. Tapi dunia politik juga tidak boleh untuk dipungkiri. Karena politik dan nasib semua orang ditentukan. Hanya orang bodoh yang membenci politik. Itu menunjukan dia adalah warga negara yang skeptis dan apatis. Selama masih bisa diperbaiki maka harus berupaya kita memperbaiki. Untuk itulah mari ktia menghimbau para perempuan utnuk bangkit dari keterpurukan.[]

Siti Aminah

Siti Aminah

Terkait Posts

Jam Masuk Sekolah

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

7 Juni 2025
Iduladha

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

7 Juni 2025
Masyarakat Adat

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

7 Juni 2025
Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Siti Hajar

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

7 Juni 2025
Relasi Kuasa

Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

7 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID