Mubadalah.id – Di dalam ajaran Islam, ikhtiar mengenali perbedaan antar manusia bukan dalam semangat mendiskriminasi, melainkan semangat untuk saling menguatkan.
Bahkan perbedaan sosial sebaiknya menjadi modal sosial untuk maju bersama, setiap kelompok sosial sama-sama harus aktif mewujudkan kemaslahatan bersama melalui modal sosial masing-masing.
Sebaliknya, mereka tidak boleh menggunakan modal sosial masing-masing yang berakibat mafsadah bagi lainnya, meskipun maslahat bagi kelompoknya.
Selanjutnya, Allah Swt mengingatkan manusia untuk beralih pada ikatan paling primordial yang dimiliki oleh manusia, yaitu:
Pertama, semua manusia adalah hanya hamba Allah Swt. Karenanya, ia tidak boleh menjadi hamba siapa dan apa pun selain-Nya, termasuk bukan hamba dirinya sendiri.
Sebaliknya, ia juga tidak akan memperlakukan siapa dan apa pun selain-Nya sebagai hambanya. Termasuk dirinya sendiri sehingga manusia juga tidak boleh mengeksploitasi dirinya sendiri.
Kedua, semua manusia adalah khalifah fil ardh yang mengemban amanah mewujudkan kemaslahatan seluasnya di muka bumi. Karenanya, manusia mesti bekerja sama untuk mewujudkan kemaslahatan makhluk-Nya. Karenanya pula, musuh bersama manusia adalah segala tindakan tidak manusiawi, dan tindakan eksploitatif pada makhluk-Nya.
Semua kelompok sosial sama-sama punya kewajiban untuk merumuskan dan mewujudkan kemaslahatan. Sebaliknya, mereka juga berhak untuk menikmati kemaslahatan dalam sistem kehidupan bersama.
Dalam masyarakat plural, politik identitas tidak hanya berbasis agama tapi juga ras dan lainnya perlu kita waspadai. Karena politik jenis ini mengajak kita untuk fokus pada perbedaan, bukan dalam semangat positif dan sinergi. Melainkan semangat negatif dan dikotomis.
Semoga kita terus berlatih agar mampu menjadikan titik persamaan sebagai perekat dan titik perbedaan sebagai penguat, baik dalam keluarga, masyarakat, negara, dan dunia. []