• Login
  • Register
Senin, 15 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Perempuan Memakai Parfum dalam Perspektif Mubadalah

Memakai parfum, atau wewangian, pada dasarnya adalah baik dan diperintahkan Islam. Tetapi, ketika menggunakannya untuk menggoda orang lain agar mau melakukan yang haram, ia akan dihukumi dosa dan haram juga.

Faqih Abdul Kodir Faqih Abdul Kodir
26/12/2020
in Featured, Hadits, Rekomendasi
0
Perempuan Memakai Parfum

Perempuan Memakai Parfum

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu, akun instagramku @Faqih Abdul Kodir ditag akun @voxdei19 a.n. Muhammad Alwi Al-Maliki tentang sebuah hadits larangan perempuan memakai parfum. Teks hadits itu, yang dipublikasikan akun @ala_nu, berupa terjemahan sebagai berikut:

“Seorang perempuan yang memakai wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki, agar mereka mencium bau harum yang dia pakai, maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur” (HR. an-Nasai, Abu Dawud, Turmudzi, dan Ahmad).

Aku sendiri sudah membalas secara singkat dengan merujuk pada metode Syekh Muhammad Thahir Ibn Asyur, ulama besar Tunisia. Untuk teks-teks seperti ini, beliau menyarankan fokus pada klausul “agar mereka mencium bau harum” lebih dari pada klausul “memakai wewangian”. Karena memakai wewangian pada dasarnya baik dan boleh, tetapi maksud buruklah yang membuatnya menjadi tidak baik dan dilarang. Tentu saja, responku menggunakan perspektif mubadalah.

Untuk melengkapi respon itu, sebaiknya kita merujuk terlebih dahulu kepada teks asli berbahasa Arab tentang hadits larangan perempuan memakai parfum ini.

عَنِ أبي موسى الأَشْعَرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِىَ زَانِيَةٌ (سنن النسائي، رقم الحديث: 5143).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?
  • Nabi Membela Perempuan Korban Kekerasan Seksual
  • Ketika Laki-Laki jadi Seksi Konsumsi, Lalu Perempuan Seksi Perlengkapan, Mengapa Tidak?
  • Jilbabisasi Paksa: Ketika Menutupi, Sebenarnya Mengekspos
    • Penafsiran atas Hadits Perempuan Memakai Parfum

Baca Juga:

Tidak Wajar Jika Perempuan Tidak Bisa Memasak, Benarkah?

Nabi Membela Perempuan Korban Kekerasan Seksual

Ketika Laki-Laki jadi Seksi Konsumsi, Lalu Perempuan Seksi Perlengkapan, Mengapa Tidak?

Jilbabisasi Paksa: Ketika Menutupi, Sebenarnya Mengekspos

Dari Abu Musa ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Seorang perempuan yang memakai wewangian (atau parfum), lalu melewati sekelompok orang dengan maksud agar mereka mencium keharumannya, maka ia (seperti) pezina”. (Sunan Nasai, no. hadits: 5143).

Terjemahan @ala-nu “maka perempuan tersebut adalah pelacur” tidak tepat. Karena teks Arab-nya menggunakan kata “pezina” (زانية). Teks hadits riwayat Imam Ahmad juga sama, memakai kata ini (no. hadits: 20025). Begitupun Imam Turmuzi (no.hadits: 3015). Imam Abu Dawud malah lebih samar dengan kata: “maka perempuan itu adalah ini dan itu, sebuah pernyataan yang cukup keras” (no. hadits: 4175).

Syekh Nawawi Banten menjelaskan kata “pezina” dalam Kitab Syarh Uqud al-Lujjayn, dengan kalimat: “ia seperti pezina, atau mendapat dosa pezina, sekalipun tentu berbeda (dari dosa pezina sebenarnya), seperti juga hadits bahwa mata yang melihat hal yang haram dianggap mata berzina” (Syarh ‘Uqud al-Lujjayn, hal. 14, Maktabah Karya Toha, Semarang).

Artinya, merujuk pada pernyataan Syekh Nawawi, perempuan yang melakukan hal tersebut seperti pezina. Ia akan memperoleh dosa zina dengan level lebih rendah dari zina hubungan kelamin yang haram. Ungkapan ini serupa dengan hadits yang menyatakan mata juga berzina ketika melihat yang haram, tangan juga berzina melakukan hal haram, kaki juga berzina ketika melangkah ke hal yang haram (Musnad Ahmad, no. hadits: 8644).

Untuk itu, hadits ini harus dimaknai secara holistik sebagai peringatan mengenai pergaulan sosial yang sehat dan tidak menjerumuskan pada perbuatan haram. Ketika sesuatu yang baik dan sehat, tetapi dilakukan dengan tujuan pada yang haram, ia akan menjadi haram.

Penafsiran atas Hadits Perempuan Memakai Parfum

Perempuan memakai parfum, atau wewangian, pada dasarnya adalah baik dan diperintahkan Islam. Tetapi, ketika menggunakannya untuk menggoda orang lain agar mau melakukan yang haram, ia akan dihukumi dosa dan haram juga.

Hadits larangan perempuan memakai parfum ini, dalam metode Qira’ah Mubadalah, juga berlaku bagi laki-laki. Artinya, hadits ini menyasar siapapun, laki-laki maupun perempuan, yang melakukan tindakan menebar pesona, seperti memakai parfum atau yang lain, untuk menjerat orang dan menjerumuskannya pada dosa zina.

Laki-laki seperti ini juga masuk kategori “seperti pezina” atau “memperoleh dosa pezina”. Jadi, siapapun ketika berada di ruang publik harus berperilaku baik, sehat, dan tidak secara sengaja menggoda dan menjerumuskan orang pada perbuatan nista dan dosa. Demikianlah makna yang benar dari hadits ini.

Sehingga, tidaklah tepat jika hadits ini digunakan untuk membesarkan narasi keagamaan kita untuk terus menyasar perempuan dengan mendaftar dosa-dosanya ketika tampil di publik. Sementara laki-laki diberikan keleluasaan yang paripurna, tanpa ditakuti dengan dosa-dosa yang sama.

Sekalipun, pada praktiknya banyak laki-laki yang melakukan dosa-dosa di ranah publik, tetapi tidak pernah dosa-dosa ini digunakan sebagai basis untuk melarang mereka beraktifitas di publik. Demikian juga seharusnya bagi perempuan.

Di sisi lain, hadits larangan perempuan memakai parfum ini juga harus dimaknai dalam semangat positif dimana Islam juga menganjurkan setiap orang untuk tampil pantas, baik, dan menyenangkan pandangan orang lain. Simak apa yang dikatakan Ibu Hj. Shinta Nuriyah Wahid dan Tim FK3 (Forum Kajian Kitab Kuning) mengenai teks hadits larangan perempuan memakai parfum ini:

“Hadits ini sering dipahami sebagai dasar untuk melarang perempuan tampil pantas dan indah, lebih-lebih di hadapan publik. Padahal tampil jelek, tidak bersih dan berbau badan yang mengganggu orang lain adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kebersihan dan kesucian diri. Dengan kebersihan dan kesucian seseorang akan merasa nyaman dengan dirinya, demikian pula orang-orang yang ada di sekitarnya. Wajibnya wudhu setiap kali hendak shalat, disunatkannya wudhu dan bersiwak (menggosok gigi) setiap saat menunjukkan bahwa kesucian dan kebersihan diri sangat diutamakan” (Kembang Setaman Perkawinan, hal. 252, Jakarta: Kompas, 2005).

Dalam Islam, laki-laki dan perempuan adalah hamba Allah Swt dan khalifah-Nya untuk memakmurkan dan menghadirkan segala kemaslahatan di muka bumi ini. Perempuan, sebagaimana laki-laki, memiliki tanggung-jawab untuk berperan aktif mewujudkan kebaikan (amar ma’ruf) untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar.

Begitupun untuk menghalau keburukan (nahi munkar) dari mereka semua. Tanggung-jawab ini melekat pada setiap manusia, laki-laki dan perempuan. Al-Qur’an bahkan menegaskan semua itu harus dilakukan dalam kemitraan dan kerjasama antara laki-laki dan perempuan yang beriman (QS. At-Taubah, 9: 71).

Demi kemitraan ini, janganlah sesuatu yang tidak ingin kita salahkan pada laki-laki, kita menyematkannya pada perempuan. Jika perempuan memakai parfum yang menggiurkan dan menggoda itu tidak baik dilakukan, maka ia juga tidak baik dilakukan laki-laki.

Sehingga, ketika ada seorang laki-laki yang berbuat salah dalam hal demikian, para laki-laki lain tidak akan disalahkan dan tidak akan pernah dilarang beraktifitas di publik. Begitupun seharusnya perlakuan kita kepada perempuan. Kita harus mengajak keduanya untuk saling berelasi secara patut, sehat, dan bermartabat agar dapat memberi manfaat seluas-luasnya pada kehidupan di muka bumi ini. Wallahu a’lam. []

Tags: Fiqih PerempuanHukum IslamperempuanPerempuan Memakai ParfumTafsir Hadits
Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir

Faqih Abdul Kodir, biasa disapa Kang Faqih adalah alumni PP Dar al-Tauhid Arjawinangun, salah satu wakil ketua Yayasan Fahmina, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan ISIF Cirebon. Saat ini dipercaya menjadi Sekretaris ALIMAT, Gerakan keadilan keluarga Indonesia perspektif Islam.

Terkait Posts

Rahmah El Yunusiyyah

Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

15 Agustus 2022
Makna Kemerdekaan

Makna Kemerdekaan bagi Para Penyintas Kesehatan Mental

14 Agustus 2022
Nabi Melarang Menyakiti

Tegas! Nabi Melarang Menyakiti Warga Non-Muslim

13 Agustus 2022
Akhlak Nabi

Akhlak Nabi Saw Kepada Pelayan yang Beragama Yahudi

12 Agustus 2022
Jilbabisasi Paksa

Jilbabisasi Paksa: Ketika Menutupi, Sebenarnya Mengekspos

11 Agustus 2022
Akad Nikah

Mensyaratkan Pisuke sebelum Akad Nikah Bisa Hilangkan Hak Perwalian

10 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Doa Baik bagi Non Muslim

    Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Darurat Perempuan Pengawas Pemilu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (2)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagikan Bendera Merah Putih : Tim Mubadalah Ajak Merdeka dari Kekerasan Seksual
  • Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (2)
  • Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?
  • Bacaan Doa Ulama KUPI untuk Pengantin
  • 6 Bahaya Pernikahan Anak bagi Anak Perempuan

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist