• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perilaku Netizen dalam Pusaran Impersonalitas di Media Sosial

Mereka memosisikan diri hanya sebatas akun, bukan sebagai manusia secara personal

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
06/03/2024
in Personal
0
Impersonalitas media sosial

Impersonalitas media sosial

576
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selain postingan-postingan yang diunggah di media sosial, menelusuri bagaimana respons netizen di kolom komentar menurut saya cukup menarik untuk diperhatikan. Beberapa riset menyebutkan bahwa hanya saling debat di kolom komentar, kerap menggiring pada perkelahian di dunia nyata. Sparingan kalau bahasa anak mudanya. Memang impersonalitas dalam media sosial ini cukup mengkhawatirkan.

Sejauh penelusuran saya, banyak netizen yang saling beradu argumen di media dengan bahasa yang  menurut saya kurang beretika. Apalagi di masa-masa pesta demokrasi kemarin.

Sejak menjelang pemilu hingga pesta demokrasi tersebut telah usai, saya kerap menyimak berbagai komentar dalam postingan media sosial yang mengunggah seputar perpolitikan. 

Ketika adu argumentasi masih berlandas pada logika dan etika, perdebatan tersebut  masih nyaman untuk saya simak. Namun semuanya berubah ketika sesama netizen kemudian saling menyerang privasi dengan beragam kata umpatan dan makian. Apalagi jika apa yang mereka debatkan hanya bermodalkan fanatisme pada satu kelompok saja. 

Seperti yang Efnie Indriani katakan dalam postingan Instagram narasi belakangan ini. Dalam kacamata psikolog, ia menyebutkan jika orang yang fanatik sering tidak mampu mencerna informasi berdasarkan logika.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Awet Muda di Era Media Sosial: Perspektif dan Strategi Perempuan

Kartini di Era Internet, Habis Gelap, Terbitlah Algoritma

Tren Foto ala Studio Ghibli, dan Bagaimana Menghargai Profesi

Hal tersebut karena menurutnya, ketika orang telah menaruh simpati terlalu dalam kepada orang atau kelompok, maka amygdala yang berada di otak tengah teraktivasi.

Akibatnya, fungsi sirkuit logika yang berada di otak depan terhenti. Hal tersebut maka tidak heran jika perdebatan orang fanatik kebanyakan hanya mengedepankan emosi dan mengabaikan logika.

Perihal mereka itu adalah buzzer atau bukan itu perkara lain. Titik pijaknya, mengapa mereka dengan mudah berdebat dengan menyerang privasi dan kata-kata yang tidak etis. Di mana hal tersebut seolah-olah tidak mungkin mereka lakukan jika berdebat di ruang nyata.

Bayangkan ketika ada dua orang yang baru bertemu di warung kopi, sama-sama belum kenal, dan kemudian saling beradu argumentasi, lalu mengumpat, dan memaki-maki. Sangat jarang sekali, bukan?

Media sosial sebagai Ruang Publik

Ruang digital menciptakan dunia tanpa sekat yang memudahkan masyarakat untuk saling berkoneksi. Layaknya sebuah angkringan di pinggiran jalan. Di mana desain inferiornya memudahkan setiap pembeli untuk saling bertegur sapa tanpa ada sekat status sosial atau yang lainnya. 

Iqbal Aji Daryono dalam bukunya “Sapien di Ujung Tanduk” mengibaratkan media sosial layaknya angkringan di ruang digital. Setiap orang bebas bertukar pikiran sambil mengonsumsi “makanan” berupa informasi. 

Hanya saja perbincangan di angkringan digital ini terkadang lebih beringas dan memancing emosi. Berbeda dengan angkringan di pinggir jalan. Di mana perbincangan di sana biasanya terasa lebih renyah dan hangat, apalagi jika baru saling mengenal.

Hadirnya media sosial memang memberikan realitas baru terhadap aktivitas komunikasi antar individu. Dengan berbagai karakternya, media sosial mampu menganulir ihwal tatap muka dalam tradisi komunikasi dan interaksi sosial masyarakat. Mekanisme dan pola relasi yang terbentuk pun tidak jauh berbeda dari kehidupan nyata. 

Hanya saja, seperti yang Nurrochman katakan dalam tulisannya di kanal jalandamai.org, media sosial telah memangkas jarak dan waktu. Hal tersebut kemudian memungkinkan setiap orang di berbagai daerah untuk saling terkoneksi membentuk jaringan atau komunitas virtual.

Mereka bebas menyampaikan ide, gagasan, maupun opini tanpa mendapat intimidasi dan intervensi. Bahkan media sosial mampu menjadi modal transformasi masyarakat.

Melihat dahsyatnya kekuatan tersebut, media sosial telah menjelma menjadi ruang publik virtual. Seperti yang Habermas katakan, ruang publik menjamin setiap orang untuk memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat tanpa khawatir mendapat intimidasi dari pihak lain. Dengan demikian, kehadiran media sosial mampu menjadi pilar transformasi sosial yang konstruktif untuk membangun demokrasi yang lebih baik.

Impersonalitas Media Sosial

Akan tetapi, riset dari Amanda Baughan yang terbit di kanal theconversation.com membeberkan temuan yang menarik. Dalam riset tersebut ia menyebutkan bahwa perdebatan yang konstruktif sulit terjadi di media sosial.

Salah satu yang melatarbelakanginya, menurut Amanda terletak pada desain media sosial itu sendiri. Misalnya Facebook. Desain fitur pada kolom komentar yang dapat menyembunyikan komentar secara otomatis dan memperpendeknya membuat orang-orang tidak dapat melihat konten dan turut berpartisipasi dalam diskusi. Hal tersebut dapat membuat interaksi di sana menjadi kurang bermakna.

Sementara itu, media sosial juga menciptakan jarak impersonalitas yang semakin dalam. Artinya setiap orang bebas berbincang dengan siapa saja, baik saling kenal atau tidak yang kadang kala menelantarkan sisi kemanusiaan kita.

Mereka memosisikan diri hanya sebatas akun, bukan sebagai manusia secara personal. Tidak heran jika kemudian mereka yang berada di ruang virtual memiliki karakter berbeda jika berada di dunia nyata.

Rasa impersonalitas tersebut kemudian membuat para netizen menjadi begitu mudah meninggalkan komentar-komentar yang penuh makian dan umpatan yang menyerang privasi.

Belum lagi, identitas media sosial yang dapat disamarkan membuat para netizen semakin beringas meninggalkan jejak komentar yang menyebalkan.

Mereka merasa aman karena dapat bersembunyi di balik anonimitas akun media sosialnya. Masalah etika tidak lagi menjadi pegangan akibat kefanatikan yang mematikan logika akal sehat.

Padahal etika di sini memegang peranan yang penting sekali. Sebagai bagian dari keterampilan literasi digital, etika berinternet/netiket harusnya menjadi pedoman dalam menjalin interaksi di media sosial.

Para pengguna media sosial hendaknya menyadari bahwa komunikasi di ruang maya itu sama halnya dengan berkomunikasi di ruang nyata. Hanya saja terfasilitasi secara virtual.

Bukan hanya ketika berdebat di media sosial, tetapi juga saat hendak memberikan komentar pada unggahan orang lain. Menjalin interaksi dengan penuh etika dan empati menjadi modal penting untuk menjaga kewarasan bersama di media sosial.

Pun tidak hanya berlaku ketika berbicara soal politik. Akan tetapi juga ketika membincang hal-hal  sensitif seperti kasus perundungan atau pelecehan. Rasa empati  dengan tidak melulu menyalahkan korban perlu kita kedepankan. Selain itu hendaknya kita juga berfokus pada peristiwa dan solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. []

Tags: impersonalLiterasi Media Sosialmedia sosialnetizenRuang Digital
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version