• Login
  • Register
Selasa, 21 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Prajurit Perempuan dalam Sejarah Nusantara

Barisan mereka terlatih oleh Pangeran Sambernyawa dan pimpinan Raden Ayu Matah Ati atau Rubiyah. Dalam sejarah nusantara, prajurit estri tidak hanya terlatih keterampilan bersenjata dan berkuda, tapi juga mahir dalam bidang kesenian dan memiliki aneka keterampilan

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
25/07/2022
in Publik
0
Prajurit Perempuan

Prajurit Perempuan

960
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika kata prajurit selalu identik dengan laki-laki yang mahir menggunakan senjata, memadamkan api pada meriam, serta melindungi istana. Maka pada catatan naskah kuno anggapan tersebut dapat tergantikan dengan kenyataan yang selama ini kita ketahui.

Perempuan dalam sejarah nusantara mengilhami kesempatan untuk maju ke medan perang dan mengawal raja-raja. Fakta tersebut kemudian menjadikan kita bertanya-tanya sebenarnya bagaimana sih kedudukan sosial perempuan di Indonesia pada masa zaman dahulu? katanya masih terselimuti budaya patriarki, kok banyak yang jadi prajurit?

Lagi-lagi kita harus mengakui bahwa hampir tidak ada sejarah bahkan sekelas mitologipun yang mengangkat kebenaran tentang prajurit perempuan. mungkin kita paham akan cerita Srikandhi yang ikut bertempur dalam melawan Resi Bhisma dalam Bharatayudha, itupun diteliti oleh orang Eropa, terutama bangsa Belanda yang berkunjung ke kerajaan-kerajaan di Jawa.

Daftar Isi

    • Kisah tentang Prajurit Perempuan dalam Sejarah Nusantara
  • Baca Juga:
  • Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam
  • Dalam Catatan Sejarah, Ulama Perempuan Berikan Pengaruh Besar Bagi Peradaban Islam
  • Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim
  • Fakta Sejarah Islam, Banyak Ulama Perempuan Lebih Unggul dari Laki-laki
    • Prajurit Perempuan Mahir Berkuda dan Piawai Menggunakan Senjata

Kisah tentang Prajurit Perempuan dalam Sejarah Nusantara

Tulisan tentang keberadaan prajurit perempuan pun kita dapatkan dari naskah kuno dengan judul Koninklijk Instituut vor Taal-, Land- en Volkenkunde Oriental (KITLV Or) yang terdiri atas 606 halaman . Naskah ini diberikan oleh Raja Mangkunegara VII kepada peneliti yang bernama Dr. Pigeud.

Manuskrip KITLV ini menceritakan tentang para perempuan dalam sejarah nusantara, yang menjadi prajurit pribadi Raja Mangkunegara I yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Adipati atau yang lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. jumlah prajurit perempuan yang dipanggil dengan sebutan prajurit estri ini menurut Rijklof van Goens, yang pernah mengunjungi Mataram pada abad ke-17, berjumlah 150 perempuan muda.

Baca Juga:

Poligami Bukan Tradisi yang Dilahirkan Islam

Dalam Catatan Sejarah, Ulama Perempuan Berikan Pengaruh Besar Bagi Peradaban Islam

Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim

Fakta Sejarah Islam, Banyak Ulama Perempuan Lebih Unggul dari Laki-laki

Sedangkan menurut Kumar Ann (2008:7) Mereka bertugas untuk mengawal sang raja ketika muncul di hadapan orang banyak, menyiapkan perkakas sang raja, dan bahkan menjaga raja dengan membawa tombak dan tulup di sisi bagian keraton bak seorang ajudan yang gagah berani.

Menurut kesaksian peneliti dari Belanda, prajurit estri ini tidak hanya terdapat di Mangkunegara saja, tetapi di kerajaan Aceh dan Jawa lainnya. Menurut Agustin Beaulieu pada tahun 1620-1621 Kesultanan Aceh yang kita kenal sebagai Sultan Iskandar Muda pun memiliki prajurit perempuan yang bertugas mengawal istana. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, sekitar 3000 perempuan muda.

Prajurit Perempuan Mahir Berkuda dan Piawai Menggunakan Senjata

Tidak hanya itu, di istana Mataram, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Daendels terkejut ketika menyaksikan pertunjukan turnamen berkuda yang dilakukan oleh 40 perempuan Mataram. Daendels kagum dengan kepiawaian perempuan-perempuan Mataram dalam menunggang kuda dan menggunakan senjata di atasnya. Mengingat di tanah asalnya, kemampuan itu hanya bisa kaum laki-laki lakukan.

Barisan mereka terlatih oleh Pangeran Sambernyawa dan pimpinan Raden Ayu Matah Ati atau Rubiyah. Dalam sejarah nusantara, prajurit estri tidak hanya terlatih keterampilan bersenjata dan berkuda, tapi juga mahir dalam bidang kesenian dan memiliki aneka keterampilan.

Salah satu tokoh prajurit perempuan yang terkenal dari Mataram adalah Nyimas Utari. Sang prajurit Telik Sandi (badan intelegen) yang berhasil membunuh gubernur VOC, JP. Coen pada 02 September 1629 dengan memasukkan racun arsenik yang tercampurkan minuman.

Memang misi operasi rahasia terbesar yang ia lakukan adalah pembunuhan Gubernur Jenderal VOC, Jans Pieterzoon Coen. Bahkan, demi memuluskan misinya tersebut, Nyimas Utari harus rela menjadi penyanyi di klub tempat berkumpulnya para perwira VOC.

Berawal dari Wonoboyo yang mengirimkan anak perempuannya yang memiliki kemampuan telik sandi mumpuni, Nyimas Utari, agar bergabung dengan agen telik sandi asal Samudra Pasai, Mahmudin yang menjadi suami Utari. Kini, makamnya terletak di dekat pusara Wali Mahmudin di keramat Wali Mahmudin Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat.

Lihatlah, dari prajurit estri kita bisa menyimpulkan bagaimana peranan perempuan dalam segala hal. Bisa kita buktikan dari mulai memainkan senjata. Lalu bisa menunggang kuda, mengawal raja, menjaga istana, bahkan tetap bisa menyelesaikan urusan domestikpun yang telah mendarah daging di kesehariannya.

Tidak hanya itu, kepiawaiannya dalam menari dalam istana juga didominasi oleh kaum perempuan. Bukankah itu sudah cukup? Bagaimana untuk menggambarkan betapa kaum kita layak menempati segala hal yang selama ini masih dominasi kaum laki-laki saja? []

 

 

Tags: gerakan perempuanNusantaraPeran PerempuanPerempuan IndonesiasejarahTradisi
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembahasan Childfree

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

18 Maret 2023
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

17 Maret 2023
Kekerasan Simbolik

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

16 Maret 2023
Berbuat Baik pada Non Muslim

Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Warisan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Menurut Prof. Musdah Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist