• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?

Maka boleh bagi seorang muslim untuk berpuasa di sebagian hari dan tidak berpuasa di sebagian hari yang lain sesuai dengan kemampuannya

Redaksi Redaksi
02/07/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Puasa Dzulhijjah

Puasa Dzulhijjah

287
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Memasuki bulan Dzulhijjah, terdapat banyak amalan sunah yang dapat dikerjakan bagi umat Islam. Salah satu amalan sunah yang dapat dilakukan adalah dengan puasa sunah pada tanggal satu sampai sembilan Dzulhijjah.

Dengan dianjurkannya berpuasa Dzulhijjah, tapi terkadang akibat beberapa pekerjaan dan halangan membuat kita tidak bisa puasa penuh selama sembilan hari. Lantas, bolehkah puasa Dzulhijjah tapi tidak berurutan?

Lembaga Fatwa Mesir, seperti dikutip di website Bincangsyariah.com, memberikan jawaban soal puasa Dzulhijjah tapi tidak berurutan. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam Darul Ifta’ Al-Mishriyah berikut;

سؤال: هل يجب صيام أول تسعة أيام من ذي الحجة كاملة، أم يجوز الصيام والإفطار فيها؟

الجواب: لا يجب صيام التسع أيام كاملة؛ لإنه صيام نافلة وليس صيام فرض، مشيرة إلى أنه يجوز للمسلم أن يصوم بعض الأيام ويفطر البعض الآخر على قدر استطاعته. الأفضل صيام التسعة كاملة لكن إذا لم يستطع المسلم فيصح له صيام القدر المستطاع، وينبغى أن يحرص على صيام يوم عرفة؛ لأنه ورد فيه حديث مخصوص فقد قال -صلى الله عليه وسلم-: صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

Baca Juga:

5 Keutamaan Puasa Syawal

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Peluang Wanita Haid dalam Meraih Keutamaan Lailatul Qadar dalam Pandangan Islam

Lailatul Qadar dan Perempuan Haid dalam Kitab Hasyiyah al-Qalyubi

Pertanyaan; Apakah wajib berpuasa 9 hari secara sempurna di awal bulan Dzulhijjah atau apakah boleh berpuasa dan kemudian tidak berpuasa?

Jawaban; Tidak wajib berpuasa 9 hari secara sempurna. Karena puasa 9 hari bulan Dzulhijjah adalah puasa sunnah, bukan puasa wajib.

Dengan demikian, maka boleh bagi seorang muslim untuk berpuasa di sebagian hari dan tidak berpuasa di sebagian hari yang lain sesuai dengan kemampuannya.

Namun yang lebih utama adalah berpuasa 9 hari secara sempurna. Jika seorang muslim tidak mampu secara sempurna, maka boleh baginya berpuasa sesuai dengan ukuran yang dia mampu melakukannya.

Dan hendaknya dia berpuasa di hari Arafah karena terdapat sebuah hadis khusus mengenai puasa Arafah ini.

Nabi Saw telah bersabda; Puasa Arafah, saya berharap pada Allah, dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan dosa setahun setelahnya.

Dengan demikian, berpuasa di bulan Dzulhijjah secara tidak berurutan hukumnya boleh. Seseorang boleh berpuasa di bulan Dzulhijjah sesuai dengan kemampuannya, meskipun tidak berurutan. (Rul)

Tags: bulan dzulhijjahbulan hajipuasapuasa dzulhijjahsunahtidak berurutan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version