• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Ra’ana Liaquat Ali Khan Sang Emansipatoris Awal Dalam Sejarah Pakistan Modern

Secara terbuka ia menyerang sang Jendral karena mengesahkan hukum Islam yang sebenarnya tidak adil bagi  perempuan. Bahkan bertentangan dengan Islam itu sendiri

Ibnu Fikri Ghozali Ibnu Fikri Ghozali
09/12/2022
in Figur
0
Ra'ana Liaquat Ali Khan

Ra'ana Liaquat Ali Khan

526
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada seorang tokoh wanita yang perlu kita perbincangan dalam sejarah negara Pakistan. Namun  hingga saat ini jarang terdengar bahkan hampir terlupakan akan jasanya. Ia adalah istri dari Perdana Menteri Pertama Pakistan yang sempat terbunuh pada tahun 1951, Ra’ana Liaquat Ali Khan. Kehidupannya yang terabaikan oleh segelintir sejarawan Pakistan patut kita kenang. Terutama jasanya dalam membela hak-hak dan kesetaraan atas wanita di negara yang bermayoritaskan muslim itu.

Disebutkan dalam sebuah buku yang berjudul ‘The Begum, a potrait of Ra’ana Liaquat Ali khan: Pakistans’s Pioneering First Lady’ awalnya ia bernama Sheila Irene Pant. Sebelum akhirnya ia memeluk agama Islam. Ra’ana lahir pada 1905 di Almora (sekarang India) dari pasangan Daniel Devidutt Pant dan Annie.

Ia tumbuh dalam keluarga ‘Pant’ dimana keluarga ini memiliki klan tertinggi di kasta Brahmana. Di keluarga itu Ra’ana tumbuh dan besar bersama empat saudara perempuan dan lima saudara laki-lakinya. (Kifayat Academy, 1975, P15)

Dia menerima pendidikan awalnya di Wellesley Girl’s High School, Naintal. Semasa kecilnya, ia sangat aktif dan memiliki kualitas kepemimpinan yang baik. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolahnya, dia melanjutkan pendidikannya di Isabella Thoburn High School. Ia mampu menamatkan perguruan tingginya di University of Lucknow pada tahun 1927.

Aktif dalam Pergerakan

Keaktifan Ra’ana berlanjut ketika ia mengenyam di Perguruan Tinggi. Hingga suatu saat salah satu Professor berkomentar tentangnya “Di mana dia berada selalu ada kehidupan dan pergerakan darinya, ia adalah siswi yang cerdas yang mampu memberikan kesenangan bagi orang di sekitarnya sekaligus bertanggung jawab.”

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Pada tahun 1933 ia pun dipersunting oleh Liaquat Ali Khan, seorang tokoh muslim yang nantinya bakal menjadi pemimpin pertama di negara Pakistan. Di mana penetapan kemerdekannya baru pada 1947. Pada tahun ini juga, ia mendeklarasikan diri untuk masuk ke dalam agama Islam. Sehingga ia mengubah namanya menjadi Ra’ana (Gul-i-Rana). Ia mengubah sesuai nama yang berciri khaskan agamanya saat ini. Bersama suaminya itu ia dikarunia dua seorang anak yang bernama Ashraf dan Akbar. (Ahmed, Khaled 2019)

Setelah wafatnya sang suami  yang saat itu masih menjabat sebagai Perdana Mentri Pakistan pada tahun 1950, ia memulai masuk dalam dunia politik. Dalam partai Pakistan Muslim League, sebuah partai yang pernah diarungi suaminya. Di sanalah ia memulai membicarakan sebuah emansipasi  untuk memajukan kaum wanita di negri yang merdeka pada tahun 1947 tersebut.

Mendirikan APWA

Ia menilai bahwa kehadiran wanita di negaranya bukan isapan jempol semata, hingga akhirnya  ia mendirikan APWA (All Pakistan Women’s Association). Dari kiprah inilah ia mendapat julukan ‘Madar-e-Pakistan’ or ‘Mother of Pakistan’ yang menerima anugerah sebagai tokoh pengembangan wanita dan pemberdayaan wanita.

Karirnya pun mulai moncer saat ia menjadi delegasi wanita muslim pertama di PBB. Ia seolah membuktikan kepada dunia bahwa dia telah menunjukan pandangannya dan membangun persepsinya sebagai wanita modern yang mempunyai tujuan ke depan dalam membangkitkan kaum wanita di Pakistan.

Di dua tahun setelahnya, ia juga ditunjuk sebagai duta besar di Belanda dan menjadikannya sebagai wanita pertama Pakistan yang mampu meraih jabatan penting itu. Hingga akhirnya, ia merapat pada kabinet Zulfikar Ali Bhutto. Ia mendapat amanah untuk memegang Kementrian Keuangan dan Ekonomi, lalu memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan terkait ekonomi.

Bahkan muncul dalam sebuah artikel yang Muneeza Shamzie (1982) tulis pada majalah Dawn, terdapat kutipan perkataan Jinnah. Di mana ia membuktikan dan percaya pada peranannya dalam membangkitkan semangat kaum wanita pada tahun 1942. Ketika masa itu terlihat jelas saat kekaisaran Jepang hampir menyerang India. Jinnah memanggil Ra’ana seraya berkata kepadanya “Bersiaplah untuk melatih para wanita. Islam tidak ingin wanita diam dan tidak pernah melihat udara segar.”

Dari peranan inilah, ia mampu membuka kaca mata kaum wanita di Pakistan bahwasanya wanita bukanlah kaum domestik yang hanya bisa jago kandang di kawasannya. Justru dengan peranan Ra’ana ini, sanggup memberikan efek terhadap wanita Pakistan yang sejatinya bisa bersaing di kancah Internasional.

Lantang Menolak Kebijakan Diskriminatif

Bahkan, pada masa pemerintahan Jendral Zia-ul Haq ia wanita yang teriak paling lantang atas penolakannya. Secara terbuka ia menyerang sang Jendral karena mengesahkan hukum Islam yang sebenarnya tidak adil bagi  perempuan. Bahkan bertentangan dengan Islam itu sendiri. Dalam sebuah wawancaranya dengan Afsheen Zubair seorang jurnalis ia menegaskan bahwa

“Ide berdirinya Pakistan di mana di mulainya sangat-sangat berbeda dengan apa yang kita lihat saat ini. Pada waktu itu  tidak ada pertanyaan tentang agama ketika memasuki dunia politik. Setiap orang bebas untuk mengikuti sebagaimana yang mereka sukai, tidak ada yang mengintervensi, itu hanyalah tentang kamu dan Tuhannya.

Dulu ada shiah dan sunni, kita tidak mengetahui yang siapa adalah siapa. Kita hanya bekerja bersama bahkan Quaid Azzam sendiri menyatakan basis Pakistan adalah agama. Namun Pakistan divisualisasikan negara sekuler dan demokratis.”

Dalam sebuah majalah Dawn 1982 terdapat kutipan perkataan Jinnah yang membuktikan bahwa ia percarya akan perannanya dalam membangkitkan semangat kaum wanita pada tahun 1942 ketika terlihat jelas saat kekaisaran Jepang hampir menyerang India, Jinnah memanggil Ra’ana Liaquat Ali Khan seraya berkata kepadanya “ Bersiaplah untuk melatih para wanita. Islam tidak ingin wanita diam dan tidak pernah melihat udara segar ”

Hingga akhir hayatnya, Ra’ana Liaquat Ali Khan banyak mendapatkan anugerah di berbagai bidang, selain ia mendapatkan julukan ‘Mother of Pakistan’ ia juga mendapatkan pengakuan atas perjuangan seumur hidupnya untuk hak-hak perempuan oleh PBB pada tahun 1978.

Selain itu, ia juga mendapatkan ‘Women of the World’ pada tahun 1965 yang dipilih oleh Asosiasi wanita Turki, Ankara, dan Vavaliera di Gran Croce (Italia). Dari ialah semangat yang sama yang mampu melahirkan wanita tangguh seperti Benazhir Bhutto di negara Pakistan. []

 

Tags: duniaKepemimpinan PerempuanPakistanRa'ana Liaquat Ali Khansejarah
Ibnu Fikri Ghozali

Ibnu Fikri Ghozali

Saat ini sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di Prince of Songkla University, Thailand.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version