• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Ratu Sinuhun dan Kitab Simbur Cahaya

Dian Nafi Hasfa Dian Nafi Hasfa
05/03/2020
in Aktual
0
297
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Februari lalu saya berkesempatan memenuhi undangan Dinas Pariwisata Palembang untuk mengunjungi Bumi Sriwijaya dan turut mempromosikan destinasi wisata di salah satu kota tertua negara kita ini. Sebagian diri saya merasa sangat antusias karena perjalanan ini sekaligus diniatkan untuk napak tilas Sultan Fatah yang dulu lahir sampai masa remajanya tinggal di Palembang bersama ibunda tercinta, Putri Campa asal Cina.

Dalam trip kali ini bukan saja saya akhirnya bisa menziarahi makam Ratu Sepuh, istri Sultan Mahmud Badaruddin 2, yang berasal dari Demak, tapi juga ke makam-makam tokoh lainnya. Di Kawah Tekurep dalam bangunan yang sama, selain makam Ratu Sepuh ini juga terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin 2 dan istri-istri lainnya. Istri pertama, Ratu Sepuh dari Demak. Istri kedua asal Cina. Istri ketiga asal Arab. Dan istri keempat asli Palembang.

Di kawasan makam Sabo Kingking, terdapat makam Ratu Sinuhun yang juga merupakan perempuan hebat di Bumi Sriwijaya ini. Ratu Sinuhun adalah istri Pangeran Sido Ing Kenayan, yang berkuasa selama enam tahun dari tahun 1636 – 1642 M di Palembang.

Ratu Sinuhun dikenal sebagai sosok panutan karena Undang-Undang yang dibuatnya berisi kearifan lokal dalam hal hubungan sosial kesetaraan gender. Sang ratu tidak hanya dikenal karena kepeduliannya dalam menata dusun dan lingkungan tetapi juga dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan.

Pada masanya di tahun 1630-an, Ratu Sinuhun menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat intelektual tinggi dan berdiri setara dengan laki-laki. Ratu Sinuhun telah menunjukkan kesetaraan gender bahkan popularitasnya melebihi suaminya.

Baca Juga:

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

Makam Sabo Kingking dikenal sebagai pemakaman para raja awal kerajaan Islam Palembang yang telah berusia sekitar lima ratus tahun. Terdapat empat puluh satu makam di dalam areal seluas sepuluh ribu meter persegi.  Di pemakaman ini juga terdapat makam Panglima Kiai Kibagus Abdurrachman dan juga Al Habib Al Arif Billah Umar bin Muhammad Al Idrus bin Sahab yang dikenal sebagai imam dan guru mereka.

Kitab Simbur Cahaya yang digubah oleh Ratu Sinuhun merupakan perpaduan antara hukum adat dan ajaran Islam. Kitab ini diyakini sebagai bentuk Undang-Undang tertulis berlandaskan syariat Islam, yang pertama kali diterapkan bagi masyarakat Nusantara khususnya di Sumatra Selatan. Simbur Cahaya juga mengajarkan tentang harmoni terhadap lingkungan alam, lingkungan sosio-kultur dan religi.

Pada perkembangan selanjutnya, ketika Palembang berhasil dikuasai Kolonial Belanda. Sistem kelembagaan adat masih dilaksanakan seperti sediakala, yaitu dengan mengacu kepada Undang Undang Simbur Cahaya, dengan beberapa penghapusan dan penambahan aturan yang dibuat oleh resident.

Berdasarkan informasi dari penerbit “Typ. Industreele Mlj. Palembang, 1922”, Undang Undang Simbur Cahaya terdiri dari 5 bagian, yaitu:

  1. Adat Bujang Gadis dan Kawin (Verloving, Huwelijh, Echtscheiding) (32 pasal)
  2. Adat Perhukuman (Strafwetten) (58 pasal)
  3. Adat Marga (Marga Verordeningen) (29 pasal)
  4. Aturan Kaum (Gaestelijke Verordeningen) (19 pasal)
  5. Aturan Dusun dan Berladang (Doesoen en Landbow Verordeningen) (32 pasal)

Pada bab tiga juga menjelaskan mengenai hubungan lingkungan dan manusia. Terdapat berbagai aturan mengenai cara membakar lahan agar tidak merugikan orang lain, ketentuan memelihara binatang ternak, larangan membunuh ikan dengan racun dan lainnya. Dalam Undang-Undang yang berusia ratusan tahun ini juga terdapat norma, aturan dan sanksi yang jelas dan tegas di setiap pelanggaran.

Dan tentu saja adab dan aturan yang melindungi perempuan juga diatur dalam Kitab Simbur Cahaya ini. Betapa hebatnya pada jaman itu, seorang perempuan telah mempunyai peran dan memiliki kontribusi bagi kesetaraan dan relasi yang adil antara laki-laki serta perempuan, dan kemaslahatan umat serta warga masyarakat sekitar. Subhanallah. []

Dian Nafi Hasfa

Dian Nafi Hasfa

architect, author, blogger, researcher,  scholar who love travel and learn. concern on education,  behavior, the built environment, people development

Terkait Posts

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!

16 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

KUPI Gelar Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Seruan Bangkit dari Krisis Kemanusiaan

14 Mei 2025
Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Makhluk Intelektual

Laki-laki dan Perempuan adalah Makhluk Intelektual dan Spiritual

1 April 2025
Perempuan bisa menjadi Pemimpin

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

1 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version