• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Re Grow Solusi Darurat Sampah Pangan di Indonesia

Re-Grow bisa dilakukan dengan sederhana, tak perlu harus menunggu punya ladang pribadi yang luas atau sawah 1 hektar, Re-Grow bisa dilakukan cukup dengan media tanah dalam pot-pot kecil atau polybag

Belva Rosidea Belva Rosidea
26/06/2022
in Publik
0
Darurat Sampah

Darurat Sampah

374
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berita kemiskinan dan anak-anak kelaparan masih merajalela di negeri ini, namun produksi sampah pangan terbilang tinggi, bukankah sebuah ironi? Selama ini perhatian terhadap sampah pangan kurang begitu digaungkan dibandingkan dengan sampah plastik yang mulai banyak mendapat perhatian. Sehingga masih sedikit dari kita yang aware dengan darurat sampah pangan.

Anggapan bahwa sampah pangan sebatas sampah organik yang mudah terurai, sehingga tidak membahayakan lingkungan merupakan hal yang perlu kita luruskan. Mengapa? Sampah pangan atau juga disebut sampah dapur merupakan jenis sampah terbesar yang dihasilkan di Indonesia.

Pada tahun 2020, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukkan jumlah sampah terbesar di Indonesia didominasi oleh sampah pangan sebanyak 44 persen. Kemudian diikuti sampah plastik 15 persen, kertas 13 persen.

Bahkan, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara produsen sampah pangan terbanyak di dunia. Jelas, terjadi darurat sampah di Indonesia. Lalu, apa bahayanya?

Menghasilkan cairan leachate yang berbahaya

Cairan leachate merupakan cairan yang terbentuk akibat bercampurnya sampah pangan dengan sampah non-organik yang tidak bisa membusuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang miskin oksigen. Secara signifikan cairan leachate berdampak pada eutrofikasi sistem perairan, mengurangi jumlah oksigen dan mendorong pertumbuhan organisme berbahaya. Karena tingkat toksisitasnya yang tinggi, leachate menjadi ancaman utama bagi akuifer dan kesehatan air tanah. Akibatnya, banyak dari masyarakat yang mengalami krisis air bersih.

Baca Juga:

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

Tamasya “Wisata” Kota Sampah dan Pandangan Kritis Seyyed Hossein Nasr

Membaca Ensiklik Katolik Laudato Si’ Menggunakan Perspektif Mubadalah

Lailatul Qadar adalah Pesan Pelestarian Lingkungan

Menghasilkan gas rumah kaca (GRK)

Proses pembusukan sampah organik dengan konsentrasi sampah non-organik yang tinggi akan melepaskan gas metana atau CH4 yang disinyalir 25 kali lebih berbahaya dari karbon dioksida. Jumlah produksi emisi sampah pangan terlaporkan mencapai 3,3 gigaton setara karbon dioksida (IPCC, 2007).

Meningkatnya emisi gas rumah kaca ini dapat mendorong pemanasan global, menciptakan perubahan iklim, membuka jalan bagi kepunahan banyak spesies flora dan fauna. Perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca turut berkonstribusi terhadap terjadinya berbagai bencana alam di dalam negeri seperti, kekeringan, banjir, tanah longsor dan risiko penurunan ketersediaan air yang signifikan di sejumlah daerah terutama pulau Jawa dan Bali.

Mengurangi kandungan nutrisi pada sejumlah tumbuhan

Penelitian ekologi oleh Chunwu Zhu, Lewis H. Ziska, dkk, yang terpublikasi oleh Science Advances menunjukkan, beras yang terpapar karbon dioksida pada level tinggi mengandung nutrisi yang lebih rendah. Sebanyak 18 varietas padi yang teruji mengandung lebih sedikit protein, zinc, zat besi, penurunan vitamin B1, B2, B5, B9. Hal ini menjadi ancaman baru kasus kekurangan gizi di Indonesia mengingat mayoritas penduduknya bergantung kepada beras sebagai makanan pokok.

Lalu, bagaimana solusinya? Berbagai solusi darurat sampah dapur mulai ada gagasan dalam berbagai cara, salah satunya yakni dengan metode Re-Grow. Apa sih Re-Grow? Re-Grow merupakan kegiatan menanam kembali sampah sayuran menjadi tanaman baru. Sebagai penduduk dari sebuah negara agraris yang besar, tentunya kegiatan tanam-menanam lekat dengan keseharian mayoritas penduduk Indonesia. Itu sebabnya Re-Grow bisa menjadi salah satu solusi cantik darurat sampah pangan di Indonesia.

Darurat Sampah
Darurat Sampah

Re-Grow bisa kita lakukan dengan sederhana, tak perlu harus menunggu punya ladang pribadi yang luas atau sawah 1 hektar. Re-Grow bisa kita lakukan cukup dengan media tanah dalam pot-pot kecil atau polybag. Bahkan beberapa tanaman sayur bisa tumbuh hanya dengan media air. Beberapa sampah sayuran yang bisa Re-Grow yakni seperti, daun bawang, sawi/pakcoy, seledri, wortel, bawang, jahe atau tanaman rimpang lainnya.

Manfaat Re Grow sebagai Solusi Darurat Sampah

Metode Re-grow jelas memberi manfaat, selain yang pasti mengurangi kontribusi sampah untuk negeri, ada beberapa manfaat yang kita dapat, antara lain:

  1. Menghemat uang belanja

Re-grow akan sangat terasa manfaatnya ketika harga sayuran melambung tinggi. Teman-teman sekalian serasa punya kebun sayur sendiri.

  1. Mempercantik dapur

Di masa kini, interior dapur yang estetik seakan menjadi kebutuhan. Tanaman Re-grow selain ramah lingkungan juga dapat menjadi hiasan hijau yang cantik loh, bahkan bisa sekalian buat background virtual meeting.

  1. Lebih hemat waktu

Kalau sekedar mau masak telur dadar, teman-teman gak perlu lagi tuh ke pasar cuma buat beli daun bawang 3000 rupiah, tinggal petik fresh from garden.

Re-Grow memang bisa menjadi salah satu solusi permasalahan sampah dapur. Namun, kebiasaan-kebiasaan baik ramah lingkungan yang lain juga perlu kita terapkan mulai dari diri sendiri dan sejak dini. Utamanya yakni dengan membeli dan mengolah bahan pangan secukupnya, menghabiskan makanan yang ada, dan berhenti membuang-buang makanan.

Sebagai generasi muda, sudah saatnya bagi kita untuk berlomba-lomba memberikan kontribusi terbaik dan sebanyak-banyaknya bagi Nusa dan Bangsa, namun bukan kontribusi sebanyak-bayak nya dalam hal sampah tentunya. Yuk mulai dari kita, berhenti membuang-buang makanan sebab masih banyak saudara di luar sana yang menjadi korban krisis pangan. []

 

 

 

Tags: Darurat SampahIsu LingkunganKeadilan EkologisPengelolaan SampahZero Waste
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version