• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Resolusi Tahun Baru: Kiat-kiat Menjadi Perempuan Berdikari

Tahun 2023 dengan seluruh harap di dalamnya tentu menjadi semangat hidup dan tekad yang lebih kuat. Yakni menjadi perempuan berdikari

Asla Miuw Asla Miuw
03/01/2023
in Personal
0
Menjadi Perempuan Berdikari

Menjadi Perempuan Berdikari

470
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Baru saja kita telah berpisah dengan tahun 2022 dan memasuki tahun baru 2023. Seperti manusia pada umumnya kita pasti memiliki puluhan atau bahkan ratusan wish list (daftar harapan) dalam menyambut tahun yang baru. Tahun 2023 dengan seluruh harap di dalamnya tentu menjadi semangat hidup dan tekad yang lebih kuat. Yakni menjadi perempuan berdikari. Dalam tulisan ini saya ingin mengajak pembaca khususnya perempuan apa saja nilai-nilai yang bisa kita jadikan pijakan ke depan.

Pertama, laku spiritual. Maksudnya adalah sebagai hamba yang tercipta oleh kuasa Tuhan dan dari ajaran agama yang kita yakini. Poin pertama adalah manifestasi dari yang sifatnya transendental atau habluminallah. Tidak hanya sekadar beribadah dan beragama. Namun dapat kita manifestasikan pada spiritualitas untuk kerja-kerja kemanusiaan sebagai khalifah fil ardh.

Spiritualitas itulah yang kemudian menjadi dasar bagaimana manusia bisa lebih luas dalan menciptakan tatanan sosial yang lebih berkeadilan baik kepada sesama manusia dan juga alam. Poin pertama inilah yang kemudian lebih luasnya spiritualitas yang membahas pada konsep hablum minallah, hablum minannas, dan juga hablum minal alam.

Ketiganya tidak bisa kita pisahkan selama kita menjadi makhluk dan memijakkan kaki di alam raya ini. Sebab manusia memiliki dua garis yang saling berkelindan, garis vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas dan hablum minal ‘alam).

Piramida Tauhid

Piramida tauhid yang Bu Nyai Nur Rofi’ah gaungkan  memperlihatkan bahwa posisi manusia dengan alam atau mahluk hidup lain adalah garis setara. Puncak tertinggi dari seluruh elemen di jagat raya adalah Allah SWT, maka pandangan manusia menguasai manusia lain (laki-laki menguasai perempuan) dan manusia lebih superior terhadap alam adalah pemahaman yang keliru.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Maka sebenarnya bisa kita simpulkan bahwa tauhid dalam islam adalah anti patriarki. Hal itu termaktub dalam tafsir surat Al-Hujurat ayat 13 menegaskan bahwa jati diri perempuan sebagai manusia yang mencantumkan kemuliaan seseorang di hadapan Allah bukan jenis kelamin. Ataupun situasi sosial melainkan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kedua, perempuan harus memiliki kemandirian intelektual atau produksi pengetahuan agar mampu dalam memutuskan berbagai pilihan hidup yang bisa kita pertanggungjawabkan dan berlandaskan kesadaran penuh. Tidak hanya sebatas itu, pentingnya perempuan memiliki basis pengetahuan mendorong untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan dan bermanfaat seluas-luasnya untuk kemashlahatan umat dan jagat raya.

Poin kedua ini tidak kalah penting sebagai manusia yang Tuhan karuniai dengan akal budi, maka harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan akal budi ini lah perempuan bisa keluar dari segala kungkungan budaya patriarki, tafsir alquran dan hadis yang misoginis. Atau sistem sosial yang seringkali mendiskriminasi perempuan baik di ruang privat ataupun publik. Lalu kebijakan negara yang tidak adil gender, dan sistem ekonomi kapitalistik yang mengeksploitasi tubuh perempuan.

Hikmah dari Sosok Para Perempuan Inspiratif

Dalam surat an-Naml ayat 23 yang menceritakan seorang perempuan yang memerintah dan memiliki kuasa, teranugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar. Menceritakan sosok Ratu Bilqis binti Syarahil yang memimpin kerajaan Saba’. Ratu Balqis mampu membawa rakyat Saba’ kepada kemakmuran dan ketentraman, ia sosok pemimpin yang digandrungi oleh rakyatnya.

Hikmah yang bisa kita pelajari dari sosok Ratu Balqis yakni ia menepis kalimat bahwa bangsa yang dipimpin oleh seorang perempuan maka akan hancur. Pada faktanya, kepemimpinan bukan soal jenis kelamin. Namun kapasitas dan kemampuan yang setiap individu miliki termasuk perempuan. Maka penting perempuan harus memiliki basis pengetahuan yang matang dan membawa kemashlahatan umat seperti yang Ratu Balqis teladankan

Ketiga, perempuan harus membangun kemandirian financial atau ekonomi. Tentu pada bagian ini yang paling mahsyur dalam sejarah peradaban Islam yakni sosok sayyidah Khadijah. Bahkan sosok baginda Rasulullah sempat bekerja kepada Sayyidah Khadijah. Tidak hanya sosok Sayyidah Khadijah sebagai tokoh inspiratif dalam kemandirian ekonomi perempuan, ada sosok lain yakni Ummu Syurauk.

Dalam HR. Muslim mengatakan bahwa “Ummu Syurauk adalah perempuan yang kaya raya dari kalangan Anshar, sering menggunakan hartanya di jalan Allah. Karena itu banyak tamu yang berdatangan ke rumahnya.” Ummu Syurauk adalah fakta bahwa perempuan bisa memiliki kemandirian ekonomi bukan karena harta waris keluarga namun dari hasil kerja kerasnya.

Perempuan Harus Bebas Finansial

Sementara itu dalam surat al-Qashash ayat 23 menceritakan sebuah kisah tentang perempuan pengelola peternakan. Artinya perempuan mampu dalam mengurus pekerjaan dan menghasilkan nilai untuk kemudian dijadikan sebagai perjuangan di jalan Allah.

Mengapa penting perempuan memiliki finansial yang mapan? Perlu kita ketahui bahwa salah satu satu tindak kekerasan di dalam rumah tangga salah satu penyebabnya adalah ketergantungan perempuan kepada laki-laki. Atau sebaliknya bahwa beban nafkah yang hanya ditanggung suami menyebabkan ketidakcukupan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bayangkan saja jika suami-istri atau laki-laki dan perempuan sama-sama menjadi agen dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, bisa dipastikan akan berdampak kepada keluarga yang sejahtera dan bahagia. Walaupun memang tolak ukur kebahagiaan bukan hanya tentang uang melainkan banyak aspek yang melingkupinya.

Memasuki tahun 2023 maka resolusi yang saya tawarkan untuk menjadi perempuan berdikari dan mandiri. Yakni “tanamkan ke kepala kita bahwa laku spiritual, kemandirian intelektual dan finansial adalah tiga hal penting yang saling bertautan”. Semoga kita semua kita istiqamahkan dalam setiap proses laku kehidupan. Selamat tahun baru 2023, semangat, niat dan tekad yang kuat menjadi manusia bermanfaat dan bermartabat. []

 

Tags: kehidupanperempuanRefleksi 2022Resolusi 2023Tahun Baru
Asla Miuw

Asla Miuw

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version