• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Rufaidah Al-Aslamiyah, Dokter Perempuan Pertama dalam Islam

Rufaidah hidup pada masa jahiliyah dan masa Islam. Perannya di kota Madinah adalah mengembangkan ilmu pengobatan dari tradisi lokal bangsa Arab dengan tradisi Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
02/03/2023
in Figur
0
Dokter Perempuan Pertama

Dokter Perempuan Pertama

736
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa kitab klasik menyebut nama dokter perempuan pertama dalam Islam ini dengan versi yang berbeda-beda. Namun, semua merujuk kepadanya yang terkenal dengan nama dengan Rufaidah. Tidak ada yang tahu persis kapan tanggal lahirnya, namun Rufaidah hidup pada masa sebelum dan sesudah Islam masuk ke Madinah. Rufaidah termasuk dalam orang pertama yang masuk Islam sekaligus berasal dari golongan Ansar.

Ia berasal dari kalangan tabib. Ayahnya bernama Sa’ad Al’Aslami, seorang tabib terkemuka yang bahkan dijuluki pemimpin para tabib di Kota Madinah. Namanya tersohor hingga ke seluruh Jazirah Arab karena kemampuannya yang mumpuni dalam bidang pengobatan.

Pemahamannya di bidang medis ia peroleh dari ayahnya. Ia sering diminta untuk mengkondisikan pasien sebelum ayahnya tangani. Bahkan, jika keadaan darurat dan ayahnya sedang tidak di rumah, maka ia yang tampil untuk menangani pasien. Saat Rufaidah remaja, ia mendapat kepercayaan untuk menjadi asisten ayahnya. Ia diminta untuk senantiasa mengembangkan kemampuan merawatnya. Kepercayaan ayahnya semakin penuh hingga menjadikannya seorang perawat yang profesional, cekatan, dan piawai dalam ilmu pengobatan.

Rufaidah hidup pada masa jahiliyah dan masa Islam. Perannya di kota Madinah adalah mengembangkan ilmu pengobatan dari tradisi lokal bangsa Arab dengan tradisi Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Misalnya dengan membersihkan tempat pasien dari segala jenis kotoran agar bersih dan higienis. Karena Islam adalah agama yang mencintai kebersihan. Selain itu, jampi-jampi yang ia gunakan untuk mengobati pasien ia ubah menjadi doa-doa dan selawat yang Nabi Muhammad Saw ajarkan.

Daftar Isi

    • Pengobatan dan Syiar Islam
  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran
  • Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan
  • Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam
    • Memberikan Pelayanan Kesehatan

Pengobatan dan Syiar Islam

Dalam proses pengobatan, Rufaidah melakukannya sembari dengan mensyiarkan Islam yaitu dengan meminta pertolongan dan kesembuhan hanya kepada Allah Swt. Bicara pengobatan masa awal Islam maka berdekatan dengan kondisi peperangan. Rufaidah berperan dalam masa sebelum peperangan, masa peperangan, hingga masa pasca peperangan Islam.

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

Hikmah Walimah Pernikahan Dalam Islam

Selain mengobati masyarakat, Rufaidah juga mendirikan sekolah keperawatan pertama bagi wanita muslim saat itu. Ia memimpin perempuan muslim dalam mempelajari ilmu keperawatan sesuai dengan izin Rasululah Saw. Tidak hanya menghasilkan para perawat, namun juga mengikuti perintah Nabi untuk mendidik para wanita muslim. Ia berhasil mengenalkan kepada perempuan untuk membuat perawatan dan pelayanan bagi masyarakat. Mereka semua adalah perawat perempuan pertama dalam Islam yang disebut dengan “Al-Asiyah” asal kata dari “aasa” yaitu menyembuhkan luka.

Pada saat peperangan, Rufaidah dan Al-Asiyah datang menemui Rasulullah Saw meminta izin untuk ikut berpartisipasi dalam medan perang. “Oh utusan Allah, kami ingin pergi keluar bersama kamu untuk perang dan merawat yang telah terluka dan menolong para muslim semampu kami” ucap mereka. Rasulullah memberikan izin kepada mereka. Ia berada di barisan belakang untuk menolong tentara yang terluka. Mereka juga membawakan makanan dan minuman untuk para mujahid yang berperang di medan perang. Untuk menunjang penanganan perang, mereka juga mendirikan tenda perawatan untuk korban yang terluka.

Rumah sakit lapangan Rufaidah adalah rumah sakit palang merah pertama dalam sejarah manusia. Para mujahid yang terluka Rasulullah arahkan untuk pergi ke tenda Rufaidah agar mendapat pertolongan dari para medis yang terlatih. Rumah sakit ini kemudian terkenal dengan Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah) yang kemudian melatar belakangi sebutan Rufaidah dengan Mummaridah al-Isam al-Ula (Perawat wanita pertama dalam Islam).

Memberikan Pelayanan Kesehatan

Ketika masa damai, rumah sakit ini berdiri di samping Masjid Nabawi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kisah tentang Rufaidah ini Al-Bukhari tulis dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad, berikut terjemahannya: Dari Mahmud bin Labid, ia berkata:

“Ketika Sa’ad terluka parah dalam perang Khandaq, umat Islam membawanya kepada seorang perempuan yang bernama Rufaidah, yang memiliki kepandaian dalam mengobati orang-orang yang terluka. Kemudian saran itu dipenuhi, hingga apabila Rasulullah Saw. melewatinya pada sore hari, beliau bertanya kepada Sa’ad, “Bagaimana kabar mu sore ini?” dan jika beliau menjenguk di pagi hari, Rasulullah Saw. bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?” Lalu Sa’ad memberikan jawaban kepada Rasulullah Saw.”

Banyak ulama terkemuka yang menilai Rufaidah ini sebagai perawat perempuan profesional pertama dalam Islam. “Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain”, ucap Prof Omar Hasan Kasule.

Membicarakan potensi perempuan, jadi teringat sebuah maqalah dari seorang ulama yang mengatakan bahwa perempuan adalah kunci peradaban. Oleh karena itu, segenap masyarakat harus mengoptimalkan potensi kebaikan yang ada pada perempuan untuk kemajuan peradaban. Memberikan pemahaman intelektual pada perempuan sekaligus mendidiknya dengan akhlakul karimah. Karena secara historis, peran penting perempuan kita butuhkan untuk kebaikan generasi masa depan. []

Tags: Dokter PerempuanislamPengobatanperempuan bekerjasahabat nabisejarah
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

1 April 2023
Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

27 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Peminggiran Peran Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

21 Maret 2023
Warisan Gusdur

3 Warisan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Menurut Prof. Musdah Mulia

20 Maret 2023
Fundamentalisme Islam

Haideh Moghissi : Fundamentalisme Islam dan Perempuan

17 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist