• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Rumah Tangga Bukan Hanya Tentang Istri

Akhir-akhir ini saya justru lebih sering tertarik pada ceramah atau nasihat pernikahan yang sering bias gender. Saya sering mendapati bahwa banyak nasihat-nasihat yang lebih cenderung ditujukan kepada pihak istri saja

Nur Kasanah Nur Kasanah
13/09/2022
in Keluarga
0
Rumah Tangga

Rumah Tangga

723
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Muharam atau biasa kita sebut sasi Suro dalam kalender Jawa baru saja terlewati. Bulan di mana banyak orang, termasuk keluarga dalam rumah tangga yang meyakini pamali untuk melangsungkan berbagai pesta kemeriahan, wulan tirakat istilahnya. September ini, kita sudah memasuki bulan baru yaitu Sapar.

Undangan ke akad dan resepsi pernikahan sudah mulai berdatangan dengan beragam warna, desain, dan bentuknya dari yang kertas hingga video pendek. Kita tidak hendak membagi kisah tentang berapa isi amplop yang pantas, list MUA yang nge-hits, outfit kondangan yang up to date apalagi menjadi vlogger yang akan mereview kemegahan resepsi, lezatnya hidangan, cantik dan tampannya kedua mempelai. Lalu tentang apa?

Akhir-akhir ini saya justru lebih sering tertarik pada ceramah atau nasihat pernikahan yang sering bias gender. Saya sering mendapati bahwa banyak nasihat-nasihat yang lebih cenderung ditujukan kepada pihak istri saja. Memang tidak semua dan selalu, akan tetapi banyak. Beberapa yang saya atau bahkan kita dengar yang bisa termasuk dalam kategori ketidakadilan gender misalnya:

Citra Negatif Istri

Stereotip atau pemberian citra negatif kepada istri. Pelabelan yang sering mereka berikan dengan menyebut perempuan tukang gosip, pemarah, nangisan, dengki, banyak bicara, tidak pandai berterima kasih. Beberapa bahkan dengan vulgar menyebut istri sebagai kendaraan suami. Istri yang baik citranya harus yang pintar masak, macak, dan manak. Ungkapan dan pelabelan ini tentu saja cenderung merugikan dan menimbulkan ketidakadilan.

Subordinasi atau sikap merendahkan posisi istri. Biasanya dinarasikan dengan penyebutan penciptaan perempuan yang berasal dari tulang rusuk laki-laki hingga seakan-akan perempuan dianggap sebagai makhluk kelas dua sebab tercipta setelah pria. Bahkan istri harus selalu taat apapun kata suami sebab perempuan itu suwargo nunut neroko katut.

Baca Juga:

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Tafsir Sakinah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Marginalisasi atau bersifat memojokkan istri. Sering kita dengar bahwa jumlah perempuan yang jauh lebih banyak daripada pria jika perumpamaan seperti batu dan permata. Suami itu mahal sedangkan perempuan murah. Oleh sebab itu, perempuan harus berupaya menjadi yang terbaik dan tidak boleh marah jika suami tertarik dengan perempuan lain, sebab fitrah lelaki menyukai perempuan cantik dan salihah.

Beban Ganda dan Korban Kekerasan

Beban ganda atau pemberian tugas yang tidak proporsional pada istri. Sebagus apapun karir dan prestasi istri di luar rumah, dia harus tetap menjadi ibu rumah tangga, dan istri yang pandai melayani suami serta anak-anaknya di rumah. Tentu saja hal ini menjadikan beban berlebih pada istri yang tidak hanya sekadar menjadi ibu rumah tangga. Dunia suami seakan terhenti jika istrinya tidak mampu lagi menjalankan peran ganda ini dengan baik.

Kekerasan, baik yang bersifat ekonomi, psikis, seksual hingga fisik. Banyak dikatakan bahwa perempuan harus bersedia kapanpun suami menginginkan atau akan dilaknat malaikat jika membangkang. Seakan-akan adalah suatu kewajaran jika suami itu mudah marah jika lapar atau tidak terpenuhi kebutuhan biologisnya. Ancaman dalam candaan jika tidak segera hadir anak suami akan menikah lagi, seakan-akan tugas istri hanya sebatas pabrik bayi.

Daftar nasihat-nasihat di atas akan lebih panjang jika ada tambahan dengan yang pembaca temui. Dari sini kita melihat seakan-akan rumah tangga itu hanya terdiri dari istri saja, kebahagiaan dan keharmonisan keluarga tergantung istri, bahkan kehadiran buah hati juga menjadi tanggung jawab istri.

Konsep Perkawinan

Perkawinan dalam UU No. 1 tahun 1974 disebut sebagai “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Artinya untuk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga ada hak dan kewajiban yang setara antara suami dan istri. Jika istri dituntut harus pintar memasak dan berhias, apa suami juga boleh diwajibkan bisa membetulkan genteng bocor, ledeng mampet, instalasi listrik yang rusak? Istri tak kunjung hamil, suami boleh menikah lagi, lalu bila suami yang mandul bolehkah istri meminta cerai?

Jika karena suami yang mencari nafkah di luar, maka istri harus mengerjakan semua urusan domestik. Lalu jika istrinya memiliki karir yang lebih bagus dan penghasilan lebih besar, berarti suami yang harus memasak, mengasuh dan mengelola rumah tangga? Tentu saja tidak demikian ‘kan konsepnya?

Kesalingan

Menikah adalah kesalingan. Saling membantu, saling menerima, saling mencintai, saling menjaga, saling melengkapi dan saling-saling yang lainnya. Menurut Imam al-Ghazali relasi ideal antara suami istri akan terbentuk jika suami menghormati posisi istri, mempertimbangkan pendapat, perasaan dan keinginannya.

Suami istri adalah partnership. Mereka adalah mitra satu sama lain, bukan sekadar teman hidup apalagi teman tidur semata. Tidak ada yang boleh dominan posisinya agar tidak jomplang sebelah. Masing-masing memiliki andil untuk kemaslahatan dan kebahagian bersama. Jika suami longgar, tidak ada salahnya membantu pekerjaan istri di rumah. Jika istri mampu mendapatkan tambahan penghasilan, akan lebih baik jika membantu suami menopang perekonomian keluarga.

Suami dan istri adalah pasangan dalam rumah tangga, seyogyanya kedua pihak terlibat aktif dan adil. Tidak boleh ada lagi ketidakadilan gender dalam mewujudkan tujuan keluarga untuk hidup aman, tentram, sejahtera dan terlindungi sebab rumah tangga bukan hanya tentang istri tetapi juga suami. []

 

 

 

Tags: istrikeluargaKesalinganperkawinanpernikahanrumah tanggasuami
Nur Kasanah

Nur Kasanah

Nur Kasanah yang akrab disapa Nana menyukai jalan-jalan dan tertarik pada isu keluarga, filantropi dan perempuan

Terkait Posts

Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Ibu Rumah Tangga

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

17 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID