• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Solo Gowes: Perjalanan Menerima Diri

Bagiku bersepeda, bukan hanya sekedar jalan-jalan, bukan pula sekedar kayuhan pedal yang bergantian, tapi ini tentang rasa. Betapa aku merasa damai dengan bersepeda sendirian.

Nani Munayah Nani Munayah
22/07/2024
in Personal
0
Solo Gowes

Solo Gowes

640
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebelum memulai perjalanan: rem, pedal, gear dan bagian sepeda lainnya aku cek dan bersihkan untuk menjaga keselamatan dalam perjalanan. Ya, hal inilah yang rutin aku lakukan saat aku mau bersepeda sendirian (solo gowes) mengelilingi Kota Cirebon.

Solo gowes menjadi salah satu hobiku saat ini. Banyak energi positif yang aku dapatkan saat aku bersepeda sendirian.

Hobi bersepeda ini aku temukan sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga aku belajar di Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Cirebon, hobiku semakin meningkat. Karena dengan sepeda ini, pokoknya aku ingin mengunjungi setiap sudut-sudut yang ada di Kota Cirebon.

Karena bagiku bersepeda, bukan hanya sekedar jalan-jalan, bukan pula sekedar kayuhan pedal yang bergantian, tapi ini tentang rasa. Betapa aku merasa damai dengan bersepeda sendirian. Meski sendirian aku justru merasa tenang, dan dari ketenangan itulah aku mulai mendekati diri, mengenali diri, apa yang diingikan oleh tubuh sendiri.

Sewaktu kecil, orang tua dan guru pernah mengajarkan dan mengatakan agar kita senantiasa  berbuat baik dan menolong, mengucapkan tolong, maaf dan terima kasih kepada orang lain. Nasihat itu selalu aku coba terapkan setiap harinya.

Baca Juga:

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Girls, No More Worry! Kini Bisa Pilih Kursi Sesama Perempuan di KAI

Hadis Hak Perempuan untuk Menikahkan Dirinya Sendiri

Karena saking seringnya melakukannya terhadap orang lain, ternyata aku lupa atau mungkin dulu tidak pernah diajarkan. Sehingga aku atau bahkan kita luput dalam meminta pertolongan dan berterimakasih kepada diri sendiri.

Berterimakasih pada Diri Sendiri

Di setiap gowesan, di perjalanan, dan di sudut-sudut tempatku berteduh kadang aku menyempatkan diri untuk membaca buku yang aku bawa, kadang juga membaca artikel popular di media sosial. Dan salah satu di antaranya aku membaca artikel dari perempuanberkisah.id

Dan dari situlah aku mengutip dan mencoba menerapkan bagaimana berterimakasih pada diri sendiri seperti apa yang aku baca tulisan dari perempuanberkisah.id berikut:

Pertama, terima kasih sudah mau beranjak dari tempat tidur dan melanjutkan kehidupan dengan penuh harapan.

Meski kerap kali sangat malas bergerak dan malah memilih rebahan dan scroll sosial media. Karena beranjak dari tempat tidur adalah hal yang gak semua orang mau melakukan, apalagi dengan sibuk berkegiatan.

Kedua, terima kasih selalu berusaha bersyukur sepanjang kehidupan, berusaha menikmati setiap proses perjalanan tanpa melupakan kewajiban.

Ketiga, terima kasih sudah selalu berusaha menjaga kesehatan. Meski kerap kali tergiur banyaknya jajanan manis dan pedas, setidaknya mengurangi makanan yang dapat mengganggu kesehatan fisik. Dan makan teratur, serta berusaha konsisten olahraga.

Keempat, terima kasih sudah berusaha tegas dalam memilih relasi, karena tidak semua orang mampu berteman dengan diri dengan sehat.

Belajar Hal Baru

Kelima, terima kasih sudah senantiasa mau belajar hal-hal baru dengan menepikan ketakutan dan kekhawatiran akan memulai.

Keenam, terima kasih selalu bercengkrama dengan diri melewati hal-hal seru dengan diri tanpa melupakan makna kebersamaan dengan orang lain.

Terima kasih aku, yang selalu berusaha melawan ketakutan dalam diri untuk memulai. Kerap kali kita merasa tidak enak terhadap orang lain hanya karena bisa mengucapkan terima kasih. Namun lupa kepada diri bahwa ucapan terima kasih sangatlah berharga bagi diri sendiri.

Sudah sewajarnya kita setiap hari harus selalu mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang senantiasa bertahan dalam keadaan apapun. Termasuk untuk bertahan hidup dengan membawa harapan baik. Karena pada dasarnya yang paling mengerti kita adalah diri kita sendiri.

Dan pada akhirnya kita sendirilah yang memilih dan menentukan untuk terus bertumbuh dan berkembang atas hidup kita sendiri. Dan hal ini aku temukan dalam setiap gowesan pedal sepadaku.  []

Tags: diriMenerimaPerjalananSolo Gowes
Nani Munayah

Nani Munayah

Saya adalah Mahasantriwa SUPI ISIF Cirebon dari Brebes yang suka Sholawatan dan Hobi Solo Riding, serta founder dari @hadrohannashwa.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Isu Iklim

    Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID