Mubadalah.id – Sebelum memulai perjalanan: rem, pedal, gear dan bagian sepeda lainnya aku cek dan bersihkan untuk menjaga keselamatan dalam perjalanan. Ya, hal inilah yang rutin aku lakukan saat aku mau bersepeda sendirian (solo gowes) mengelilingi Kota Cirebon.
Solo gowes menjadi salah satu hobiku saat ini. Banyak energi positif yang aku dapatkan saat aku bersepeda sendirian.
Hobi bersepeda ini aku temukan sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga aku belajar di Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Cirebon, hobiku semakin meningkat. Karena dengan sepeda ini, pokoknya aku ingin mengunjungi setiap sudut-sudut yang ada di Kota Cirebon.
Karena bagiku bersepeda, bukan hanya sekedar jalan-jalan, bukan pula sekedar kayuhan pedal yang bergantian, tapi ini tentang rasa. Betapa aku merasa damai dengan bersepeda sendirian. Meski sendirian aku justru merasa tenang, dan dari ketenangan itulah aku mulai mendekati diri, mengenali diri, apa yang diingikan oleh tubuh sendiri.
Sewaktu kecil, orang tua dan guru pernah mengajarkan dan mengatakan agar kita senantiasa berbuat baik dan menolong, mengucapkan tolong, maaf dan terima kasih kepada orang lain. Nasihat itu selalu aku coba terapkan setiap harinya.
Karena saking seringnya melakukannya terhadap orang lain, ternyata aku lupa atau mungkin dulu tidak pernah diajarkan. Sehingga aku atau bahkan kita luput dalam meminta pertolongan dan berterimakasih kepada diri sendiri.
Berterimakasih pada Diri Sendiri
Di setiap gowesan, di perjalanan, dan di sudut-sudut tempatku berteduh kadang aku menyempatkan diri untuk membaca buku yang aku bawa, kadang juga membaca artikel popular di media sosial. Dan salah satu di antaranya aku membaca artikel dari perempuanberkisah.id
Dan dari situlah aku mengutip dan mencoba menerapkan bagaimana berterimakasih pada diri sendiri seperti apa yang aku baca tulisan dari perempuanberkisah.id berikut:
Pertama, terima kasih sudah mau beranjak dari tempat tidur dan melanjutkan kehidupan dengan penuh harapan.
Meski kerap kali sangat malas bergerak dan malah memilih rebahan dan scroll sosial media. Karena beranjak dari tempat tidur adalah hal yang gak semua orang mau melakukan, apalagi dengan sibuk berkegiatan.
Kedua, terima kasih selalu berusaha bersyukur sepanjang kehidupan, berusaha menikmati setiap proses perjalanan tanpa melupakan kewajiban.
Ketiga, terima kasih sudah selalu berusaha menjaga kesehatan. Meski kerap kali tergiur banyaknya jajanan manis dan pedas, setidaknya mengurangi makanan yang dapat mengganggu kesehatan fisik. Dan makan teratur, serta berusaha konsisten olahraga.
Keempat, terima kasih sudah berusaha tegas dalam memilih relasi, karena tidak semua orang mampu berteman dengan diri dengan sehat.
Belajar Hal Baru
Kelima, terima kasih sudah senantiasa mau belajar hal-hal baru dengan menepikan ketakutan dan kekhawatiran akan memulai.
Keenam, terima kasih selalu bercengkrama dengan diri melewati hal-hal seru dengan diri tanpa melupakan makna kebersamaan dengan orang lain.
Terima kasih aku, yang selalu berusaha melawan ketakutan dalam diri untuk memulai. Kerap kali kita merasa tidak enak terhadap orang lain hanya karena bisa mengucapkan terima kasih. Namun lupa kepada diri bahwa ucapan terima kasih sangatlah berharga bagi diri sendiri.
Sudah sewajarnya kita setiap hari harus selalu mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang senantiasa bertahan dalam keadaan apapun. Termasuk untuk bertahan hidup dengan membawa harapan baik. Karena pada dasarnya yang paling mengerti kita adalah diri kita sendiri.
Dan pada akhirnya kita sendirilah yang memilih dan menentukan untuk terus bertumbuh dan berkembang atas hidup kita sendiri. Dan hal ini aku temukan dalam setiap gowesan pedal sepadaku. []