• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Stop Hate Comment Dari Perempuan Untuk Perempuan

Kenapa diberi judul ‘bagi perempuan’ di atas? karena memang kenyataannya justru lebih banyak hate comment dari perempuan untuk perempuan. Banyak perempuan mengomentari sikap, perihal cara pakai baju, cara makan dan hal-hal privasi pun dikomentari yang ditujukan bagi sesama perempuan juga.

Ulfah Khoiriyah Ulfah Khoiriyah
01/02/2021
in Personal
0
Hate Comment

Hate Comment

433
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Memasuki minggu terakhir pada bulan pertama di tahun baru 2021 ini, hate comment banyak bertebaran di media sosial, dan bisa kita temui dengan mudah. Apapun alasannya, media sosial sudah terbilang penting untuk kita mendapatkan banyak informasi yang up to date super kilat. Bukan hanya sekedar baca berita terkini aja, di media sosial kita bisa melihat dan membaca banyak ilmu yang mudah banget buat di akses.

Tapi ya gitu, namanya juga media sosial, banyak orang yang akses dan terkadang postingan kita bukan hanya konsumsi pribadi atau sekedar teman dekat aja karena sekarang semua serba canggih dan seluruh dunia bisa tahu apa yang kita kerjakan. Mulai dari hal yang positif sampai hate comment, begitu mudah kita baca. Disinilah gunanya kata bijak dalam bermedia sosial.

Media sosial yang mungkin sering kita gunakan adalah WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter dan masih banyak lagi, dan satu lagi aplikasi yang sekarang juga hampir banyak yang gunakan yaitu TikTok. Semua media sosial ini hampir setiap hari di akses oleh penggunanya.

Postingan foto aesthetic dengan caption kece sudah menjadi hal yang biasa yang kita lihat setiap hari di media sosial, tapi banyak juga yang posting foto seadanya namun membaca dari captionnya kita menjadi sangat berkesan. Dan setiap postingan pasti ada kolom komentar untuk teman-temannya, agar mengomentari postingannya. Walaupun terkadang ada yang suka mematikan kolom komentar, tapi kebanyakan membiarkan kolom komentarnya diisi oleh siapapun.

Untuk orang biasa seperti kita mungkin kolom komentar tidak terlalu berpengaruh karena yang mengomentari masih dalam kalangan teman dekat, namun bagaimana dengan para artis, influencer, selebgram, tiktokers dan lainnya yang sudah terkenal?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum
  • Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an
  • Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Baca Juga:

Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

Benarkah Laki-laki Lebih Unggul dari Perempuan?

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Kolom komentarnya bisa penuh ratusan bahkan ribuan. Yang pastinya dikomen oleh seluruh pengguna sosial media baik dalam negeri maupun luar negeri. Jika komentar yang dibaca adalah komentar yang baik dengan pujian mungkin bisa menjadi motivasi untuk terus menginspirasi warga medsos, namun bagaimana cara mereka menanggapi hate comment yang buruk dan menjatuhkan?

Mungkin ada yang bilang bahwa “ini adalah resiko menjadi orang yang terkenal, harus siap di komentar dalam segi apapun” duh miris! seperti kita menganggap bahwa si yang terkenal ini bukan manusia dan tak punya hati. Di sini kita membahas bukan hanya sekedar komentar buruk terhadap orang yang melakukan kesalahan, karena terkadang yang tak melakukan kesalahan pun suka dikomentar buruk oleh orang lain.

Contohnya setelah memposting foto yang sudah ciamik padahal masih saja ada komentar hate comment body shaming yang mengatakan “gendutan yaa sekarang.. ih kok beda sih sama kakaknya?  loh kok agak item yaa sekarang kulitnya ?” dan komentar lainnya yang padahal kalau dilihat biasa saja, tapi yang dikomentari justru sedang sedih membacanya dan merasa insecure (tidak percaya diri) lagi.

Kenapa diberi judul ‘bagi perempuan’ di atas? karena memang kenyataannya justru lebih banyak hate comment dari perempuan untuk perempuan. Banyak perempuan mengomentari sikap, perihal cara pakai baju, cara makan dan hal-hal privasi pun dikomentari yang ditujukan bagi sesama perempuan juga.

Ada yang baru-baru ini viral seorang pria pelaku predator s*ks online yang telah banyak memiliki korban perempuan. Namun di sini selain kelakuan predator tersebut yang membuat miris, ada hal yang lebih miris lagi, yaitu komentar menjatuhkan dari perempuan lain untuk para korban yang juga perempuan. Menyalahkan korban karena mau dikelabuhi, menyalahkan korban karena b*doh dan mau ditipu, menyalahkan korban dengan banyak alasan lainnya.

Padahal di luar sana para perempuan yang bekerja di lembaga hukum sedang sibuk mengurusi perkara ini dan para psikolog sedang sibuk membantu menstabilkan mental korban, namun banyak sesama perempuan menjatuhkan mental korban dengan sebaris komentar buruk yang menyalahkan.

Beda lagi dalam hal menasehati, karena belum lama ini ada salah satu influencer yang melepas hijabnya dengan alasan yang kita gak tau tapi netizen maha benar dengan segala komentarnya berbondong-bondong menegur influencer tersebut. Niatnya memang baik untuk menasihati, tapi komentarnya tajam bikin gak mau baca.

Padahal kita tahu bahwa menasihati orang dihadapan banyak orang bukanlah menasihati namun seperti mempermalukan orang tersebut, untuk apa disediakan inbox, direct messenger, pesan pribadi dan lainnya jika menasihati saja masih di kolom komentar yang dilihat jutaan mata?

Mungkin kita merasa bahwa sebaris komentar dari kita adalah hal yang biasa dan tidak akan berpengaruh, namun yang dikomentari justru sedang menahan amarah dan sedih dengan komentar yang ia baca, yang miris lagi komentar itu ditulis oleh sesama perempuan. Yang harusnya sesama perempuan harus saling mendukung dan menguatkan dalam hal apapun selama itu baik.

Walaupun sebagian orang merasa tidak berpengaruh dengan hate comment tapi tidak sedikit yang sakit hati dan malah berimbas pada hukum bagi yang membuat komentar, itu kan jadi malapetaka sendiri jadinya. Maka baiknya kita harus bijak dalam bermedia sosial terutama dalam urusan mengomentari suatu postingan, kan sama saja jatuhnya jika itu benar akan menjadi ghibah dan jika itu salah akan menjadi fitnah.

Yuk be carefull muslimah, kita saling menguatkan sesama perempuan. Tulisan ini juga berlaku untuk stop hate comment bagi sesama manusia. []

Tags: Hate CommentHate Speechmedia sosialperempuanUjaran Kebencian
Ulfah Khoiriyah

Ulfah Khoiriyah

Penulis antologi berjudul "a Journey of Thousand Miles 2" dan penulis di beberapa media online.

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis dalam Al-Qur’an

3 Juni 2023
Korban Kekerasan Seksual

Laki-laki Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual

1 Juni 2023
Nilai Perempuan

Bergantung pada Status, Nilai Perempuan Lebih dari Itu Part II

31 Mei 2023
Bidadari Surga

Bolehkah Kita Semua Memimpikan Bidadari Surga?

30 Mei 2023
Women's March Jakarta

Women’s March Jakarta 2023: Sudahi Bungkam, Lawan!

30 Mei 2023
Nilai Perempuan

Bergantung pada Status, Nilai Perempuan Lebih dari Itu Part I

27 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Setara

    Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hati Suhita dan Geliat Sastra Pesantren di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Fenomena Fatherless di Indonesia, Bukti Patriarki Masih Dijunjung Tinggi
  • Allah Swt Memerintahkan Kepada Laki-laki dan Perempuan untuk Bekerja
  • Islam Adalah Agama Kemanusiaan
  • Hati Suhita dan Geliat Sastra Pesantren di Indonesia
  • Keadilan Gender Dalam Kacamata Hukum

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist