• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Sudahi Overthingkingmu, Mari Kita Kembali Bersemangat!

Tidak apa-apa jika belum kaya sekarang, sukses sekarang. Tidak apa-apa jika ternyata teman kita yang sukses secara karir, pendidikan. Fakta itu tidak kemudian membuat kita kalah dalam kehidupan

Muallifah Muallifah
25/09/2021
in Personal
0
Wadon Wadas

Wadon Wadas

117
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dulu saya pikir bahwa buku-buku self help adalah buku untuk orang-orang yang tidak pernah mensyukuri hidup, atau buku khayalan yang tidak perlu ada di dunia ini. lebih jauh, dulu saya juga berpikir bahwa di dunia ini kita tidak butuh bacaan yang agak lebay seperti itu. Belum lagi dengan jurusan psikologi biasanya. Orang-orang selalu bertanya, “untuk apa sih jurusan itu ada”? terus nanti kerjanya apa? Pertanyaan semacam ini membuat saya menarik kesimpulan bahwa kuliah di jurusan itu tidak ada gunanya.

Lambat laun, semenjak pandemi menyerang. Kenyataannya anak-anak psikologi  yang tahu banyak tentang mental seseorang, psikiater dan psikologi justru memberi kebermanfaatan yang cukup serius dengan berbagai tulisan-tulisan yang kita konsumsi pada berbagai laman website yang tersedia. Bahkan buku-buku motivasi, self help yang selama ini saya remehkan membantu terhadap proses healing dari stress, shock culture dalam menghadapi pandemi yang tidak menentu.

Tidak hanya itu,  Ditengah bebasnya media  untuk memperoleh informasi dengan berbagai kemudahan yang ada, media sosial ternyata menjadi boomerang tersendiri bagi penggunanya. Media sosial terkadang toxic terhadap kehidupan kita. Barangkali jika flashback pada masa kecil, bermain adalah paling menyenangkan. Bertemu teman, bermain petak umpet dengan kawan sepermainan adalah hal yang sangat berkesan dalam hidup. Fase itu, tidak ada beban dalam hidup, waktu malam tiba, baca doa langsung tidur. Tanpa terpikir tentang masa depan, hari esok atau sejenisnya.

Pemandangan bermain semacam itu sudah jarang kita temui dalam kehidupan nyata. Semua terpaku pada handphone. Bahkan permainan petak umpet, bermain kelereng, dll sudah bisa kita mainkan melalui game online dengan teman online yang sudah bersedia. Transformasi sosial menuntut kita berubah dengan dengan sangat cepat dan interaksi sosial secara langsung yang semakin menipis. Akhirnya, seluruh aktifitas kita hanya terpaku pada layar, handphone atau tab.

Berselancar di media sosial tidak selalu membuat kita sehat mental ketika melihat berbagai informasi yang dibagikan oleh orang lain, baik itu teman, keluarga ataupun sahabat terdekat. Tidak sedikit yang merasa terganggu mentalnya ketika melihat media sosial yang banyak menawarkan berbagai kemewahan. Kesuksesan teman lama yang rasanya ketika berfikir bahwa orang tersebut tidak seperti kita yang pernah liku-liku, berperang melawan kemalasan, berperang dengan rasa bosan ataupun kenyataan yang lain.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan
  • Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri
  • Healing Sufistik : Perjalanan Menemukan Solusi Ketenangan Jiwa
  • Silent Treatment : Bagian Dari “Diam Adalah Emas” atau Justru Pelecehan Emosional?

Baca Juga:

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

Healing Sufistik : Perjalanan Menemukan Solusi Ketenangan Jiwa

Silent Treatment : Bagian Dari “Diam Adalah Emas” atau Justru Pelecehan Emosional?

Rasanya, pada posisi ini kemudian berfikir bahwa, “Kenapa ya takdir tidak berpihak kepada saya?”, “kenapa harus mereka/dia?”. “kenapa hidup saya tidak seenak mereka?” pertanyaan membandingkan ini kemudian terus ada dalam pikiran, jika tidak membatasi ruang gerak alam bawah sadar, pikiran ini akan  terus berkembang dan mengakar.

Pertanyaan semacam ini juga tidak bisa kita buang dengan sangat mudah ketika kita mudah terdistrak dengan media sosial. Rasanya, doa yang bisa kita panjatkan kepada Tuhan tidak hanya selamat dari dunia dan akhirat saja, harus ditambah supaya selamat dari dunia maya.

Sebab kehadiran dunia maya memberikan pengaruh luar biasa dalam kehidupan kita. Ada baiknya ketika itu semua memberi dampak positif terhadap pengembangan diri, namun disisi lain justru memperburuk kondisi mental kita ketika tidak berhenti membandingkan diri dengan yang lain.

Lalu siapa yang bisa merubah kondisi demikian? tidak ada yang bisa kecuali diri kita sendiri. Saya adalah orang yang bertanggun jawab dengan segala hidup yang saya jalankan. Mulai dari karir, pendidikan dan takdir kehidupan apapun. Ketika melihat orang lain yang lebih daripada saya, kesadaran yang selalu saya tanamkan bahwa, “saya tidak kalah ketika melihat orang lain menang/sukses”.

Pola pikir semacam ini terkadang menjadi healing pada diri kita yang sering overthingking dengan karir, pekerjaan dan masa depan yang belum pasti. Lebih jauh, ketika melihat teman-teman sudah melangkah lebih jauh, dan merasa tertinggal, mari tanamkan pada alam sadar, bahwa hidup dalam dunia yang serba cepat ini, kita butuh seni melambat dalam menghadapi hidup.

Tidak apa-apa jika belum kaya sekarang, sukses sekarang. Tidak apa-apa jika ternyata teman kita yang sukses secara karir, pendidikan. Fakta itu tidak kemudian membuat kita kalah dalam kehidupan. Hidup bukan hanya persoalan siapa paling cepat, paling menang dan paling awal. Namun, siapa yang mencoba untuk menikmati hidup dengan begitu sempurna di tengah ketidaksempurnaan. Mari bersemangat untuk kehidupan yang penuh misteri ini. []

Tags: Kesehatan MentalPandemi Covid-19psikologiSelf Healing
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Mitos Sisyphus

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

4 Februari 2023
Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Refleksi Menulis

Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri, dan Menciptakan Keabadian

30 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Industri Halal

    Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 5 Cara Mendidik Anak Ala Nabi Muhammad
  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist