Mubadalah.id – Kualitas kita sebagai manusia hanya ditentukan oleh takwa. Sejauh mana hubungan baik kita dengan Allah Swt melahirkan hubungan baik dengan makhluk-Nya. Sejauh mana tauhid kita kepada Allah Swt. melahirkan kemaslahatan atau kebaikan kepada makhluk-Nya.
Termasuk sejauh mana iman kita kepada Allah Swt. sebagai satu-satunya Tuhan melahirkan sikap baik atau amal saleh kepada makhluk-Nya. Itu Sesuai dengan Firman Allah Svt.,
“Sesungguhnya yang paling mulia di hadapan Allah adalah yang paling bertakwa.”
Rasulullah mengingatkan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Inilah satu-satunya jati diri kita sebagai perempuan dan sebagai manusia di hadapan Allah Swt, yakni sejauh mana keberadaan kita mampu memberi manfaat, sebagai apa pun, kepada siapa pun, di mana pun, kapan pun atas dasar iman kepada Allah Swt.
“Saya bermanfaat karena itu saya ada”
Takwa, Iman, dan Amal Saleh
Karena takwa sebagai satu-satunya standar manusia di hadapan Allah Swt terkait erat dengan tauhid kepada Allah Swt yang melahirkan kemaslahatan kepada makhluk-Nya. Atau iman kepada Allah Swt yang melahirkan amal saleh kepada makhluk-Nya. Maka dalam al-Qur’an dan Hadis bertaburan kata-kata yang menghubungkan antara takwa, iman, dengan perilaku baik kepada makhluk Allah Swt.
Seperti dalam QS. al-Maidah ayat 8, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak keadilan karena Allah dengan menjadi saksi yang adil. Janganlah kebencianmu pada suatu kaum menyebabkanmu untuk tidak bersikap adil. Bersikap adillah karena sesungguhnya ia lebih dekat kepada takwa. Bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Mahateliti atas apa yang kamu lakukan.”
Ayat ini menyatakan, orang yang beriman itu harus adil, bahwa adil itu syarat takwa. Artinya apa? Orang yang paling mulia di sisi Allah Swt. adalah orang yang bertakwa. Dan bertakwa itu salah satu syaratnya adalah adil. Termasuk adil kepada orang yang kita benci. Jadi, ujian takwa salah satunya adalah bersikap adil kepada orang yang kita benci. []