• Login
  • Register
Rabu, 29 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Tantangan Mengungkap Kasus Kekerasan Seksual

The Crucible (Silenced) mempertontonkan tantangan lain dalam mengungkap kekerasan seksual, yakni berupa kuatnya pengaruh relasi kuasa yang dimainkan para pelaku.

Sari Narulita Sari Narulita
08/02/2021
in Film
0
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual

96
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Nyaris tidak pernah ada hal mudah dalam mengungkap sebuah kasus berlatar kekerasan seksual. Selalu berliku dan penuh tantangan. Apalagi korbannya masih anak-anak dan penyandang disabilitas. Dan kondisi inilah yang dialami siswa-siswi SLB berasrama di Gwangju Inhwa School, Korea Selatan, yang mengalami kekerasan seksual secara massal selama lima tahun!

Begitu dramatisnya kisah mereka yang tak berdosa tersebut, hingga akhirnya dituangkan ke dalam sebuah novel yang kemudian juga difilmkan dengan judul yang sama; “The Crucible (Silenced)”. Kehadiran The Crucible (Silenced) tahun 2011 lalu di layar lebar begitu menyentak perhatian publik setempat.

Baru enam hari tayang, masyarakat Korsel malah menuntut pemerintahnya mengungkap kembali kasus kekerasan seksual tersebut. Bahkan setelah itu, Pemerintah Korsel meloloskan revisi undang-undang pencegahan pelecehan seksual.

Besarnya efek The Crucible (Silenced) tersebut tentu saja tak bisa dilepaskan dari keberhasilan para pemainnya yang menghidupkan karakter tokoh dalam film. Jalinan ceritanya sangat rapih sehingga penonton bisa menangkap pesan film secara utuh, scene per scene. Penonton seakan bukan sedang dipertontonkan adegan-adegan sebuah film, melainkan tengah disuguhkan laporan fakta kejadian sebuah perkara.

Kisah dramatis yang jauh dari kesan dramatisir ini sudah nampak terlihat tatkala seorang guru baru bernama Kang In-ho yang diperankan Gong Yoo, memasuki sekolah tersebut. Tatapan kosong dan penuh ketakutan, tersirat jelas pada wajah murid-muridnya. Terutama sekali beberapa murid yang mengalami kekerasan seksual.

Baca Juga:

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Satu di antaranya bahkan tanpa khawatir duduk di tengah-tengah jendela lantai atas tanpa berpegangan. Pemandangan itu bikin degdegan sang guru hingga ia harus tergopoh-gopoh menghampiri dan membujuk si murid yang masih berusia tujuh tahunan, untuk segera turun.

Belum reda rasa penasaran In-ho, telinganya tiba-tiba mendengar samar-samar suara teriakan ketakutan dari lantai paling atas. Tapi begitu ia cari sumber suara, guru baru itu secara tiba-tiba malah dihampiri sekuriti, yang dengan gelagat mencurigakan menyatakan bahwa suara-suara itu berasal dari kebiasaan murid-murid asrama yang sering bermain ‘tebak suara’.

Namun, rasa penasarannya terjawab begitu ia berhasil berkomunikasi dengan muridnya yang tuli dan tuna wicara. Melalui gambar dan gerak tubuh yang diperlihatkan, In-ho pun perlahan bisa menguak satu demi satu kekerasan seksual yang mereka alami selama ini.

Kekuatan lain dari The Crucible (Silenced) ini adalah banyaknya adegan-adegan kekerasan yang dialami para korban, ditampilkan secara jelas dan ‘vulgar’. Mulai dari dipukul, ditampar, ditendang, dijambak, bahkan sampai ada yang dimasukkan ke dalam mesin cuci! Para korban yang masih anak-anak di bawah umur itu bukan hanya menerima ‘hukuman’ lantaran sesekali menolak. Tapi saat para pelaku melancarkan aksi bejatnya pun, perlakuan kekerasan dipertontonkan.

Emosi penonton semakin diaduk-aduk tatkala In-ho yang ditemani rekannya yang bekerja sebagai pegiat HAM, mulai membawa kasus tersebut ke meja pengadilan. Ia mendapat tentangan dan intimidasi bukan hanya dari para pelaku, yang semuanya merupakan seluruh staf sekolah, serta Kepala Sekolah SLB tersebut.

Tidak kooperatifnya para pemangku kebijakan karena pejabat sekolah memiliki relasi yang cukup akrab dengan para pejabat pemerintah, membuat kasus tersebut begitu pelik diungkap. Sang Kepala Sekolah SLB disebut-sebut merupakan salah seorang pemuka agama berpengaruh.

Yang paling menarik dan tentu menyayat hati, tentu saja bagian para korban disabilitas yang masih anak-anak mengungkapkan peristiwa tragis yang mereka alami. Bisa dibayangkan, di tengah keterbatasan berbicara dan mendengar, mereka harus berjuang melawan rasa trauma dan ketakutan di hadapan orang-orang dewasa, mulai dari hakim, jaksa, saksi-saksi, terutama tatapan menusuk para terdakwa yang selama bertahun-tahun mereka takuti.

Emosi penonton juga makin dikoyak-koyak tatkala vonis hakim menjatuhkan hukuman ringan kepada para pelaku. Masa depan korban yang masih anak-anak itu seperti mau tamat. Sampai-sampai satu diantaranya memutuskan mengambil jalan pintas, dengan mendatangi langsung seorang pelaku, untuk kemudian membunuhnya.

The Crucible (Silenced) berhasil memperlihatkan pada kita bahwa kasus kekerasan seksual tak bisa disingkap dengan mudah. Apalagi peristiwa tersebut terjadi dalam durasi yang cukup lama. Trauma yang sangat dalam melesak masuk ke dalam diri para korban.  Sehingga rasa takut, marah, kecewa, hilang harapan berjejalan mengendap dalam diri korban. Sehingga tak heran bila proses penyingkapan kasusnya sangat menguras waktu, tenaga, pikiran uang, dan terutama jiwa-raga para korban, konselor serta para pendampingnya.

The Crucible (Silenced) tak lupa juga mempertontonkan tantangan lain dalam mengungkap kekerasan seksual, yakni berupa kuatnya pengaruh relasi kuasa yang dimainkan para pelaku. Sebagai tenaga pendidik, tokoh agama berpengaruh serta kuatnya jejaring relasi dengan para pejabat tinggi Negara, membuat kasus kekerasan seksual di SLB tersebut tak punya harapan terungkap. Dan nyatanya selain The Crucible, begitu banyak kasus-kasus kekerasan seksual lainnya di Negara-negara lain, yang juga menemui jalan buntu dan tipis harapan. []

Tags: DisabilitasDrama KoreahamKekerasan seksualperempuan
Sari Narulita

Sari Narulita

Staff Program Alimat Jakarta

Terkait Posts

Dinamika Konflik dalam Keluarga

Ungkap Dinamika Konflik dalam Keluarga di Film Ngeri-ngeri Sedap

20 Juni 2022
Film Hamid

Film Hamid tentang Cinta, Ketulusan dan Kemanusiaan

8 Juni 2022
Perjuangan Perempuan Karier

Kisah Bapak Rumah Tangga dan Perjuangan Perempuan Karier

2 Juni 2022
Film Mimi

Tonton Film Mimi Sebelum Melakukan Praktik Surogasi!

31 Mei 2022
Pesan Parenting Drama Korea

Pesan Parenting Drama Korea: Anak Bukanlah Media Penerus Mimpi Orang Tua yang Terputus

30 Mei 2022
Korban Pelecehan Seksual

Susahnya Mencari Keadilan bagi Korban Pelecehan Seksual

28 Mei 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Masa Tua adalah Masa Menua Bersama Pasangan
  • Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
  • Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist