• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Teror Taliban dan Ketakutan Perempuan Afghanistan

Afghanistan menjadi negara yang paling disorot belakangan ini. Setelah Taliban berhasil menguasai negara tersebut, berbagai kegentingan, teror, dan ketakutan lama muncul dalam benak masyarakat

Muallifah Muallifah
28/08/2021
in Publik
0
Taliban

Taliban

137
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Afghanistan menjadi negara yang paling disorot belakangan ini. Setelah Taliban berhasil menguasai negara tersebut, berbagai kegentingan, teror, dan ketakutan lama muncul dalam benak masyarakat. Ketakutan tersebut berkandaskan pada kisah 20 tahun silam ketika Taliban pernah menguasai Afghanistan tahun 1996-2001.

Penerapan syari’at Islam pada 20 tahun silam, nyatanya diaplikasikan dengan sangat buruk dan begitu kejam. Perempuan waktu itu tidak diberikan kesempatan untuk membebaskan dirinya. Perempuan tidak diberikan ruang untuk berkarir, belajar. Pakain burkak menjadi wajib, hukuman rajam, pemenggalan serta berbagai ruang yang sempit untuk perempuan Afghanistan.

Tentu kita masih ingat tentang perempuan peraih nobel perdamaian paling muda yang menjadi korban Taliban. Suaranya menggema untuk memperjuangkan kesempatan yang sama bagi perempuan memperoleh pendidikan. Kondisinya sempat kritis, bahkan ia sudah melewati mautnya dan menjadi kekuatan baru untuk terus menyuarakan pendidikan bagi anak perempuan.

Kisah Malala Yosafzai membuktikan bahwa Taliban kelompok kejam, diksriminatif terhadap perempuan dan tidak memberikan ruang aman untuk perempuan hidup dengan berbagai hak hidup selayaknya manusia. Setelah fenomena kejam yang dilakukan Taliban itu selesai, sekembalinya Taliban menguasai Afghanistan, mereka justru membuat janji untuk memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berpendidikan, bekerja, dan berkarir di ruang publik selayaknya manusia.

Nyatanya, janji manis tersebut belum selaras dengan implementasi yang dijalankan. Hal ini dalam sebuah video singkat yang dirangkum oleh CNN Indonesia, bahwa Taliban melarang perempuan untuk bekerja. Shabnam Dawram, seorang jurnalis mengaku dilarang bekerja oleh Taliban. Ketakutan yang sama juga terjadi kepada Khalida Popal, mantan kapten Timnas perempuan Afghanistan.  Taliban juga menangkap Salimah Mazary, seorang gubernur perempuan yang menentang Taliban.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

Perempuan dan kesempatan di ruang publik

Beberapa cerita lain datang dari Behesta Arghand, jurnalis TV perempuan. Keberadaan Taliban tidak seperti masa lalu, musik, tv dan radio yang dulunya haram serta ditutup, untuk pertama kalinya, Arghand melakukan wawancara dengan Taliban dan disiarkan melalui televisi.

Kisah ini adalah pengalaman baru, berhadapan dengan Taliban yang sangat berbeda dengan 20 tahun silam. Kisah lain juga datang dari profesi kedokteran. Para perempuan justru didukung penuh oleh Taliban. Pada wilayah-wilayah yang minim bidang dan tenaga kesehatan, para dokter perempuan ditugaskan untuk mengisi daerah tersebut. Hal ini sebagai upaya mengurangi kematian dini pada ibu yang melahirkan.

Kesempatan semacam ini selaras dengan komitmen PBB untuk memberikan akses layanan kesehatan kepada perempuan, khususnya ibu hamil dan melahirkan. Perempuan menjadi agenda penting dalam kekuasaan Taliban dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya kesehatan yang diberikan secara utuh dengan berbagai kesempatan yang sama untuk perempuan.

Phobia dan gelisah menghadapi Taliban

Dari 250 kursi di parlemen Afghanistan, 27% disisihkan untuk perempuan, dan saat ini ada 69 perempuan yang menjadi anggota parlemen. Hal itu merupakan porsi kekuasaan yang dimiliki oleh Afghanistan. Akan tetapi, dalam kekuasaan Taliban, tidak satupun ditemukan anggota parlemen perempuan yang dibawa oleh Taliban sebagaimana janji Taliban yang selama ini ingin memberikan kebebasan perempuan selayaknya sesuai hukum Islam.

Beberapa tokoh perempuan menyatakan dengan tegas ketidakpercayaannya terhadap Taliban. Farzana Khocai, anggota parlemen perempuan di Afghanistan menyatakan tegas, ketidakpercayaannya terhadap Taliban yang saat ini berkuasa. Pasthana Durrani, aktifis pegiat HAM juga menyatakan hal yang sama.

Selayaknya alibi, kesempatan yang diberikan oleh Taliban kini hanyalah pemanis yang pada dasarnya perempuan Afghanistan menyerukan untuk tidak terlena. Sebab hal itu hanyalah sebuah janji yang belum tentu dilaksanakan dengan baik. Sikap demikian juga berdasar pada kejadian masa lalu, luka yang belum selesai akibat banyak berbagai kekerasan dan kejadian buruk yang dialami oleh perempuan di masa silam.

Kegentingan menjadi perempuan yang hidup di Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban tidak lain adalah perolehan hak hidup yang setara dengan laki-laki. Kegalauan juga dipikirkan oleh mereka bagaimana kelak kehidupan anak-anak perempuan di masa yang akan datang, hidup di bawah kekuasaan Taliban yang penuh dengan diskriminasi dan kekerasan.

Hidup di tengah ketakutan, dan kekhawatiran berlebihan menjadi bagian dari perjalanan hidup para perempuan Afghanistan. Apa yang terjadi pada mereka, ini tidak lain adalah cerminan bagi seluruh perempuan dunia untuk memaksimalkan kesempatan hidup dibawah kekuasaan yang aman dan tentram serta ramah terhadap perempuan. []

 

Tags: AfghanistanGenderislamkeadilanKesetaraanPeradaban DuniaperempuanPolitik GlobalTaliban
Muallifah

Muallifah

Penulis asal Sampang, sedang menyelesaikan studi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tinggal di Yogyakarta

Terkait Posts

Hari Raya Waisak

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

10 Mei 2025
Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Jukir Difabel

Jukir Difabel Di-bully, Edukasi Inklusi Sekadar Ilusi?

6 Mei 2025
Budaya Seksisme

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

6 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT

    Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak
  • Bekerja adalah Ibadah
  • Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis
  • Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?
  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version