Mubadalah.id – Ini adalah pengalaman saya pribadi selama mendampingi si kecil bersama suami untuk kebiasaan barunya. Yaitu buang air kecil dan buang air besar tanpa menggunakan bantuan popok sekali pakai atau pospak. Aktivitas ini biasanya kita sebut toilet training.
Umumnya, toilet training dapat dilakukan setelah anak selesai disapih atau lulus S3 ASI. Namun toilet training nyatanya bisa kita lakukan di umur 2-4 tahun tergantung kesiapan antara orang tua dan anak.
Berikut adalah beberapa tips yang saya lakukan selama mendampingi si kecil lolos toilet training:
Mindfulness, Ketelatenan, dan Kesabaran
Saya sendiri baru merasa benar-benar siap untuk mendampingi si kecil setelah ia berada di usia 4 tahun. Hal ini karena sebelumnya momok di dalam benak saya tentang toilet training sangat menakutkan. Apalagi jika mengingat saya adalah seorang Ibu bekerja dari rumah tanpa asisten rumah tangga.
Pipis berceceran dimana-mana. Ompol. Cucian baju dan seprei. Pup sembarangan. Semua itu ada dalam benak saya sehingga saya tidak siap meski si kecil sudah disapih sejak usia 25 bulan.
Namun ketika saya siap, maka resiko-resiko di atas saya dan pasangan hadapi dengan penuh kesadaran. Ya tidak apa banyak cucian, ompol, dan pipis atau pup sembarangan. Tinggal kita bersihkan. Namanya juga anak sedang beradaptasi pada kebiasaan barunya. Jadi ya tinggal kita bersihkan.
Terlihat bukan perbedaannya? Ketika kita tidak siap dan tidak hadir penuh dengan kesadaran, resiko yang kita hadapi dalam menjadi sebuah ketakutan. Tetapi ketika kita sadar dan siap, kita akan lebih menyikapinya dengan lebih tenang.
Walaupun mungkin pasti pernah satu dua kali emosi tidak terkontrol tetapi harus segera kita perbaiki dengan meminta maaf pada anak dan berikan bahasa cinta yang ia butuhkan untuk mengganti dari luapan emosi tersebut. Karena najis pipis bisa kita bersihkan meski lelah dan mungkin susah, tetapi trauma pada anak akan sulit kita hapus.
Jadi untuk menghadirkan pengalaman toilet training yang minim trauma sangat penting dengan adanya mindfulness, ketelatenan, dan stok kesabaran orang tua yang berlimpah.
Peralatan Toilet Training
Biasanya ketika toilet training, ada peralatan khusus untuk membantu si kecil agar berhasil merubah kebiasaan barunya. Selain perlak, saat ini telah tersedia seprei anti air sehingga keindahan kamar tidur pun tetap terjaga. Terutama pada kasur. Akan lebih sulit jika harus menjemur kasur yang terkena ompol.
Oleh karena itu, dengan adanya seprei anti air, orang tua sebagai trainer toilet training si kecil akan lebih mudah mencuci seprei daripada harus menjemur kasur di musim hujan.
Selain itu, peralatan lain yang dibutuhkan ketika melakukan toilet training adalah celana dalam atau clodi sebagai pengganti popok sekali pakai. Dengan beralih pada celana dalam atau clodi, anak akan belajar bahwa ada sesuatu yang tidak membuatnya nyaman.
Biasanya ia dapat pipis atau pup kapan pun dimanapun. Tapi dengan menggunakan clodi atau celana dalam, anak dan tubuhnya secara biologis akan belajar untuk mengatur intensitas durasi buang air kecil maupun buang air besarnya.
Alarm dan Sesering Mungkin Ajak Anak Ke Kamar Mandi
Untuk mengetahui intensitas durasi buang air kecil maupun buang air besar sang anak, peralatan toilet training yang selanjutnya dibutuhkan oleh orang tua adalah alarm dan kesigapan.
Pasang alarm minimal 30 menit sampai 1 jam dan diulang berkali-kali dengan durasi yang sama untuk mengetahui berapa sering intensitas si kecil untuk buang air kecil maupun buang air besar.
Selama masa toilet training anak harus berada di dalam jangakauan orang tua sehingga dapat terpantau. Tanyakan setiap 5-10 menit apakah anak mau pipis atau tidak. Jika anak berkata “Tidak” tetapi ada rasa khawatir akan rembes, orang tua dapat mengajak si kecil ke kamar mandi untuk berlatih buang air kecil maupun besar.
Pengalaman saya pribadi, anak lebih sering berkata “Tidak” ketika ia ditawarkan untuk ke kamar mandi karena tidak terbiasa rutin masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil maupun air besar. Namun jawaban tersebut sesungguhnya tidak benar-benar tidak, karena pernah saya biarkan setelah si kecil menjawab tidak namun akhirnya rembes dan harus mengganti sprei.
Lepas Pospak Secara Berkala
Tahapan selanjutnya adalah ketika toilet training, ajari anak untuk perlahan melepas pospak. Tidak serta merta langsung menggunakan celana dalam atau clodi karena justru bukan hanya anak yang akan kewalahan. Tetapi orang tuanya juga.
Ajarkan secara bertahap agar kita tahu apakah ia sudah benar-benar siap melepas pospak atau belum. Kesiapan ini akan terlihat pada pospak kering yang si kecil gunakan saat ia beraktivitas di luar rumah, tidur siang, maupun tidur malam.
Proses toilet training ini tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Umumnya anak bisa lolos pada kebiasaan baru ini setelah kita latih antara sepekan hingga satu bulan. Namun tentu setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda bergantung pada kesiapan anak dan orang tuanya.
Berikan Reward
Ketika si kecil bisa buang air kecil maupun buang air besar di kamar mandi, berikan ia reward. Berupa ucapan, “Kamu hebat!”, “Mama bangga!”, “Pintar sekali anak Ayah”. Atau reward lainnya seperti hadiah setelah seminggu atau satu bulan ia benar-benar bisa buang air kecil maupun buang air besar tanpa pospak.
Nah, itu dia pengalaman saya mendampingi si kecil toilet training. Cerita lengkapnya dapat kita lihat di sini. Semoga bermanfaat. []