• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Toilet Training, Upaya Mendampingi Kebiasaan Baru Anak untuk Mandiri tanpa Pospak

Proses toilet training ini tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Umumnya anak bisa lolos pada kebiasaan baru ini setelah kita latih antara sepekan hingga satu bulan

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
08/03/2023
in Keluarga
0
Toilet Training

Toilet Training

650
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ini adalah pengalaman saya pribadi selama mendampingi si kecil bersama suami untuk kebiasaan barunya. Yaitu buang air kecil dan buang air besar tanpa menggunakan bantuan popok sekali pakai atau pospak. Aktivitas ini biasanya kita sebut toilet training.

Umumnya, toilet training dapat dilakukan setelah anak selesai disapih atau lulus S3 ASI. Namun toilet training nyatanya bisa kita lakukan di umur 2-4 tahun tergantung kesiapan antara orang tua dan anak.

Berikut adalah beberapa tips yang saya lakukan selama mendampingi si kecil lolos toilet training:

Mindfulness, Ketelatenan, dan Kesabaran

Saya sendiri baru merasa benar-benar siap untuk mendampingi si kecil setelah ia berada di usia 4 tahun. Hal ini karena sebelumnya momok di dalam benak saya tentang toilet training sangat menakutkan. Apalagi jika mengingat saya adalah seorang Ibu bekerja dari rumah tanpa asisten rumah tangga.

Pipis berceceran dimana-mana. Ompol. Cucian baju dan seprei. Pup sembarangan. Semua itu ada dalam benak saya sehingga saya tidak siap meski si kecil sudah disapih sejak usia 25 bulan.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Namun ketika saya siap, maka resiko-resiko di atas saya dan pasangan hadapi dengan penuh kesadaran. Ya tidak apa banyak cucian, ompol, dan pipis atau pup sembarangan. Tinggal kita bersihkan. Namanya juga anak sedang beradaptasi pada kebiasaan barunya. Jadi ya tinggal kita bersihkan.

Terlihat bukan perbedaannya? Ketika kita tidak siap dan tidak hadir penuh dengan kesadaran, resiko yang kita hadapi dalam menjadi sebuah ketakutan. Tetapi ketika kita sadar dan siap, kita akan lebih menyikapinya dengan lebih tenang.

Walaupun mungkin pasti pernah satu dua kali emosi tidak terkontrol tetapi harus segera kita perbaiki dengan meminta maaf pada anak dan berikan bahasa cinta yang ia butuhkan untuk mengganti dari luapan emosi tersebut. Karena najis pipis bisa kita bersihkan meski lelah dan mungkin susah, tetapi trauma pada anak akan sulit kita hapus.

Jadi untuk menghadirkan pengalaman toilet training yang minim trauma sangat penting dengan adanya mindfulness, ketelatenan, dan stok kesabaran orang tua yang berlimpah.

Peralatan Toilet Training

Biasanya ketika toilet training, ada peralatan khusus untuk membantu si kecil agar berhasil merubah kebiasaan barunya. Selain perlak, saat ini telah tersedia seprei anti air sehingga keindahan kamar tidur pun tetap terjaga. Terutama pada kasur. Akan lebih sulit jika harus menjemur kasur yang terkena ompol.

Oleh karena itu, dengan adanya seprei anti air, orang tua sebagai trainer toilet training si kecil akan lebih mudah mencuci seprei daripada harus menjemur kasur di musim hujan.

Selain itu, peralatan lain yang dibutuhkan ketika melakukan toilet training adalah celana dalam atau clodi sebagai pengganti popok sekali pakai. Dengan beralih pada celana dalam atau clodi, anak akan belajar bahwa ada sesuatu yang tidak membuatnya nyaman.

Biasanya ia dapat pipis atau pup kapan pun dimanapun. Tapi dengan menggunakan clodi atau celana dalam, anak dan tubuhnya secara biologis akan belajar untuk mengatur intensitas durasi buang air kecil maupun buang air besarnya.

Alarm dan Sesering Mungkin Ajak Anak Ke Kamar Mandi

Untuk mengetahui intensitas durasi buang air kecil maupun buang air besar sang anak, peralatan toilet training yang selanjutnya dibutuhkan oleh orang tua adalah alarm dan kesigapan.

Pasang alarm minimal 30 menit sampai 1 jam dan diulang berkali-kali dengan durasi yang sama untuk mengetahui berapa sering intensitas si kecil untuk buang air kecil maupun buang air besar.

Selama masa toilet training anak harus berada di dalam jangakauan orang tua sehingga dapat terpantau. Tanyakan setiap 5-10 menit apakah anak mau pipis atau tidak. Jika anak berkata “Tidak” tetapi ada rasa khawatir akan rembes, orang tua dapat mengajak si kecil ke kamar mandi untuk berlatih buang air kecil maupun besar.

Pengalaman saya pribadi, anak lebih sering berkata “Tidak” ketika ia ditawarkan untuk ke kamar mandi karena tidak terbiasa rutin masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil maupun air besar. Namun jawaban tersebut sesungguhnya tidak benar-benar tidak, karena pernah saya biarkan setelah si kecil menjawab tidak namun akhirnya rembes dan harus mengganti sprei.

Lepas Pospak Secara Berkala

Tahapan selanjutnya adalah ketika toilet training, ajari anak untuk perlahan melepas pospak. Tidak serta merta langsung menggunakan celana dalam atau clodi karena justru bukan hanya anak yang akan kewalahan. Tetapi orang tuanya juga.

Ajarkan secara bertahap agar kita tahu apakah ia sudah benar-benar siap melepas pospak atau belum. Kesiapan ini akan terlihat pada pospak kering yang si kecil gunakan saat ia beraktivitas di luar rumah, tidur siang, maupun tidur malam.

Proses toilet training ini tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Umumnya anak bisa lolos pada kebiasaan baru ini setelah kita latih antara sepekan hingga satu bulan. Namun tentu setiap anak membutuhkan waktu yang berbeda-beda bergantung pada kesiapan anak dan orang tuanya.

Berikan Reward

Ketika si kecil bisa buang air kecil maupun buang air besar di kamar mandi, berikan ia reward. Berupa ucapan, “Kamu hebat!”, “Mama bangga!”, “Pintar sekali anak Ayah”. Atau reward lainnya seperti hadiah setelah seminggu atau satu bulan ia benar-benar bisa buang air kecil maupun buang air besar tanpa pospak.

Nah, itu dia pengalaman saya mendampingi si kecil toilet training. Cerita lengkapnya dapat kita lihat di sini. Semoga bermanfaat. []

Tags: anakBalitakeluargaparentingPengasuhan AnakToilet Training
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version