• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Toleransi itu Aksi Bukan Hanya Sekadar Wacana

Berhenti mendengungkan toleransi jika tidak disertai dengan aksi

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
15/02/2021
in Publik
0
Toleransi

Toleransi

206
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Alam memberi manfaat banyak kepada manusia. Sekalipun alam nampak kecewa, ia akan tetap memberi. Memberi teguran, setidaknya. Baru-baru ini kabar menggembirakan viral bersumber dari wilayah Kudus, salah satu sudut kabupaten di Jawa Tengah. Sebuah praktik toleransi terpotret menggetarkan dalam sebuah foto. Seorang muslimah korban banjir terlihat sedang melakukan ruku’ dalam shalatnya di ruangan gereja yang khas dengan ornamen salibnya.

Viralnya potret-potret epic semacam ini biasanya berlangsung secara singkat dan setelah sampai pada titik euforianya, dipastikan akan lenyap begitu saja. Tapi mari kita tilik barang sebentar value apa yang disuguhkan dari keviralan ini.

Fenomena lahirnya sikap toleransi ditengah himpitan keadaan itu nyata adanya serta bisa dibuktikan oleh siapa saja. Tentu bagi mereka yang mau saja. Dalam kasus viral ini, bisa dibayangkan. Bagaimana mungkin pemangku gereja atau jamaahnya melarang muslimah menunaikan shalat di gerejanya sedang kondisi mengharuskan semuanya berjalan demikian. Semua itu tentu mengalir saja. Berjalan secara natural. Yang menyebut-nyebut itu sebagai sebuah toleransi tentulah interpretasi dari pihak di luar mereka.

Sekali lagi, semesta memang dipekerjakan Tuhan dengan sangat hebat. Melalui alam-lah, manusia kadang dipaksa untuk berbuat kebaikan termasuk didalamnya arena memupuk pertumbuhan sikap toleransi. Sayangnya, apa memang perlu alam marah dahulu lantas manusia baru bertindak?

Banyak dari kita yang sebenarnya mempraktikkan toleransi natural ini dalam kehidupan sehari-hari. Berapa banyak dari kita memiliki teman non-muslim yang kemudian meninggalkan sejenak aturan hitam-putih hukum mengucapkan selamat natal. Bukankah secara otomatis kita akan mengucapkan selamat natal kepada teman kita yang non-muslim itu?

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Toleransi dan Dialog antar Agama
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

Baca Juga:

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Toleransi dan Dialog antar Agama

Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

Apakah kita sempat berpikir hukum dosa atau tidak saat itu? Jika disuruh memilih, tentu pilihannya jatuh pada lebih baik mengucapkan selamat natal dibanding harus bersikap diam, dingin, tidak menyapa. Apa kabar pertemanan kita dihari-hari setelah kejadian tidak mengucap selamat natal itu? Disinilah etika kemanusiaan tepo sliro yang diajarkan agama perlu dijalankan.

Sikap toleran dengan demikian merupakan fitrah atau potensi yang ada pada setiap diri manusia. Selayaknya fitrah baik lain dalam diri manusia seperti fitrah suci, fitrah tunduk, potensi-potensi semacam ini tetap perlu diasah. Hal ini juga berlaku untuk sikap toleran.

Permasalahannya selama ini adalah banyak yang tidak mau mencoba atau bahkan menutup diri dalam menumbuhkan sikap toleran yang sudah menjadi modal awal yang diberikan Tuhan kepada manusia. Jika tidak pernah diasah, potensi toleran dalam diri manusia ini tentu akan terkikis.

Pemuka agama yang berbicara toleransi, tentulah mereka-mereka yang pernah dihadapkan langsung dengan realitas kemajemukan atau dalam bahasa popular dikenal dengan pluralitas. Sebagai contoh pemuka-pemuka agama seperti Prof. Nadirsyah Hosen yang bersinggungan langsung dengan masyarakat non-muslim Australia, maka tidak mengherankan jika produk pemikiran dan gerak lakunya tentu tidak lepas dari koridor toleransi agama dan kemanusiaan.

Tidak harus pemuka agama yang pernah tinggal di dunia sekuler, banyak contoh pemuka-pemuka agama daerah yang menjunjung tinggi toleransi ditengah masyarakat Indonesia yang plural. diantara pemuka agama tersebut adalah Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan). Bagaimana Habib Luthfi sangat menghormati pemuka agama lain  dengan duduk bersama mengadakan forum-forum lintas agama untuk saling berbagi ilmu.

Tulisan ini hanya ingin menekankan bahwa toleransi bukan lagi sebuah wacana yang berputar-putar dalam imajinasi tidak bisa termanifestasi dalam laku sehari-hari. Bahwa toleransi adalah produk keluaran dunia Barat yang penuh dengan proyek-proyek konspirasi tersembunyi. Berhenti mendengungkan toleransi jika tidak disertai dengan aksi.

Seseorang bisa merasakan toleransi hanya jika ia terjun langsung. Mendapati pengalaman mempraktikkan toleransi secara langsung. Bagaimana seorang yang terhimpit kesulitan bencana alam masih saja harus ditanya apa agamanya? Setelah dicecar pertanyaan itu lantas dialihkan bantuannya karena sebab jawaban agamanya itu. Tentu tidak demikian, bukan? Inilah toleransi.

Bagaimana seorang yang tinggal di negeri orang bersandingan dengan tetangga beda agama tidak saling menyapa, tidak saling mengucapkan selamat di hari-hari besar masing-masing sedang keluarga mereka berada jauh di sana. Hanya ada tetangga yang bisa disapa. Alangkah sepi dunia, mereka menghabiskan hari-hari di negeri orang hanya dengan mengurung diri melewatkan momen bahagia menyambut hari besar agama.

Keluarlah, berbagi kebahagiaan dengan yang lainnya. Sampaikan pada mereka yang bukan golongan kita bahwa toleransi saling memahami itu indah. Bukankah mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan? (Ali bin Abi Thalib). []

 

 

 

Tags: Alam SemestakeberagamanmasyarakatPerdamaianpluralismetoleransi
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Konsep Ekoteologi

Konsep Ekoteologi; Upaya Pelestarian Alam

30 Maret 2023
Kasih Sayang Islam

Membangun Kasih Sayang Dalam Relasi Laki-laki dan Perempuan Ala Islam

29 Maret 2023
Ruang Anak Muda

Berikan Ruang Anak Muda Dalam Membangun Kotanya

29 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist