• Login
  • Register
Minggu, 15 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Tradisi Ramadan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

Ramadan adalah milik bersama, maka pertumbuhan ekonomi harus bersifat inklusif.

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
11/03/2025
in Pernak-pernik
0
ekonomi inklusif

ekonomi inklusif

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu oleh masyarakat muslim. Kehadirannya membawa keberkahan yang tiada tara. Tidak hanya itu, segala kebaikan akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Ramadan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan spiritualitas dan solidaritas sosial. Harapannya juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di Indonesia.

Meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat

Istilah “War takjil” (berburu takjil) menjadi alasan paling kuat terhadap peningkatan konsumsi masyarakat. Suasana ngabuburit sembari mencari takjil buka puasa dapat tergambar dalam arus lalu lintas yang sangat padat.

Macet, bunyi klakson, pejalan kaki berlalu-lalang, hingga pedagang takjil yang berjejer hampir di setiap ruas jalan adalah fenomena di bulan puasa ketika menjelang maghrib. Bayangan saya begitu ramai riuh kondisi saat itu. Tapi, itulah budaya masyarakat Indonesia di bulan Ramadan.

Gambaran tadi menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi sedang meningkat. Khususnya di bidang makanan dan minuman. Banyak yang menyebut situasi ini sebagai konsumsi musiman.

Apapun profesinya, Ramadan selalu menjadi kesempatan bagi siapapun untuk terlibat aktif dalam aktivitas ekonomi, salah satunya berjualan. Lapak berukuran 1 x 1 meter dengan alas dan atap terpal tidak menjadi masalah. Bahkan, apapun produk yang mereka jual, potensi untuk laris sangat besar. Itulah salah satu keberkahan di bulan Ramadan.

Baca Juga:

Merawat Semangat Haji Sepanjang Hayat: Transformasi Spiritual yang Berkelanjutan

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Bekerja adalah Ibadah

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

Melonjaknya perilaku konsumtif di bulan Ramadan harus diimbangi dengan konsep ekonomi hijau. Di mana masyarakat memilih pendekatan yang sadar lingkungan dan bersedia mereduksi penggunaan sumber daya alam secara berlebihan.

Lanjut, pendapatan pajak negara harusnya ikut meningkat. Banyak cafe dan resto yang setiap harinya full booked dengan agenda buka puasa bersama. Kalau mau itung-itungan, dengan PPN 11% saya yakin angka pajak yang masuk ke negara jumlahnya besar.

Selain kebutuhan pangan, permintaan sandang semakin meroket. Jelang hari raya, pakaian baru dan pernak pernik lainnya seakan menjadi keharusan. Meskipun sebenarnya tidak harus, karena haditsnya adalah pakaian terbaik bukan terbaru.

عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِى الْعِيدَيْنِ أَنْ نَلْبِسَ أَجْوَدَ مَا نَجِدُ

Artinya: Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata: Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan. (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Tradisi mudik lebaran

Bertemu keluarga tercinta adalah impian semua orang. Maka tidak heran, masyarakat rela berbondong-bondong untuk mudik ke kampung halaman. Selain membawa kerinduan, mudik juga membutuhkan kesiapan finansial, karena biasanya harga tiket transportasi naik hingga dua kali lipat.

Di satu sisi ada kenaikan ekonomi dalam bidang transportasi. Namun, sisi lainnya adalah terjadi inflasi. Dalam aspek ekonomi, Bulan Ramadan seakan memiliki dua mata pisau yaitu pertumbuhan ekonomi dan rentan terjadi inflasi.

Untuk mewujudkan ekonomi inklusif, pemerintah harus hadir dalam kondisi seperti ini. Untuk menekan laju inlfasi, pemerintah harus mendorong peningkatan produksi, pengaturan distribusi, mengontrol ketersedian produk dan jasa, subsidi, dan lain sebagianya.

Ramadan ladang untuk berbagi

Ramadan mengajarkan umat muslim untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling berbagi, saling menolong, saling menghargai, dan kesalingan lainnya dapat kita jumpai di bulan yang suci ini.

Berbagi kebahagiaan di Bulan Ramadan bentuknya beragam. Misalnya, masyarakat saling membahu untuk berbagi takjil baik itu di masjid maupun di pinggir jalan raya. Perusahaan mengeluarkan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Dan berbagi bingkisan kepada sesama saudara, kerabat, serta tetangga.

Bahkan Islam sudah mengajarkan kepada seluruh umat muslim yang memenuhi syarat, wajib mengeluarkan zakat mal dan  fitrah. Islam adalah agama Rahmatan lil A’lamin. Di dalamnya penuh dengan nilai kasih sayang, kepedulian, dan kesejahteraan.

Ramadan adalah milik bersama, maka pertumbuhan ekonomi harus bersifat inklusif. Semua orang berhak atas itu. Meskipun rentan terjadi inflasi dan ketimpangan, seluruh lapisan masyarakat hingga pemerintah harus bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan umat. Bukan hanya memperkaya diri sendiri namun mampu mendermakan hartanya untuk kemaslahatan bersama.

Tags: ekonomi inklusifibadahramadanRukun IslamWar TakjilZakat
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Suami

Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik

14 Juni 2025
Perkawinan yang Kokoh

Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

14 Juni 2025
Relasi Suami dan Istri

Ayat Al-Qur’an tentang Relasi Suami dan Istri

14 Juni 2025
Difabel

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

13 Juni 2025
Rumah Tangga

Tujuan Utama Rumah Tangga Menurut Al-Qur’an

13 Juni 2025
Relasi dalam

Prinsip Ketauhidan dalam Relasi Suami Istri

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Job Fair

    Job Fair, Pengangguran Struktural, dan Nilai Humanisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ayat Al-Qur’an tentang Relasi Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Negara Amnesia, Korban Masih Terjaga: Kami Menolak Lupa atas Tragedi Pemerkosaan 98
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II
  • Pentingnya Komitmen Suami dan Istri dalam Kerja Domestik dan Publik
  • Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID