• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

WNI eks-ISIS Pulang ke Indonesia, Apakah Kita Siap?

Tia Isti'anah Tia Isti'anah
10/02/2020
in Personal
0
WNI Eks-ISIS
30
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa minggu lalu saya mendapatkan privilese untuk mendengarkan terkait deradikalisasi dan disengagement. Pemateri dari workshop tersebut adalah para tokoh yang meneliti atau menangani secara langsung para eks-teoris, deportan dan returness  seperti Noor Huda ismail, Taufik Andre, Dete Aliyah, Lies Marcoes dan lain-lain.

Sebelumnya, tentu saja ini hanya rangkuman saya dari mendengarkan mereka-mereka ini. Tentu sangat mungkin terdapat kekeliruan dan itu murni kesalahan dari pendengaran atau pemahaman saya atas materi-materi mereka.

Perbincangan ini ramai ketika terdapat kabar bahwa 600 WNI eks-ISIS akan kembali ke Indonesia di tahun ini. Hal tersebut tentu memberikan kekhawatiran yang sangat besar bagi masyarakat. Terorisme dengan segala bentuknya membuat banyak orang khususnya minoritas merasa khawatir akan keamanan mereka. Belum lagi para keluarga korban, mereka pasti begitu trauma dan khawatir akan kehadiran para eks-ISIS ini.

Beberapa negara seperti Belanda memang sudah memberikan hukum yang tegas. Mereka tidak lagi mau menerima orang-orang yang sudah keluar dari negara mereka untuk bergabung dengan teroris. Indonesia sendiri belum memiliki peraturan tersebut, Indonesia masih terus menimbang.

Sayangnya di Indonesia, kita mengetahui bahwa banyak  kombatan yang setelah di penjara kembali lagi menjadi teroris, bahkan pengantin bom seperti kasus Dian Yulia Novi. Di sisi lain sebenarnya terorisme juga harus menjadi tanggung jawab pemerintah.

Baca Juga:

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

Alasan-alasan orang mengikuti gerakan-gerakan radikal sebenarnya bermacam-macam. Kebanyakan malah tidak berniat untuk mengebom. Mereka kebanyakan pergi kesana dengan alasan ingin melindungi umat muslim karena narasi-narasi yang dimunculkan adalah orang-orang muslim yang tertindas.

Ada juga yang beralasan diiming-imingi dengan kehidupan yang tanpa korupsi, aman, nyaman. Atau bahkan dijanjikan tempat yang nyaman dan aman untuk pertumbuhan anak mereka yang mereka khawatirkan di tengah lingkungan yang begitu menyeramkan (banyaknya pemerkosaan, pedopil, dll). Ada bahkan yang pergi ke sana untuk mencari jodoh.

Di satu sisi mereka melihat koruptor dengan enaknya melenggang sementara nenek-nenek yang mencuri kayu dihukum dengan puluhan tahun penjara, di sisi lain mereka ditawari sebuah ilusi dunia yang begitu nyaman, aman, tentram dan berkeadilan. Siapa yang tidak mau bukan?

Dari sini kita tahu bahwa alasan untuk pergi ke sana (baik Suriah atau lainnya) bermacam-macam dan perlu diingat ada andil negara juga yang begitu mengecewakan menjalankan roda pemerintahan. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab negara  untuk memperbaiki ini semua.

Lalu akhirnya negara mencoba hadir dengan gerakan-gerakan pencegahan radikalisme yang begitu banyak digaungkan. Selain gerakan pencegahan mereka juga melakukan gerakan-gerakan kuratifnya, seperti deradikalisasi. Sayangnya, kita memang perlu mengkritik bahwa kadang itu tidak tepat sasaran. Gerakan tersebut hanya dijadikan bagian program yang dikeruk dananya. Program lalu hanya tinggal program yang tidak menghasilkan banyak hal.

Gerakan kuratif  dengan deradikalisasi  ini juga yang mungkin akan dicoba oleh Indonesia dengan memulangkan 600 eks-ISIS. Sayangnya memang deradikalisasi  begitu sulit diukur. Sudah banyak orang yang dianggap pemerintah sudah sukses deradikalisasinya namun ternyata d ikemudian hari menemukan mereka berencana melakukan serangan bom kembali. Ini sungguh menjadi PR Pemerintah saat ini, jangan sampai kepulangan eks-ISIS tersebut dibuat hanya untuk program yang dikeruk keuangannya namun ternyata meresahkan masyarakat dan membuat human security terancam.

D isisi lain sebenarnya ada andil kita sebagai masyarakat juga yang membuat para WNI eks-ISIS ini kembali ke lingkungan mereka. Yaitu karena lingkungan (masyarakat baik RT/RW atau yang lebih luas) tidak menerima para eks-ISIS kembali. Streotype sebagai eks-ISIS ini kemudian membuat mereka tidak bisa bekerja atau menjalani kehidupan secara normal kembali sehingga pilihan satu-satunya yang paling mungkin adalah kembali ke kelompok mereka, yaitu kelompok teror.

Ini PR kita bersama, jika memang pemerintah ingin para eks-ISIS kembali maka sudah sebaiknya menyiapkan pengukuran yang baik serta program yang bukan hanya berorientasi dana. Ini  juga PR untuk masyarakat atau LSM agar memberikan pendidikan kepada masyarakat terkait penerimaan eks-ISIS yang tidak meresahkan dan menganggu kenyamanan masyarakat.

Jadi jika WNI eks-ISIS harus kembali, apakah kita sebagai pemerintah dan masyarakat sudah siap?.

Tags: Eks-ISISperempuanterorisme
Tia Isti'anah

Tia Isti'anah

Tia Isti'anah, kadang membaca, menulis dan meneliti.  Saat ini menjadi asisten peneliti di DASPR dan membuat konten di Mubadalah. Tia juga mendirikan @umah_ayu, sebuah akun yang fokus pada isu gender, keberagaman dan psikologi.

Terkait Posts

Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID