Mubadalah.id – Pada pengantar Lauching dua buku “Yang Muda Merawat Bangsa” dan “Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama” di UIN Walisongo Semarang, aku mengatakan: “Jika kau ingin mengubah dunia, bawalah pena dan menulislah”, “Jejak pena itu abadi”.
Lalu aku mengatakan:
Mubadalah itu fenomenal. Saya bermimpi Ia kelak akan jadi Trend Dunia. Sama dengan The Golden Rule, al-Qanun al-Dzahabi, Aturan Emas.
Seluruh agama, etika kemanusiaan dan tradisi spiritual menghimbau kita untuk selalu memperlakukan semua orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan.
Basisnya adalah cinta kasih (compassion). Ia mendorong kita untuk bekerja tanpa lelah menghapus penderitaan sesama manusia, meletakkan orang lain sebagaimana meletakkan diri, serta menghormati kesucian setiap manusia lain, memperlakukan setiap orang tanpa kecuali dengan kesetaraan, keadilan dan kehormatan mutlak.
5 Dalil Relasi Kesalingan
لَا تَكْمُلُ الْمَحَبَّةَ بَيْنَ اثْنَيْنِ حَتَّى يَقُولَ كُلٌّ لِلآخَرِ : اَنْتَ اَنَا
1. Cinta dua orang tak bisa sempurna sampai masing-masing mengatakan “kau adalah aku yang lain”.
Husein Manshur al Hallaj menyenandungkan puisi indah :
مزجت روحك روحی كما تمزج الخمر بالماء الزلال
واذا مسك شيء مسنی فاذا انت انا فی كل حال
Ruhmu adalah ruhku
Bila sesuatu menyentuhmu
Ia menyentuhku
Maka kau adalah aku
Dalam segala
فَبِمَا أَنَّ كُلَّ إِنْسَانٍ يُرِيدُ أَنْ يُحْتَرَمَ اِخْتِيَارُهُ فَيَنْبَغِي أَنْ يَحْتَرِمَ اِخْتِيَارَ اْلآخَرِينَ
2. Oleh karena tiap orang ingin pilihan/pandangan hidupnya dihargai. Maka seyogyanya dia menghargai pilihan/pandangan hidup orang lain.
أَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا …
3. Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri. Kau benar-benar seorang mukmin yang baik.
عَامِلِ النَّاسَ بِمَا تُحِبُّ اَنْ يُعَامِلُوكَ
وَلَا تُعَامِلْ النَّاسَ بِمَا لَا تُحِبُّ اَنْ يُعَامِلُوكَ
4. Perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan.
Jangan perlakukan orang lain dengan cara yang tidak anda inginkan untuk diri anda sendiri
لَا تَحْتَقِرْ اَحَداً. وَلَا شَيْئاً فَاِنَّ اللهَ لَا يَحْتَقِرُهُ حِينَ خَلَقَهُ
5. Jangan rendahkan siapapun dan apapun, karena Tuhan tidak merendahkannya saat menciptakannya.
Tetapi pola relasi kesalingan tersebut hanya bisa kita jalankan manakala kehidupan bersama ini memiliki dasar pada prinsip kesetaraan dan keadilan, bukan dominasi dan subordinasi satu atas yang lain.
Maka perjuangan untuk mewujudkan kesetaraan gender dimaksudkan sebagai dasar dan jalan menuju terciptanya hubungan mubadalah, kesalingan (resiprokal) antara laki-laki dan perempuan dan antar manusia, dalam berbagai aspek kehidupan.
Yakni relasi saling menghormati, saling menolong/bekerjasama (ta’awun), saling melindungi, saling berbuat baik dan santun, (mu’asyarah bil ma’ruf), saling mencinta dan saling membahagiakan. Di atas tema besar inilah perjuangan dan pergulatan (mihwar) kehidupan bersama manusia, laki-laki dan perempuan berakhir. []