Mubadalah.id – KH Muhammad Djamaluddin Ahmad wafat pada hari Kamis, 24 Februari 2022, di usia 78 tahun. Beliau adalah seorang Kiai ahlu thariqah yang semasa sehatnya banyak memiliki rutinan jamaah pengajian. Beliau mengasuh jamaah Thariqah Syadziliyyah yang setiap kali menggelar rutinan pengajian selalu dihadiri oleh ribuan orang.
Pengajian yang dihadiri oleh santri dari berbagai daerah dan terdiri dari berbagai usia itu secara rutin dilaksanakan pada malam selasa, di halaman Bumi Damai Al Muhibbin, Tambakberas, dan setiap malam jumat di mushalla al Fattah, Sambong, Jombang. Pada saat sehatnya, beliau juga memiliki rutinan pengajian di beberapa tempat. Yakni di Surabaya, Sidoarjo, Tuban serta di tiga tempat di daerah Ngajuk.
Dari pengajian-pengajian bersama jamaah Syadziliyyah yang dilakukan di beberapa tempat itulah sesungguhnya rekaman pengajian al Hikam Kiai Djamal yang belakangan beredar dalam bentuk VCD/DVD atau youtube channel itu berasal.
Selain memiliki rutinan kajian Kitab al Hikam, Kiai Jamaluddin Ahmad juga rutin mengaji dan memberikan ijazah Dalail al Khairat serta kitab-kitab lainnya, setiap bulan Ramadlan. Kiai Djamaluddin Ahmad mendapatkan sanad Dalail al Khairat dari Kiai Marzuki Dahlan, Liboyo dan Kiai Baidlawi, Lasem.
Saat muda, KH. Djamaluddin Ahmad berguru kepada beberapa Kiai. Selain berguru kepada Kiai Fattah Hasyim (yang kemudian menjadi abah mertuanya) dan para masyayikh lainnya di Pesantren Tambakberas, Kiai Djamaluddin Ahmad juga mengaji kepada beberapa Kiai di Jawa Timur dan di Jawa Tengah. Terutama saat bulan Ramadlan tiba.
Bahkan menurut penuturan beliau, karena besarnya ghirah dalam mencari ilmu, Kiai Djamaluddin Ahmad masih bersemangat mengikuti pengajian Ramadlan kepada Kiai Baidlowi Lasem, saat istri beliau, Nyai Khurriyah, mengandung putra ketiganya. Pada perjalanan pulang dari Lasem menuju ke Tambakberas itulah, -sebagaimana yang pernah penulis dengar secara langsung dari penuturan beliau-, Kiai Djamaluddin Ahmad, bersilaturrahim ke Kajen, dan meniatkan diri melakukan riyadlah di makam Syekh Mutamakkin, Kajen, Pati.
Kiai Djamaluddin Ahmad juga merupakan ulama yang rajin menulis. Salah satu kitab karya beliau yang penulis pelajari langsung dari beliau adalah kitab berjudul “Al Inayah” dan “Miftahul Ushul”. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Asybah wa Al Nadzair yang ditulis untuk memudahkan santri dalam menghafalkan kaidah-kaidah fiqhiyyah, dalil dan contoh-contohnya. Selain kitab “al Inayah” dan “Miftahul Ushul”, Kiai Djamaluddin juga terbilang produktif dalam menuliskan penjelasan dalam kitab-kitab yang dikajinya dengan menggunakan pendekatan tasawuf.
Pengajian-pengajian Kiai Jamaluddin yang memberikan penekanan kepada upaya “noto ati” dalam mendekatkan diri kepada Allah, juga seringkali disisipi dengan hikmah kebijaksanaan para sastrawan jawa, seperti Ronggowarsito. Yang menarik, selain membaca kitab dan memberikan penjelasan sebagaimana lazimnya seorang Kiai mengaji, Kiai Jamaluddin juga menyusun beberapa syiiran yang dibaca secara rutin bersama para muhibbinnya pada saat mengawali dan mengakhiri pengajian al Hikam yang diampunya.
Selain pendiri dan pengasuh Bumi Damai al Muhibbin (yang dilanjutkan oleh Putra beliau, KH Idris/Gus Idris), Kiai Djamaluddin juga dikenal sebagai pengasuh Panti Asuhan Al Fattah. Di panti asuhan Al Fattah (yang dilanjutkan oleh putri beliau, Nyai Hj. Basyirotul Hidayah) inilah, Kiai Djamaluddin menunjukkan kasih sayang dan kepeduliannya kepada fakir miskin dan anak anak yatim. Santri-santri yatama itu dididik, diasuh, disekolahkan hingga menyelesaikan pendidikannya, serta diberi keterampilan kewirausahaan.
Selain kecintaannya pada ilmu, ghirahnya yang kuat terhadap perjuangan dakwah, mendidik para santri, dan kasih sayangnya kepada para anak yatim dan fakir miskin, Kiai Djamaluddin juga dikenal sebagai sosok ulama yang wira’i, yang memilih berhati-hati dan cenderung menjaga jarak dari hiruk-pikuk politik/kekuasaan.
Pada saat sowan di bulan syawal kemarin, beliau bercerita bagaimana pada masa pandemi ini beliau menahan diri untuk tidak menggelar rutinan pengajian dan bertemu dengan jamaahnya secara langsung. Dan sebagai gantinya, setiap datang waktunya mengaji, beliau mengisi waktunya dengan menuliskan hal-hal yang ingin beliau sampaikan kepada jamaah pengajiannya. Sungguh, semangat yang luar biasa dari seorang ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk menapaki setiap jalan perjuangan, semata untuk mencintai Allah dan RasulNya. Demi menggapai Ridla Ilahi.
Kagem KH Djamaluddin Ahmad dan orang-orang tercinta yang telah mendahului kita, Alfatihah. []