• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Bulan Sya’ban Tiba: Mengenang Peristiwa Pemindahan Arah Kiblat

Bulan Rajab kemarin kita mengenang peristiwa agung Isra Miraj, maka di bulan Syaban ini kita dapat mengenang peristiwa agung pemindahan arah kiblat Umat Muslim

Belva Rosidea Belva Rosidea
25/02/2023
in Featured, Hikmah
0
Bulan Sya'ban

Bulan Sya'ban

796
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tak terasa Bulan Rajab telah berakhir dan berganti Bulan Sya’ban, yang artinya Bulan Ramadhan semakin di depan mata. Begitu banyak keistimewaan bulan-bulan menjelang Ramadan ini. Selain amalan-amalan yang mendatangkan pahala, di bulan-bulan ini pula banyak terjadi peristiwa sejarah yang begitu luar biasa.

Bulan Rajab kemarin kita mengenang peristiwa agung Isra Miraj, maka di bulan Syaban ini kita dapat mengenang peristiwa agung pemindahan arah kiblat Umat Muslim. Barangkali belum semua Umat Muslim mengetahui bahwasannya arah kiblat dulunya bukanlah menghadap Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah. Melainkan menghadap Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis. Lalu, bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi??

Seperti yang kita tahu bahwa pada peristiwa Isra Miraj, Rasulullah mendapat perintah salat lima waktu. Selepas mendapat perintah tersebut, maka salat mereka melaksanakan dengan menghadap ke Masjid Al-Aqsa. Di mana masjid ini terletak di negeri para Nabi tersebut menjadi kiblat pertama Umat Muslim. Dulu masjid tersebut dibangun oleh Nabi Yakub, dan direnovasi di zaman Nabi Daud.

Nabi Muhammad dan Umat Muslim melakukan salat dengan menghadap kiblat pertama tersebut selama 17 bulan 3 hari. Hingga akhirnya Allah memerintahkan untuk mengganti arah kiblat ke arah Ka’bah di Masjidil Haram, Mekkah pada Bulan Sya’ban, tepatnya ketika Nishfu Sya’ban.

Sejarah Pemindahan Arah Kiblat

Pemindahan arah kiblat ini bukanlah tanpa alasan. Ada berbagai sebab yang menyebabkan Rasulullah sendiri yang memohon kepada Allah agar memindahkan arah kiblat ke arah Ka’bah. Menurut Fakhruddin Al-Razi dalam Mafatih Al-Ghaib, beliau menyebutkan ada empat pendapat mengenai alasan pemindahan kiblat. Yakni : pertama, Rasulullah tidak ingin jika kiblat Umat Muslim sama dengan kiblat Umat Yahudi. Sama-sama menghadap Baitul Maqdis.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

Karena arah kiblat yang sama ini pula kaum Yahudi kerapkali bergosip dan mengolok-olok Umat Muslim tak berbeda dengan Umat Yahudi. Kedua, karena Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta menjadi kiblat keduanya. Ketiga, jika arah kiblat menghadap Ka’bah maka besar kemungkinan dapat membuat orang-orang Arab tertarik untuk masuk Islam. Ke-empat, karena tanah Mekkah merupakan tanah kelahiran Nabi Muhammad saw.

Kemudian Allah mengabulkan permintaan Nabi Muhammad sawa tersebut sebagaimana dalam firmanNya : “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.” (QS.Al-Baqarah ayat 144). Ternyata pemindahan arah kiblat ini tak begitu saja diterima. Melainkan menimbulkan beberapa keraguan dan pertentangan di antara umat, lalu apa hikmahnya?

Ujian bagi Kaum Muslimin, Orang-orang Musyrik, Kaum Yahudi, dan Orang-orang Munafik

Kaum Muslimin diuji apakah mau mendengar dan taat ataukah tidak. Orang-orang Musyrik mengatakan, “Orang Islam telah kembali dari kiblat semula, berarti mereka telah kembali kepada agama nenek moyangnya, dan hal itu menunjukkan bahwa agama orang musyrik itulah yang benar.” Orang Yahudi mengatakan, “Muhammad telah mengingkari kiblatnya para nabi terdahulu.”

Seandainya ia benar-benar seorang Nabi, pastilah ia akan menghadap kiblat para Nabi terdahulu.” Orang Munafik berkata, “Muhammad bingung hendak menghadap ke mana? Seandainya kiblat yang pertama benar, lalu mengapa ia meninggalkannya? Seandainya yang kedua yang benar, berarti selama ini ia berada dalam kebatilan?”

Pemindahan arah kiblat menunjukan seberapa patuh Umat Muslim terhadap Allah dan RasulNya

Pemindahan arah kiblat ini ternyata menimbulkan beberapa keraguan di antara Umat Muslim. Bahkan tak sedikit yang akhirnya tidak mau menaati perintah Allah tersebut. Dengan pemindahan arah kiblat ini, Allah ingin menunjukkan kepada Nabi Muhammad tentang betapa patuh para sahabat mengikuti perintah Rasul dan Tuhannya, dan siapa saja umatnya yang benar-benar taat atau justru membelot.

Sebagaimana firmanNya dalam QS.Al-Baqarah ayat 143, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (Umat Muslim), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.

Pemindahan arah kiblat ke arah Ka’bah menunjukkan keistimewaan kota Mekkah

Kota Mekkah merupakan kota yang Allah muliakan dengan berbagai kemuliaan. Di kota itulah Nabi Ibrahim, bapak para Nabi membangun Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail. Di Kota Mekkah pula lahir seorang nabi terakhir, penutup dari risalah-risalah terdahulu. Dalam segi geografis pula, Jazirah Arab memang terletak di tengah-tengah bumi sehingga seolah menjadi adil ketika semua muslim di manapaun mereka berada menghadap ke arah tersebut saat salat. “Supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya.” (QS. Asy-Syuraa: 7). []

Tags: Bulan Sya'banislamKeutamaan Sya'banKiblatsejarah
Belva Rosidea

Belva Rosidea

General Dentist

Terkait Posts

IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Kewajiban dan hak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Ulama Perempuan

    Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID