Mubadalah.id – Ada yang menarik dari kajian ngaji online yang Mubadalah.id gelar dengan tajuk “Jogan Ramadan Online”. Di mana dalam sesi pertama membahas tentang hikmah puasa dalam psikologi. Kajian yang disampaikan oleh Ibu Siti Rohman Nurhayati, seakan memaksa saya untuk merefleksikan diri mengenai makna dari puasa.
Banyak pembahasan yang disampaikan oleh Ibu Siti Rohman seperti mengontrol emosi, memahami tujuan puasa, pengelolaan puasa dan pembahasan lainnya. Namun yang akan saya sorot dalam tulisan reflektif kali ini mengenai pengaruh kontrol diri.
Hakikat dari puasa yang sebenarnya harus kita pahami adalah puasa sebagai bentuk kontrol diri. Namun sayang terkadang kita gagal memahami arti kontrol diri yang menimbulkan pemaksaan kehendak dalam diri untuk mengikuti nafsu.
Hal ini dengan jelas Nabi Saw. sampaikan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata: Rasulullah Saw., bersabda: sebagian orang-orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar saja (HR.Ibnu Majah)
Pemaknaan hadis tersebut sangatlah dekat dengan makna kontrol diri yang tersampaikan dalam hadis tersebut. Di mana jika seseorang yang mengaku berpuasa, namun gagal mengontrol dirinya maka puasanya hanya sebatas menahan rasa lapar saja.
Gagal Mengontrol Diri
Kegagalan seseorang dalam mengontrol diri ketika berpuasa dapat kita lihat bagaimana cara kita menjalani keseharian selama berpuasa. Apakah selama menjalani puasa kita mengalami penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-hari? Atau malah selama menjalankan ibadah puasa kita semakin semangat dalam menjalani keseharian?
Itu hanya pertanyaan kecil yang hanya dapat kita tanyakan kepada diri sendiri, bukan ke orang lain. Karena puasa sendiri adalah ibadah yang hanya kita (selaku yang berpuasa) dan Tuhan yang mengetahuinya.
Tentu ini berdasarkan sebuah hadis riwayat mam Bukhari dalam Shahih-nya berikut:
عن أبي هريرة ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻪ ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋليه ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﻛﻞ ﻋﻤﻞ اﺑﻦ ﺁﺩﻡ ﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺃﺟﺰﻱ ﺑﻪ
Artinya:
“Dari riwayat Abi Hurairah RA. Beliau berkata Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: Semua amal ibadah anak Adam untuk mereka sendiri kecuali puasa. Sesungguhnya puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”(HR.Bukhari).
Keistimewaan Puasa
Dari hadis tersebut menjelaskan bahwa ibadah puasa yang kita lakukan selama satu bulan penuh ini, sebenarnya adalah bagian dari bentuk interaksi yang begitu erat antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Bagaimana dengan puasa kita, bahkan saya sendiri dapat membangun hubungan yang begitu intim kepada sang pencipta.
Di mana sang pencipta memberikan keistimewaan dari ibadah puasa dengan memberikan ganjaran secara langsung. Begitu istimewanya puasa bahkan Allah yang secara langsung akan memberikan balasan kepada orang-orang yang berpuasa.
Kemudian muncul pertanyaan, setelah menjalani puasa selama enam hari ini, apakah kita sudah merasakan kedekatan antara kita dan Tuhan? Atau tepatnya pertanyaan tersebut saya tujukkan kepada diri sendiri?
Namun jika sampai saat ini hingga nanti puasa Ramadan berakhir saya atau salingers tidak mengalami perubahan sama sekali, ya tidak apa-apa. Tidak ada masalah sama sekali sebenarnya.
Tapi setidaknya ketika membaca tulisan reflektif ini, kita sama-sama merasakan hikmah puasa, dan memiliki niat untuk melakukan perubahan. Perubahan ke arah lebih baik tentunya. Di mana niat baik saja sudah dihitung sebagai pahala di mata Allah, bukannya begitu? []