• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Beranikah Menelisik Jiwa Perempuan

Penulis buku ini mengajak jiwa perempuan untuk lebih mendengarkan suara hati mendapatkan kesejahteraan tanpa kemarahan

Sandria Zakiatul Fitroti Sandria Zakiatul Fitroti
16/06/2023
in Buku
0
Jiwa Perempuan

Jiwa Perempuan

833
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul: Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan

Penulis: Ester Lianawati

Cetakan: keempat, Januari 2021

Penerbit Buku Mojok Group

Mubadalah.id – Apakah benar budaya patriarki masih ada di era sekarang yang sudah sangat modern? Pada kenyataannya budaya patriarki masih melekat di masyarakat dan menimpa jiwa perempuan. Contohnya kasus masih hangat terjadi di Korea Selatan. Di mana perempuan di sana membuat gerakan 4 B.

Komunitas tersebut menolak tidak ada kencan, tidak ada hubungan seks, tidak ada pernikahan dan tidak ada pengasuhan anak. Hal ini lantaran laki-laki di Korea Selatan enggan  terlibat urusan domestik dan membebankan pada perempuan. Meskipun hal ini tidak dapat kita benarkan. Tetapi ini menjadi dampak nyata akibat patriarki.

Menjadi seorang perempuan bukanlah perkara yang mudah. Perempuan kerap kita hadapkan pada perkara pelik dan masih menjadi masalah yang tetap di setiap zamannya. Hal ini lantaran masih kentalnya budaya patriarki di antara masyarakat.

Di balik itu semua, jiwa perempuan memiliki kekuatan indra yang tajam, intuisi kuat, kepedulian terhadap sesama, keberanian, dan kemampuan beradaptasi. Namun kekuatan itu masih terbatasi dengan nilai-nilai yang menjadi sistem di masyarakat. Perempuan dapat menghadirkan sosok serigala betina di dalam diri dia. Perempuan memiliki daya kekuatan untuk berhasil bahagia dengan caranya sendiri.

Pertama kali mendengar judul buku ini dengan kata “serigala betina” terkesan garang dan berkonotasi negatif. Namun justru sebaliknya, Ester sang penulis buku ini mengungkap rasa aman, kepedulian, kepekaan, dan upaya-upaya pembebasan perempuan dari belenggu patriarki. Dalam buku ini mencoba menyelami teori Freud tentang anggapan misoginis bahwa perempuan cenderung memiliki psikis yang kurang stabil dibanding laki-laki. Dari sini Ester mendialogkan patriarki dengan psikologi, dan persoalan pada masa sekarang.

Membahas tentang Psikologi Feminis

Dalam buku berjudul Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan ini terdiri dari 3 bab. Bab pertama lebih banyak membahas tentang psikologi feminis yang mana penulis banyak membahas dan membandingkan teori-teori psikologi laki-laki dan perempuan. Salah satu teori yang digadang-gadang yaitu teori Sigmund Freud mengenai perkembangan seksual manusia.

Baca Juga:

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Ester mengoreksi teori Freud tersebut cenderung negatif dalam memandang perkembangan psikis perempuan. Salah satu dari teori tersebut yaitu anggapan bahwa laki-laki lebih cenderung berpikir menggunakan logika dan perempuan lebih sering menggunakan perasaan. Dari sini sudah menjadi justifikasi bahwa otak sudah ditakdirkan menjadi kodrat dan melemahkan perempuan tanpa disadari.

Pada bab kedua mengarah kepada bagaimana seorang perempuan harus bersikap. Di dalam bab ini Ester mengemukakan pendapat Clarissa Pinkola Estes mengenai kesamaan antara perempuan dan serigala betina. Clarissa Pinkola Estes mengibaratkan perempuan sama seperti serigala betina yang memiliki pengindraan yang tajam, intuisi kuat, kepedulian terhadap sesama, kebranian, kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi dan kondisi, kekuatan, dan daya tahan.

Memasuki bagaimana perempuan harus bersikap ini Ester sekata dengan teori Carol D Ryff. Teori tersebut menjelaskan bahwa perempuan dapat menjemput kesejahteraan dengan menerima diri, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, menguasai lingkungan, terus bertumbuh secara personal.

Budaya Patriarkal

Selain itu, pada bab ini juga membahas tentang bagaimana budaya patriarkal. Perempuan memiliki istilah “perempuan penyihir” lantaran perempuan-perempuan yang berani mendengarkan isi hati dan menolak standarisasi di dalam masyarakat. Perempuan penyihir tidak begitu saja mengikuti tuntutan-tuntutan yang di berikan kepada perempuan oleh masyarakat.

Pada bab terakhir Ester menyuguhkan kasus dan realita yang terjadi pada dewasa ini. Dalam bab ini dibahas mengenai gerakan-gerakan yang menentang kekerasan pada perempuan seperti Balance Ton Porc. Selain itu, isu feminisme yang menjadi topik hangat ditengah masyarakat yang salah satunya stereotipe-stereotipe tentang perempuan.

Meskipun buku ini mengangkat isu yang menimpa perempuan, sang penulis menyerempet laki-laki juga menjadi korban dari stereotipe masyarakat. Namun sayangnya tidak dibahas secara spesifik dan hal ini membuka pandangan baru terhadap isu feminisme.

Pada bab ini menjadi lebih menarik ketika mengangkat isu-isu feminisme. Feminisme sering dipahami dengan perang perempuan melawan laki-laki. Padahal pada realitanya isu feminisme yang salah satunya budaya patriarki di perkuat oleh perempuan lainnya.

Feminisme adalah perang perempuan dengan laki-laki bukanlah proporsi yang tepat. Ester mengemukakan tentang feminisme yang merupakan permasalahan menyangkut struktur masyarakat luas. Hal ini yang sebenarnya membuka peluang untuk kita telisik lebih dalam lagi mengenai feminisme.

Mengenai bentuk fisik buku ini kurang menarik pada layout, dan kertas buku yang kurang berkualitas. Cover buku cukup bagus dengan menuliskan judul buku sebagai highligt dan berwarna ungu. Namun ilustrasi kecil di antara tulisan pada cover membuat penasaran dan membuat pembaca harus memberi perhatian lebih untuk mengamati ilustrasi pada cover tersebut.

Meskipun begitu buku ini sangat menarik untuk kita baca. Lantaran menjelaskan bagaimana perempuan belum mencapai kesejahteraan. Dalam buku ini tersuguhkan diskusi-diskusi tentang bagaimana perempuan bisa mencapai kesetaraan dengan cara yang lebih elegan dan adil. Penulis buku ini mengajak jiwa perempuan untuk lebih mendengarkan suara hati mendapatkan kesejahteraan tanpa kemarahan. Bahkan sampai harus merendahkan penderitaan pihak lain. []

 

 

 

Tags: Esther LianawatifeminismeJiwa PerempuanPsikologi FeminisReview Buku
Sandria Zakiatul Fitroti

Sandria Zakiatul Fitroti

Sandria Zakiatul Fitroti. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Program Studi Ilmu Hadis, dan santri di Pondok Pesantren Subulussalam Tulungagung.

Terkait Posts

Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Novel Cantik itu Luka

Novel Cantik itu Luka; Luka yang Diwariskan dan Doa yang Tak Sempat Dibisikkan

27 Juni 2025
Fiqhul Usrah

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

25 Juni 2025
Hakikat Berkeluarga

Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

23 Juni 2025
Fiqh Al Usrah

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

21 Juni 2025
Membangun Rumah Tangga

Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

20 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • amar ma’ruf

    Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID