• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Buya Husein

Pesantren untuk Apa?

Semakin baik kualitas pengetahuan/pendidikan masyarakat, semakin baiklah keadaan bangsa dan negara. Dan semakin buruk mutu pengetahuan/pendidikan masyarakat, semakin buruk keadaan bangsa dan negara

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
04/08/2023
in Kolom Buya Husein
0
Pesantren

Pesantren

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam satu atau dua minggu ini kita melihat setiap hari pesantren di mana saja kedatangan para santri baru. Sebagian di antaranya sedang mengadakan “Matsaba” (Masa Taaruf Santri Baru/Masa Perkenalan dan Pengenalan) .

Seorang sahabat bertanya: “Apakah yang menarik dari pesantren?.

Ketika aku belajar di Pesantren, banyak kiai mengatakan: “Belajar dan mengaji di pesantren itu untuk menghilangkan kebodohan dan menanamkan akhlak yang baik”.

Kalimat ini tampak amat sederhana memang, tetapi ia memiliki arti yang mendasar, prinsipal. Kebodohan adalah kegelapan. Permusuhan atau kebencian terhadap orang lain lebih sering akibat dari kebodohan atau ketidakmengertian diri tentang orang lain itu.

Akibatnya kebodohan berpotensi untuk bertindak zalim, menganiaya, tidak adil. Aku sering mengatakan: “Salah satu akar permusuhan adalah ketidakmengertian seorang atas yang lain”.

Baca Juga:

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

Al-Qur’an mengatakan dengan narasi yang mengagumkan:

الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Artinya: “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan (membebasksn) manusia dari dunia gelap menuju dunia bercahaya, dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Terpuji. (QS. Ibrahim ayat 1)

Itulah sebabnya mengapa ayat al-Qur’an yang pertama diturunkan adalah “Iqra”, bukan “Qulhu” (surah al-Ikhlas). Ilmu Pengetahuan adalah nur, cahaya yang menerangi jalan hidup manusia. Tanpa cahaya orang bisa sesat. Ilmu pengetahuan dan keadilan adalah sumber peradaban.

Semakin baik kualitas pengetahuan/pendidikan masyarakat, semakin baiklah keadaan bangsa dan negara. Dan semakin buruk mutu pengetahuan/pendidikan masyarakat, semakin buruk keadaan bangsa dan negara.

Lalu seorang kiai pengasuh pesantren tradisional di Cirebon, saat ditanya apa tujuan pesantren, beliau menjawab singkat: “agar para santri menjadi orang benar, jujur”.

Visi Kejujuran

Jawaban ini juga sederhana. Ia ingin menekankan visi kejujuran dan bertindak benar. Atau dalam bahasa lain berakhlak mulia. Menurutnya meskipun sedikit ilmu dan berakhlak tapi diamalkan itu lebih utama daripada banyak ilmu tapi tidak diamalkan, apalagi dilanggar. Ketika Imam Malik bin Anas hendak pergi belajar/mengaji kepada Imam Rabi’ah al Ra’yi, ibunya berpesan: “Belajarlah etika (akhlak) atau adab, sebelum ilmu”

Ini mengingatkan saya pada pengertian awal kata “Fiqh”, atau “Tafaqquh fi al-Din”, belajar pengetahuan agama, sebagaimana dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” :

الفقه معرفة النفس ما لها وما عليها

Artinya: “Fiqh adalah mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk bagi jiwa”.

Atau mengetahui apa yang bermanfaat bagi jiwa dan apa yang merugikannya. Ada juga yang menerjemahkan : mengetahui hak dan kewajiban.

Pandangan di atas sejalan dengan pandangan filosof besar, Abu Bakar al Razi, atau Razes:

“Untuk apa kita diciptakan dan ke mana kita diarahkan, bukanlah pemenuhan hasrat-hasrat fisik/tubuh, melainkan pencapaian pengetahuan dan menegakkan keadilan. Dengan keduanya kehidupan menjadi berkembang, damai dan tak ada kekerasan”. []

Tags: belajarkiaiMengajipesantrenSantri
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Idulfitri

Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

31 Maret 2025
Tahun Baru 2025

Do’a Tahun Baru 2025

31 Desember 2024
Rabi'ah Al-'Adawiyah

Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

24 Desember 2024
Imam Al-Ghazali

Kritik Imam Al-Ghazali Atas Realitas Zamannya

20 September 2024
Idul Adha

Khutbah Idul Adha: Pesan-pesan Kemanusiaan Nabi

16 Juni 2024
Trilogi

Trilogi Islam

4 April 2024
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID