• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film Suzzana Malam Jumat Kliwon: Perempuan Masih Menjadi Barang dan Objek Seksual

Padahal di dalam Islam tidaklah demikian. Perempuan di dalam Islam adalah manusia, perempuan bukan alat maupun mesin untuk menjadi pemuas seks.

Tuti Mutiah Alawiah Tuti Mutiah Alawiah
11/09/2023
in Film
0
Suzzana Malam Jumat Kliwon

Suzzana Malam Jumat Kliwon

874
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum lama ini, saya menonton film horor Indonesia “Suzzana Malam Jumat Kliwon.”  Film yang rilis pada 3 Agustus 2023, kurang lebih menceritakan tentang sebuah keluarga yang menikahkan anaknya untuk menebus hutangnya dan rela menikahkan anaknya untuk menjadi istri kedua (poligami).

Namun sebelum membahas film Suzzana Malam Jumat Kliwon lebih jauh, saya ingin sedikit memperkenalkan sinopsis terkait film ini.

Film Suzzana Malam Jumat Kliwon yang disutradarai oleh Guntur Soeharjanto ini diperankan oleh Maya (Suzanna), Achmad Megantara (Surya), Tio Pakusadewo (Raden Aryo) dan Sally Marcellina (Minati).

Dalam film tersebut menceritakan bahwa ada sepasang suami istri yang kaya raya di sebuah pedesaan. Pasangan suami istri itu adalah Raden Aryo dan Minati. Namun sayangnya, pernikahan yang Raden Aryo dan Minati bangun bertahun-tahun ini masih belum diberikan anak.

Hingga akhirnya membuat Raden Aryo mencari perempuan lain yang akan ia jadikan istri, agar keluarga mereka memiliki momongan.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Hingga suatu hari, Raden Aryo bertemu dengan Suzzana, seorang gadis cantik. Ketertarikan itu akhirnya membuat Raden Aryo untuk langsung menemui orang tua Suzzana.

Setelah bertemu dengan keluargnya, dan karena keluarganya juga memiliki hutang yang besar kepada Raden Aryo. Maka akhirnya, ayah dan ibunya mengikhlaskan Suzzana untuk menjadi istri kedua Raden Aryo.

Dengan menikahkan Suzzana, keluarga mereka berharap agar terbebas dengan hutang kepada Raden Aryo.

Di satu sisi, dengan menikahkan Suzzana dan Raden Aryo, berharap agar terbebas dari lilitan hutang keluarganya. Sisi yang lain, Raden Aryo juga melakukan poligami dengan harapan agar bisa memiliki anak dari Suzzana.

Dari film tersebut setidaknya kita bisa belajar bahwa perempuan hingga saat ini masih dianggap sebagai barang. Ketika orang tuanya terlilit oleh hutang, maka dengan menikahkan anaknya, bisa menjadi solusi mereka.

Bahkan alih-alih dengan melakukan poligami, sebetulnya perempuan hingga saat ini masih menjadi objek untuk memenuhi kebutuhan seks, bahkan menjadi mesin reproduksi anak.

Perempuan adalah Manusia

Padahal di dalam Islam tidaklah demikian. Perempuan di dalam Islam adalah manusia, perempuan bukan alat maupun mesin untuk menjadi pemuas seks.

Nabi Muhammad Saw melalui hadisnya menegaskan:

عن ابن عباس رضى الله عنهما قال: قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: كنا في الجا هلية لا نعد النساء شيئا فلما جاء الاسلام وذكرهن الله رأينا لهن بذلك علينا حقا

Dari Ibn Abbas ra, berkata: Umar bin Khattab ra berkata: “Dulu kami, pada masa Jahiliyah, tidak memperhitungkan perempuan sama sekali. Kemudian ketika Islam turun dan Allah mengakui mereka, kami memandang bahwa merekapun memiliki hak atas kami. (Shahih Bukhari).

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa Islam hadir untuk memerdekakan dan membebaskan perempuan dari penindasan. Bahkan Islam datang untuk memberikan keadilan, kesetaraan, kemaslahatan bagi perempuan.

Maka semua praktik yang ada di dalam film Suzzana, saya kira sangat tidak sejalan dengan prinsip ajaran Islam. Karena Islam hadir untuk melindungi para perempuan dari segala bentuk kezaliman. Bukan menikahkan mereka untuk melunasi hutang. Atau mempoligami mereka karena untuk memiliki anak.

Oleh sebab itu, dengan semangat Islam ini, sebaiknya menjadi fondasi bagi para laki-laki dan perempuan untuk memandang semua manusia sebagai makhluk yang utuh. Sehingga tidak ada lagi yang merendahkan perempuan.

Dengan begitu, pelajaran penting dari film Suzzana di atas, saya kira dapat menjadi kesadaran bagi kita jangan menjadikan perempuan sebagai makhluk seksual, tapi menempatkan mereka menjadi makhluk intelektual dan spiritual. Sehingga tidak ada lagi, orang-orang yang merendahkan dan mendiskriminasi perempuan. []

Tags: BarangFilmjumatKliwonmalamobjekperempuanseksualSuzzana
Tuti Mutiah Alawiah

Tuti Mutiah Alawiah

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version