Mubadalah.id – Bencana belum berhenti menghantam negeri kita. Belum usai polusi udara yang mencecar ibukota Jakarta, kebakaran di kawasan Gunung Bromo kembali membuat negeri ini berduka. Yups, nyala api di kawasan Gunung Bromo dipicu oleh ulah tangan kotor manusia.
Rupa manusia tersebut adalah pasangan calon pengantin, mempelai pria dan wanita. Aktivitas prewedding yang mereka lakukan bersama dengan Wedding Organizer (WO) menggunakan flare, menyebabkan kebakaran lahan di Gunung Bromo. Ketika sesi pemotretan, ternyata percikan flare itu terjatuh dan menyambar rumput kering, hingga memicu kebakaran di kawasan Bromo.
Kebakaran di kawasan Gunung Bromo bukan hal sepele. Dampak nyala api di Bromo sangat luas. Setidaknya 500 hektare (ha) lahan dan hutan di kawasan Gunung Bromo terdampak kebakaran, menurut kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS), Hendro Wijarnako.
Kebakaran hutan akibat tingkah laku manusia sesungguhnya bukanlah barang baru. Di Indonesia hal ini sering terjadi. Sepanjang Januari – Desember 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia tercatat sebesar 204.894 hektare (ha).
Sementara, melansir Mediaindonesia, Kepala Pusat Data Informasi dan Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menekankan, karhutla yang terjadi di banyak wilayah saat ini 99,99%-nya merupakan ulah manusia.
Beberapa aktivitas yang dapat menyebabkan karhutla, menurut Muhari, di antaranya pembakaran sampah yang tidak terkontrol, pembersihan lahan, ataupun kelalaian seperti membuang puntung rokok, menggunakan pemantik api untuk berfoto hingga meninggalkan bekas api saat memasak di gunung.
Kerusakan Lingkungan Akibat Ulah Manusia
Apa yang terjadi di kawasan gunung Bromo sebenarnya sudah diprediksi dalam Al-Qur’an, kitab suci umat Islam. Dalam surat Ar Rum ayat 41 menyebutkan kerusakan lingkungan yang terjadi di darat atau laut penyebabnya adalah ulah manusia.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar Rum: 41)
Dari kejadian kebakaran di kawasan Gunung Bromo ini, bisa kita lihat bahwa manusia yang lalai dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Dalam hal ini, ada dua orang calon pengantin, menyalakan flare di musim kemarau, di tengah cuaca panas dekat rerumputan kering. Itu semua mereka lakukan demi kepentingan pribadinya. Yakni agar foto prewedding mendapatkan hasil yang bagus.
Mereka hanya memikirkan bagaimana supaya foto prewedding tersebut hasilnya aduhai. Mereka tidak memikirkan dampak dari penyalaan suar atau flare yang mereka pakai saat foto prewedding di kawasan Gunung Bromo.
Selain itu, mereka juga lupa bahwa ada bahaya yang mengancam ketika tidak berhati-hati dalam bermain api. Bermain korek api di dalam rumah pun bisa sangat membahayakan, apalagi menyalakan flare di tengah-tengah lahan yang kering, yang potensi terjadinya kebakaran tentu sangat besar jika tidak berhati-hati.
Apalagi mereka kabarnya hanya membawa beberapa botol air, tentu ini sangat tidak safety. Mereka tidak terlalu bersungguh-sungguh untuk memadamkan api.
Kerusakan Lingkungan
Dua orang calon pengantin tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak pelaku perusakan lingkungan. Padahal manusia dan alam hidup berdampingan, keduanya saling membutuhkan, saling memberi, sehingga tidak sepantasnya bagi manusia melakukan perusakan lingkungan.
Dalam kehidupan yang fana ini, kasus kerusakan lingkungan tidak hanya soal kebakaran lahan dan hutan. Bencana ekologi yang marak terjadi, seperti banjir, dan tanah longsor, juga disebabkan oleh aktivitas manusia yang merusak dan mengeksploitasi alam. Seperti pembuangan sampah di aliran sungai, penebangan pohon secara liar, hingga alih fungsi lahan pertanian untuk dijadikan gedung-gedung megah pencakar langit.
Itu semua adalah kerusakan lingkungan akibat perbuatan tangan manusia, seperti penjelasan dalam surat Ar-rum ayat 41. Tentu, akibat dari perbuatan tangan manusia yang kotor itu, dampaknya dirasakan tidak hanya oleh manusia itu sendiri, tapi makhluk lain juga terkena imbasnya.
Kerugian Ekonomi Akibat Kerusakan Lingkungan
Bagi manusia, pengaruh buruk nyala api di Bromo tentu sangat beragam. Baik di bidang sosial, budaya, ekologi, hingga ekonomi. Dampak ekonomi, misalnya. Akibat ditutupnya taman wisata Bromo untuk sementara waktu adalah berkurangnya pendapatan bagi daerah. Selain itu, pelaku usaha lokal seperti penyedia penginapan, restoran, penyedia jasa tur, juga kehilangan pemasukan selama berhari-hari.
Padahal mereka membutuhkan “kertas bergambar Soekarno-Hatta” untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Pelaku usaha yang punya anak, misalnya, mereka butuh uang untuk menyekolahkan putra putrinya, memberi uang jajan, membelikan buku dan lain-lain.
Kemudian, para suami yang bekerja di taman wisata Bromo, sebagai penyedia jasa tur, misalnya, terpaksa gigit jari selama berhari-hari. Jika tidak punya pekerjaan sampingan, mereka tak punya pendapatan akibat ditutupnya obyek wisata ini. Padahal para tulang punggung keluarga ini membutuhkan uang untuk ia berikan pada keluarganya. Akan tetapi, karena polah satu dua orang, pendapatan mereka menjadi berkurang, bahkan tidak ada. Di hari tersebut, mereka terpaksa merenungi nasib.
Begitu pula ketika bencana banjir melanda suatu daerah. Efek dominonya sangat dirasakan oleh para pelaku UMKM, pedagang kecil, warung-warung warga, dan lain sebagainya. Banjir menyebabkan aktivitas ekonomi terhambat.
Warga yang biasanya berjualan terpaksa tidak menjajakan barang-barangnya karena jalan-jalan tergenang banjir. Masyarakat yang mau berangkat kerja terhambat karena kedalaman air banjir yang tinggi. Atau petani tambak yang memiliki banyak ikan juga terpaksa merugi akibat ikan-ikannya pada lepas akibat banjir besar, dan lain-lain.
Belajar Menghormati Alam
Beberapa hal tersebut adalah dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan. Kasus kebakaran di kawasan Gunung Bromo semestinya menjadikan manusia untuk lebih awas lagi. Lebih berhati-hati lagi dalam bertingkah laku, khususnya ketika di ruang terbuka. Semoga tidak ada lagi kebakaran lahan dan hutan yang menyebabkan kerugian bagi banyak orang.
Sebagai sesama makhluk yang tinggal di planet bumi, semestinya kita saling memberikan dukungan. Belajar lah untuk lebih menghormati alam. Manusia yang tidak bersalah, akan terkena dampak negatifnya jika ada manusia yang serakah mengeksploitasi alam, demi keuntungan pribadinya atau demi memberi asupan para investor.
Sudah seharusnya antar sesama manusia saling merangkul, dan saling memberdayakan. Membangun proyek industri jika berakibat buruk bagi lingkungan masyarakat, dan menimbulkan kekerasan antar warga dan aparat, maka ya tidak baik juga. Kemaslahatan bersama itu tidak tercapai. Hanya kalangan elit yang merasakan imbas positifnya, sementara rakyat kecil, tidak. []