Mubadalah.id – Berikut ini penjelasan tentang tidak menikahi suami kasar, hadis ke-26 dari buku 60 Hadis Hak-Hak Perempuan dalam Islam yang penulis tulis. Hadis tersebut diriwayatkan Imam Muslim dalam Sahihnya (no. Hadis: 3785 dan 3786), Imam Tirmidzi dalam Sunannya (no. Hadis: 1164), dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 27961). Berikut hadisnya yang diriwayatkan oleh Fathimah binti Qays Ra.,
عن فَاطِمَةَ بِنْت قَيْسٍ رضي الله عنها قالت: خَطَبَنِى خُطَّابٌ مِنْهُمْ مُعَاوِيَةُ وَأَبُو الْجَهْمِ. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ مُعَاوِيَةَ تَرِبٌ خَفِيفُ الْحَالِ وَأَبُو الْجَهْمِ مِنْهُ شِدَّةٌ عَلَى النِّسَاءِ – أَوْ يَضْرِبُ النِّسَاءَ أَوْ نَحْوَ هَذَا – وَلَكِنْ عَلَيْكِ بِأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ». رواه مسلم في صحيحه، رقم الحديث: 3786، كتاب الطلاق، باب المطلقة ثلاثا لا نفقة لها.
Dari Fathimah bint Qays ra. Ketika beberapa orang melamarku, di antara mereka adala Mu’awiyah dan Abu Jahm. Nabi Saw memberi saran: “Kalau Mu’awiyah itu tidak memiliki harta sama sekali, sementara Abu Jahm sangat keras terhadap perempuan –suka memukul-, pilihlah Usamah bin Zayd.” (Sahih Muslim, no. Hadis: 3785).
Jika hadis Abdullah bin Zam’ah ra di atas adalah sindiran keras kepada suami tukang pukul, maka hadis Fathimah ra ini adalah anjuran tegas dan jelas dari Nabi Saw kepada para perempuann untuk tidak memilih lelaki tukang pukul.
Ini semua ditegaskan, karena dalam sebuah pasangan, jika salah satunya berani melakukan pemukulan, apalagi membiasakannya, maka jelas sudah tidak mungkin lagi ada penghormatan dan kasih sayang salah satu kepada yang lain.
Seseorang yang menghormati pasangannya, tidak mungkin memukulnya. Maka jika menikahi suami kasar, maka istri kasar juga seyogyanya untuk tidak dinikahi. Apalagi jika ia benar-benar mencintai dan menyayanginya. Seseorang yang berani memukul orang lain, dipastikan ia sudah merendahkannya terlebih dahulu.
Pernikahan, sebagaimana digariskan berbagai ayat al-Qur’an, adalah untuk menumbuhkan kasih sayang dan mewujudkan ketenangan dalam keluarga (QS. 30: 21), terutama antara suami dan istri. Karena itu, al-Qur’an mengibaratkan suami sebagai pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami (QS. 2: 187).
Prinsip-prinsip al-Qur’an ini meniscayakan setiap untuk menjauhi segala tindak kekerasan kepada pasangannya dan ia harus berkomitmen untuk mendatangkan hanya kebaikan dan keindahan semata. Semua ini ditegaskan karena Islam adalah agama kasih sayang dan kebaikan.
Islam adalah agama yang menganjurkan para pengikutnya mendahulukan segala hal yang bisa mendatangkan kemaslahatan, kebahagiaan, dan keadilan. Pemukulan dan segala bentuk kekerasan, jika seorang istri tidak boleh melakukan hal itu kepada suaminya, maka begitupun suami, haram suami kasar kepada sang istri.
Perempuan adalah manusia sebagaimana laki-laki. Sakit jika dipukul dan terhina jika direndahkan. Sebaliknya, ia akan bahagia jika dihormati, senang jika dicintai, dan bangga jika dimuliakan. Pelaku kebaikan mendapat pahala dan pelaku keburukan memperoleh dosa. Siapapun pelakunya.