Mubadalah.id – Pada 1915 M, Teungku Fakinah bersama suaminya berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan haji. Selesai haji, mereka berdua tetap berada di Makkah.
Di sini, mereka mengaji kepada para ulama besar Makkah dan Madinah. Akan tetapi, pada 1918 M, Tengku Ibrahim yang merupakan suami Teungku Fakinah meninggal dunia di Makkah.
Selama di Makkah, Teungku Fakinah banyak bertemu dengan para pemimpin Islam dari Mesir, Afrika Utara, dan negara-negara lainnya. (Baca juga: Fatimah binti Abbas Al-Baghdadiyah Mendirikan Pondok Pesantren di Kairo)
Dari pertemuannya dengan para tokoh-tokoh tersebut, ia mempunyai pandangan bahwasanya melawan sebuah penjajahan tidak cukup dengan senjata, tetapi juga harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan.
Teungku Fakinah akhirnya kembali ke Aceh dan memimpin pesantren, mengajar ilmu agama kepada masyarakat, dan berjuang untuk kemerdekaan negara.
Namanya dikenal sebagai ulama besar perempuan dengan keilmuan yang luas dan mendalam, sekaligus seorang pahlawan. (Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Teungku Fakinah)
Teungku Fakinah wafat pada 8 Ramadhan 1359 H/1938 M. Ia menghembuskan napas yang terakhir di kediamannya, di kampung Beuha Mukim Lam Krak, dalam usia 82 tahun.
Wafatnya Teungku Fakinah menjadi duka cita yang sangat mendalam, khususnya bagi masyarakat Mukim Lam Krak, VII Mukim Baet, seluruh murid-muridnya, dan simpatisan seluruh Aceh Besar, bahkan daerah Aceh Timur, Aceh Barat, dan Pidie. Jenazahnya ribuan orang antar dengan penuh suka cita. []