• Login
  • Register
Senin, 26 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Ma’na Cum Maghza Teori Hermeneutika Al-Qur’an Madzhab Yogya

Prof. Sahiron memberikan kemudahan para penafsir dengan adanya langkah-langkah dalam menggunakan teori pendekatan Ma'na Cum Maghza

Afifah Afifah
09/02/2024
in Figur
0
Ma'na Cum Maghza

Ma'na Cum Maghza

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Teman-teman calon Mufassir tentunya sering mendengar kalimat “Ma’na Cum Maghza” yang selalu bersliweran pada mata kuliah prodi IAT. Ma’na Cum Maghza merupakan sebuah teori hermeneutika al-Qur’an karangan Prof. Sahiron Syamsuddin. Terdiri dari makna (ma’na) suatu teks al-Quran yang dipahami oleh pendengar pertama dan dikembangkan menjadi signifikansi (maghza) untuk situasi kontemporer.

Beliau juga mempunyai karya-karya dalam bidang Ulumul Qur’an lainnya. Salah satunya adalah buku “Hermeneutika Al-Qur’an Madzhab Yogya”. Memaparkan bagaimana ketika Al- Qur’an, sebuah kitab suci berbahasa Arab yang turun 14 abad silam di Jazirah Arab. “Berdialog” dengan kaum intelektual muslim kontemporer di Yogyakarta, sebuah “dialog” yang seru dan eksotis.

Selain itu, kenapa buku tersebut Bernama “Madzhab Yogya”, karena para penulis dan sasaran penelitiannya merupakan orang-orang asal Yogyakarta. Sesuai dengan perkataan Prof. Sahiron dalam buku “Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an”. Sesuatu bisa dikatakan aliran/madzhab ketika pemikiran seseorang mendapatkan perhatian dan penerimaan dari pihak lain.

Biografi Singkat Prof Sahiron Syamsuddin

Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin M.A. lahir di Cirebon, 5 Juni 1968. Beliau merupakan Plt. Rektor UIN Sunan Kalijaga tahun 2020. Beliau menempuh pendidikan S1 di UIN Sunan Kalijaga, S2 di McGill Kanada, dan S3 di Otto-Friedrigh University of Bamberg Germany.

Atas ketekunan dan perjalanan pendidikannya, beliau berhasil menguasai 4 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Jerman. Hasil dari kefasihan dalam berbagai bahasa ini, Prof. Sahiron sering menjadi narasumber pada seminar-seminar internasional.

Baca Juga:

Soft Spoken: Menanamkan Nilai Tata Krama pada Anak Sedari Kecil

Inilah Potret Mufassir Al-Qur’an Yang Inklusif Terhadap Difabel

Mempertegas Diksi Perempuan untuk Menjelaskan Ketimpangan Gender itu Nyata

Hikmah Di Balik Kisah Ashabul Kahfi Menurut Quraish Shihab

Saat ini beliau menjadi pimpinan dan pendiri pondok pesantren Baitul Hikmah. Tidak hanya itu saja, beliau banyak menjabat dalam posisi-posisi penting. Sebagai wakil rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ketua Asosiasi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (AIAT) se-Indonesia, pernah menjadi Steering Committee di Netherlands-Indonesian Consortium.

Kiprah Beliau dalam Mengembangkan Keilmuan Tafsir Al-Qur’an

Prof. Sahiron merupakan intelektual muslim yang produktif dalam mengolah pemikirannya dalam tulisan sebagai bentuk kekhawatirannya pada akademik dan respon terhadap fenomena yang berkembang saat ini.

Beberapa karyanya yang terkait dengan ilmu heurmeneutika dan ulumul qur’an. Antara lain, Pengembangan Ulumul Qur’an, Upaya integerasi heurmenetika dalam kajian Al-Quran dan Hadist:Teori dan aplikasi, Intergrasi Hermeneutika Hans George Gadaarmer ke dalam Ilmu Tafsir.

Sebuah pengembangan Metode pembacaan Al-Quran pada masa kontemporer, Hermeneutika Al-Quran dan Hadis, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya pada artikel ini.

Langkah Penafsiran dengan Pendekatan Ma’na Cum Maghza

Prof. Sahiron memberikan kemudahan untuk para penafsir dengan adanya langkah-langkah dalam menggunakan teori pendekatan Ma’na Cum Maghza. Point dasar pada langkah-langkah ini, pertama seorang penafsir menganalisa bahasa teks al-Quran. Seorang penafsir harus jeli bahwa bahasa dalam teks al-Quran adalah bahasa Arab abad ke-7 M, yang mempunyai karakter tersendiri baik dari segi kosa kata maupun struktur tata bahasanya.

Kedua, penafsir memperhatikan konteks historis pewahyuan ayat-ayat al-Quran baik yang bersifat mikro ataupun yang bersifat makro. Konteks historis makro adalah konteks yang mencakup situasi dan kondisi bangsa Arab pada masa pewahyuan al-Quran.

Sedangkan konteks mikro adalah konteks yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat dengan nama lain asbaab al-nuzul. Ketiga, penafsir mencoba menggali maqshad atau maghza ayat yang mereka tafsirkan.

Hal ini dapat kita ketahui bahwa dengan memperhatikan konteks historis dan ekspresi bahasa al-Quran. Simbol-simbol yang ada di keduanya harus dipahami secara baik. Selanjutnya, penafsir mencoba mengkontekstualisasikan maghza al-ayat untuk konteks kekinian. []

 

Tags: BahasaMa'na Cum MaghzaMufassirtafsir al-quranTokoh Hermeneutika
Afifah

Afifah

Perempuan yang belajar mengarungi dunia kepenulisan

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan Anak

    Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membangun Keluarga Sakinah: Telaah Buku Saku Keluarga Berkah
  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version