• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Sesama Muslim Dilarang untuk Saling Menyakiti

Dia mengucapkan kalimat Tauhid itu karena takut di bunuh. Meskipun demikian, Rasulullah Saw memerintahkan agar kita tidak menyakiti atau membunuhnya.

Redaksi Redaksi
12/03/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Menyakiti

Menyakiti

514
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kejadian itu jelas sekali memberikan pengetahuan kepada kita bahwa dia, laki-laki tadi, adalah orang kafir dalam hatinya (munafik). Dia mengucapkan kalimat Tauhid itu karena takut di bunuh. Meskipun demikian, Rasulullah Saw memerintahkan agar kita tidak menyakiti atau membunuhnya.

Mubadalah.id – Disebutkan dalam Hadis Sahih begini: Usamah bin Zaid, seorang sahabat Nabi, berkata, “Nabi Saw menugaskan kami mendatangi komunitas Juhainah. Aku lalu mendatangi seseorang dari mereka, kemudian aku hunuskan pedang.”

Orang tadi kemudian mengucapkan, “La Ilaha Ilallah. Meski dia mengucapkan kalimat tersebut aku tak peduli. Aku ayunkan pedang itu ke tubuhnya dan dia mati. Sesudah itu aku segera menemui Nabi dan menceritakan peristiwa tersebut.”

Nabi mengatakan, “Apakah kamu telah membunuh dia, padahal dia sudah bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah?.” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, Dia mengucapkannya hanya untuk melindungi diri.” Nabi mengatakan, “Apakah kamu sudah membelah hatinya?” (HR Muttafaq ‘alaih).

Dalam sebuah penjelasan atas Hadis ini disebutkan bahwa laki-laki yang di bunuh Usamah itu adalah orang yang dulu pernah membunuh muslim lain. Ketika Usamah menghunuskan pedangnya, dia tiba-tiba mengucapkan, La Ilaha Illallah.

Baca Juga:

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Gender dalam Masyarakat Muslim: Isu Kontroversial

Kebahagiaan Bagi Orang yang Berpuasa

Tidak Menyakiti dan Membunuhnya

Kejadian itu jelas sekali memberikan pengetahuan kepada kita bahwa dia, laki-laki tadi, adalah orang kafir dalam hatinya (munafik). Dia mengucapkan kalimat Tauhid itu karena takut di bunuh. Meskipun demikian, Rasulullah Saw memerintahkan agar kita tidak menyakiti atau membunuhnya.

Bahkan meski di kemudian hari mungkin kita sendiri terganggu akan tindakan-tindakan mereka. Ini bukti paling agung bahwa kata La Ilaha Illailah telah mengharamkan kita, darah orang yang mengucapkannya, meskipun taruhlah kita yakin bahwa dia berbohong.

Dalam kitab Hadis Syarh Misykat al-Mashabih, dikatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa Usamah menganggap dirinya melakukan sesuatu yang dibenarkan menurut pemahamannya, tetapi Nabi melarangnya. Karena tidak ada alasan dia (untuk membunuhnya). Yakni dia tidak mengetahui isi hati orang yang dibunuh tadi.

Hal ini juga berarti sebuah pelajaran bahwa yang bisa diperintahkan kepada kita untuk menghukumi orang adalah perbuatan lahir dan pernyataan verbalnya. Sementara isi hati hanya Tuhan yang Mengetahui.

Imam Nawawi mengatakan, “Tidak ada jalan bagi kalian untuk mengetahui apa yang ada di dalam hati orang.” Nawawi kemudian melanjutkan, “Anda tidak punya kemampuan mengetahui hal ini. Maka anda hanya bisa menghukumi berdasarkan ucapannya dan jangan mencari-cari yang lain.”

Ini kemudian menjadi dasar bagi kaedah fiqh yang terkenal, ”Manusia menghukumi orang hanya berdasarkan atas fakta lahir. Hanya Allah semata yang mengetahui hal-hal yang tak kasat mata.”

Hal yang sama juga terjadi pada peristiwa yang lain. Suatu hari Umar bin Khatthab dan Khalid bin Walid melihat orang yang menentang keputusan Nabi yang sesungguhnya sudah adil. Mereka marah.

Umar mengatakan, “Biarkan kami menampar orang ini, wahai Rasulullah”. Nabi menjawab, “Jangan, siapa tahu dia masih shalat.” Khalid menguatkan Umar dengan mengatakan, “Berapa banyak orang yang mengaku shalat, Tetapi hatinya justru menentang.”

Nabi Saw mengatakan, “Aku tidak diperintahkan untuk mengamat-amati hati orang dan tidak juga disuruh membelah dada mereka. Ini merupakan kata-kata paling jelas untuk mengambil kesimpulan hukum berdasarkan fakta. []

Tags: dilarangMembunuhMenyakitimuslimSesama
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID