Mubadalah.id – WARAS Berkebun memiliki kepanjangan dari kata ‘WARAS’ (Sehat Jiwa dan Fisik Selaras) dengan cara ‘Berkebun’. Inisiatif WARAS Berkebun berdiri sejak September, 2022 hingga sekarang. Sejarah berdirinya WARAS Berkebun bermula dari perjalanan hidup saya sebagai penyintas depresi.
Saya sering merasa sedih, lebih suka mengurung diri di kamar, susah untuk beranjak dari tempat tidur. Lalu saya memutus komunikasi dengan teman-teman, kehilangan hobi dan minat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Bahkan rasanya ingin menghilang dari dunia. Saya sering bertanya ke diri sendiri tentang apa yang saya rasakan,
“Kenapa saya sering merasa tidak bergairah untuk hidup? Apa aku depresi?’’
Daripada saya mendiagnosis diri sendiri yang nantinya dapat membahayakan diri saya, maka saya konsultasi ke psikolog dan psikiater. Hasil pemeriksaan psikolog dan psikiater yang saya baca di selembar kertas tertera diagnosis severe depression (depresi tingkat berat).
Saya baca tentang depresi di buku psikologi dengan penulis Carol Wade dan dijelaskan dalam buku tersebut bahwa depresi merupakan gangguan seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kita lalu kehilangan minat, terganggunya fungsi untuk bersosialisasi, dan adanya gangguan suasana hati atau perasaan.
Anjuran Membuat Taman di Rumah
Intervensi dari psikolog untuk pemulihan depresi saya yaitu dengan cara beliau bertanya ke saya tentang aktivitas atau hobi yang saya suka lakukan di rumah. Sebelum didiagnosis depresi oleh psikolog dan psikiater, saya memang suka dengan tanaman dan berkebun namun belum secara intens.
Karena saya suka tanaman, maka psikolog menganjurkan saya untuk membuat taman di rumah. Psikolog menjelaskan bahwa taman yang saya desain akan menjadi ruang aman dan nyaman di rumah, karena ini sebagai langkah awal untuk memulai membawa diri saya merasa aman berada di dunia.
Psikolog saya berkata,
“Kalau kamu sudah merasa bosan, stres, dan tidak nyaman di rumah, kamu bisa pergi ke tamanmu. Anggap taman itu sebagai bagian dari dirimu, agar kamu juga tidak merasa kesepian.”
Sementara intervensi dari psikiater saya yaitu dengan pemberian obat antidepresan dan menyarankan perbanyak aktivitas fisik di rumah. Saya menjadikan berkebun sebagai sarana olahraga.
Psikolog dan psikiater saya juga merekomendasikan agar saya mengikuti terapi perilaku di rehabilitasi psikososial. Saya mengikuti terapi perilaku pada vokasi pertanian. Saya belajar teknis berkebun sederhana dengan instruktur saya.
Mulai Menanam Tanaman Hias
Saya memulai berkebun di rumah dengan menanam tanaman hias hingga sekarang berkembang menjadi tanaman yang bisa saya konsumsi bersama keluarga. Beberapa tanaman yang dapat saya konsumsi bersama keluarga di antaranya cabai rawait, cabai panjang, bayam merah, bayam hijau, kemangi, daun mint, daun ketela, kangkung, daun cakra-cikri, daun bidara, jambu air, jambu biji, mangga, dan lidah buaya.
Saya memanfaatkan ampas kopi dan teh dari sisa konsumsi keluarga kami sebagai pupuk serta rendaman kunir dan rebusan cabai sebagai pestisida alami. Saya berkomitmen pada diri sendiri untuk berkebun minimal 30 menit/hari.
Suatu waktu, saya pernah overthinking di pagi hari selama dua minggu dan rasanya saya terjebak dalam pikiran sendiri yang belum tentu terjadi. Saya terpikir untuk keluar rumah dan mulai memasukkan tanah ke polybag yang berlangsung selama 2 jam.
Pikir saya: “Mulai aja dulu.”
Dari yang awalnya fokus dan terganggu oleh pikiran-pikiran negatif yang saya ciptakan sendiri akhirnya saya jadi fokus ke tanaman dan overthinking perlahan hilang. Lalu saya klarifikasi ke psikiater saya, dengan bertanya ke beliau
“Dok, kemarin saya overthiniking kurang lebih dua minggu, dan mengatasinya dengan berkebun, overthinking-nya berkurang.”
Psikiater membenarkan langkah yang saya ambil untuk mengurangi overthinking dengan berkebun.
Pemulihan Depresi
Alhamdulillah perjalanan pemulihan depresi dari awal tahun 2020 hingga sekarang perlahan membaik. Psikiater saya secara bertahap menurunkan dosis dua jenis obat yang saya minum. Obat pertama yakni obat antidepresan yang dari Januari 2020 – Juli 2023 saya konsumsi menjadi tidak minum obat sejak Agustus 2023 hingga sekarang.
Obat kedua sebagai anti cemas yang awal dosisnya 650 mg/hari sekarang menjadi 50mg/dua hari. Dari yang tadinya saya tidak minat beraktivitas, kurangnya harapan untuk hidup hingga sekarang menjadi ketagihan berkebun, dan rasanya jika tidak berkebun sehari saja ada yang hilang dari hidup saya.
Bagi penyintas depresi seperti saya, mampu untuk beraktivitas dan berfungsi sehari-hari, kembalinya minat untuk berada di dunia saja sudah suatu perkembangan yang baik.
Tentunya berkat pertolongan Allah melalui perantara ibu saya yang selalu support untuk berobat ke psikiater dan psikolog, memberi saya dana untuk beli perlengkapan perkebunan, adik saya yang membantu saya berkebun, instruktur pertanian, teman-teman penyintas di rehabilitasi psikososial, dan orang-orang yang tidak bisa saya sebut satu-per satu.
Berbagi Kisah Waras Berkebun
Dan, yang paling penting adalah selalu ucapkan terima kasih ke diri sendiri karena tidak pernah lelah, selalu ingin belajar, dan menghargai apapun yang sudah dicapai meski hanya pencapaian kecil.
Tidak ada yang pernah sangka atas riwayat depresi berat yang saya alami bisa membuka jalan saya menjadi salah satu dari 29 finalis di Festival Gaharu Bumi Innovation Challenge yang Ashoka Indonesia selenggarakan atas dukungan Kementerian Dalam Negeri dan Ford Foundation.
Di festival tersebut saya membagikan kisah WARAS Berkebun sebagai terapi dan bentuk pemulihan dari depresi. Harapannya, setelah audiens mendengar kisah saya, mereka menjadi merasa tidak sendiri apabila ada memiliki kesamaan latar belakang, dan menjadi lebih aware dengan kesehatan jiwa diri sendiri dengan tidak malu untuk berobat ke psikiater dan psikolog.
Oleh karena itu, saya bermimpi WARAS Berkebun nantinya dapat menjadi wadah bagi penyintas gangguan kesehatan mental agar bisa hidup berdaya, positif, dan memandang dunia dengan mentadabburi ciptaan-NYA melalui aktivitas berkebun. []