Mubadalah.id – Kondisi anak setelah lahir sangat bergantung pada mutu gizi yang dikonsumsi ibunya sewaktu mengandung. Angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah satunya disebabkan karena kurang gizi sewaktu dalam kandungan. Risiko terburuk akibat gizi yang tidak cukup bagi ibu hamil adalah kematian ibu dan bayinya.
Beberapa penyebab BBLR yang berasal dari luar adalah pernikahan usia muda (pernikahan anak) yang biasa kita sebut fase “menarche”.
Pada usia muda, risiko melahirkan BBLR bisa dua kali lipat karena terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibu hamil yang justru masih dalam pertumbuhan. Jika ibu hamil dalam kondisi kesehatan yang baik dan sistem reproduksi yang normal, ia akan melahirkan bayi yang sehat.
Kekurangan gizi pada waktu hamil bukan saja menyebabkan BBLR, seperti yang dijelaskan tadi, tetapi juga dapat mengakibatkan Kekurangan Energi dan Protein (KEP).
Jika kekurangan gizi tersebut berlangsung lama dan berkelanjutan, akan mengakibatkan malnutrisi akut, kerusakan struktur pertumbuhan otak (hyperplasia), yang terjadi selama dalam kandungan karena masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf sejak tahap 3 bulan terakhir kehamilan hingga 2 tahun setelah lahir.
Kekurangan gizi pada masa dini memengaruhi perkembangan otak. Bahkan dapat menghentikan sintesis protein dan DNA yang akan berdampak pada fungsi otak dan intelektualitas anak di kehidupan mendatang. Beberapa risiko dari kekurangan gizi pada masa kehamilan, antara lain:
Lima Risiko
Pertama, anemia gizi, yaitu kekurangan zat-zat asam folat, fed, dan vitamin B 12. Kekurangan zat ini akan berakibat kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, abruptio plasenta, dan kematian ibu.
Kedua, defisiensi yodium, yaitu kekurangan yodium mengakibatkan kretin endemik, abortus, lahir mati, bayi lahir lemah, dan masa hamil yang lama.
Ketiga, defisiensi seng (Zn), yaitu kekurangan seng yang dapat menghambat pertumbuhan janin, dapat mengakibatkan masa kehamilan lama, dampaknya akan terlihat pada masa pertumbuhan anak.
Keempat, defisiensi vitamin A, yang bisa mengakibatkan meningkatnya prevalensi prematuritas (kelahiran prematur) dan retardasi janin.
Kelima, defisiensi thiamin yang dapat mengakibatkan beri-beri congenital. Defisiensi kalsium yang bisa mengakibatkan kelainan struktur tulang pada bayi.