Mubadalah.id – Ibu (perempuan) yang sedang hamil pertama sekurang-kurangnya pada umur 21 tahun. Sebelum usia tersebut, alat reproduksi perempuan belum sepenuhnya matang, karena hormon yang diperlukan untuk reproduksi belum mencapai tingkat optimal.
Menginjak usia 29 tahun kegiatan hormonal alat reproduksi perempuan mulai menurun. Sebagaimana sudah dijelaskan tadi, jika perempuan menikah pada usia dini, artinya sebelum organ reproduksinya matang, berisiko mengakibatkan BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.
Begitu juga kehamilan pada usia yang terlalu tua, membawa kehamilannya berisiko, baik pada ibu maupun janinnya.
Banyak perempuan mengaku ketika hamil seperti menjadi orang lain, bukan hidupnya. Dalam arti bagaimana fisiknya terlihat, perasaannya pun terasa berbeda.
Para ahli medis menyebutkan bahwa hal ini terjadi karena hadirnya bayi yang terus berkembang di rahim perempuan memiliki tahap-tahap berbeda setiap waktunya.
Karena itu, dukungan dan semangat pada masa kehamilan menjadi salah satu faktor penting pada kebahagiaan psikologis ibu hamil.
Empat Perubahan
Ada empat perubahan besar yang dialami oleh seorang ibu pada masa kehamilan:
Pertama, sensitivitas atau kepekaan ibu, karena peringkatan hormon yang biasanya terkontrol oleh siklus menstruasi, sekarang meningkat pesat karena pembuahan pada sel telur. Hormon ini biasa kita sebut sebagai hormon progesterone yang terproduksi oleh sel telur (ovum), kurang lebih beberapa minggu setelah pembuahan.
Hormon lain yang ia hasilkan dan memengaruhi perkembangan janin adalah oestrogen, HPL, prolactin, dan oxytocin. Semua hormon tersebut memengaruhi presentasi perubahan. Perubahan ini memicu perubahan emosi, selera, rasa, dan aktivitas si ibu. Perubahan itu bersifat alamiah karena perubahan peningkatan hormon dalam tubuh ibu hamil.
Kedua, perubahan berat badan yang terlihat jelas dalam bentuk badan ibu. Kenaikan Berat Badan (BB) ibu hamil biasanya sekitar 10-12,5 kg, yaitu bertambah 1 kg pada 3 bulan (trimester) pertama, 3 kg pada trimester kedua, dan 6 kg pada trimester ketiga.’
Ketiga, perkembangan janin yang bergantung pada plasenta ibu sebagai penyedia makanan bagi bayi dalam kandungan. Peranan plasenta sangat besar, selain mentransfer zat-zat makanan pada janin, fungsinya juga menyeleksi zat-zat makanan yang masuk sebelum mencapai janin.
Suplai zat-zat makanan bergantung dari jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta. Akan tetapi, zat-zat makanan tidak langsung dari darah ibu ke janin, melainkan dari darah ibu ke sisi-sisi plasenta tempat protein, enzim, asam nukleat disintesis. Proses transfer plasenta pada janin sangat memengaruhi ketahanan kekebalan ibu.
Keempat, perkembangan rahim. Seiring dengan perkembangan bayi dari waktu ke waktu, suplai gizi dan nutrisi terus ia butuhkan hingga ibu melahirkan. Peningkatan pertumbuhan bayi akan memberikan pengaruh pada seluruh anggota tubuh.
Menjelang tiga bulan akhir kehamilan, kondisi janin mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pada masa ini, ruang gerak ibu dibatasi oleh besarnya janin dalam kandungan, sehingga aktivitas yang dilakukan disesuaikan dengan kenyamanan ibu dan janin. []