Mubadalah.id – Di Indonesia, Hari Ibu diperingati setiap 22 Desember. Tanggal tersebut disepakati sebagai salah satu hari nasional yang diadopsi dari hari pertama dilaksanakannya Kongres Perempuan I di Yogyakarta. Peringatan ini seringkali menjadi perayaan sebagai bentuk rasa syukur dan cinta atas peran Ibu dalam keluarga.
Namun, makna peringatan ini dalam keluarga sebenarnya jauh lebih kompleks dan mendalam daripada sekedar memberi bunga atau ucapan. Justru, peringatan ini harus kita pahami sebagai upaya untuk menyusun ulang makna penghargaaan terhadap perempuan, terutama dalam hal kesalingan dan kesetaraan.
Mengapa kita perlu menyusun ulang makna Hari Ibu? Karena peringatan ini bukan hanya tentang merayakan peran ibu dalam keluarga, tetapi juga tentang mengakui peran perempuan di masyarakat, menghargai kontribusi para Ibu dalam berbagai sektor kehidupan, dan mengedapankan kesalingan dalam hubungan keluarga, serta antara perempuan dan masyarakat.
Penghargaan terhadap Perempuan: Lebih dari Sekadar Peran Ibu
Pada beberapa kultur, peringatan ini seringkali menjadi perayaan atas peran mereka sebagai pengasuh dan pendidik utama dalam keluarga. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa peran tersebut sangat penting, kita perlu memfokuskan bahwa penghargaan perempuan dalam makna hari Ibu tidak hanya sebatas pada peran domestik saja. Perempuan baik sebagai Ibu, anak, ataupun individu memiliki peran penting dalam masyarakat yang lebih luas.
Peringatan Hari Ibu akan memiliki makna yang lebih luas apabila momen ini menjadi kesempatan untuk menghargai peran perempuan dalam segala bentuk kapasitas. Ketika dunia mulai mengakui pentingnya kesetaraan gender, maka penghargaan perempuan juga perlu mencakup keberhasilan dalam berbagai bidang.
Menghargai perempuan tidak hanya berarti merayakan peran mereka sebagai Ibu saja, namun juga sebagai individu yang memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan dan pemberdayaan dalam setiap aspek kehidupan.
Kesalingan dalam Relasi Ibu dan Anak
Kesalingan (Mubadalah) menjadi konsep yang sangat penting dalam relasi ibu dan anak dalam keluarga. Biasanya, perannya dalam keluarga hanya menjadi sebagai pemberi, pengasuh, dan pendidik. Tetapi, dalam hubungan yang sehat dan setara, mereka juga seharusnya mendapatkan dukungan, penghargaan, dan kasih sayang dari anak-anaknya. Peringatan ini dapat menjadi kesempatan untuk merefleksikan pentingnya hubungan yang saling mendukung.
Selain itu, prinsip kesalingan antara Ibu dan anak bukan hanya sebatas memberi dan menerima kasih sayang. Namun, juga tentang menciptakan ruang dimana perannya dihargai, suara perempuan didengarkan, dan kebutuhannya sebagai individu juga mendapatkan perhatian. Hal ini mencakup bagaimana Ibu mendapatkan waktu istirahat, dukungan emosional, dan kesempatan untuk berkembang di luar peran tradisional (Ibu sebagai pengasuh).
Sering kita lihat, dalam beberapa kultur masyarakat, mereka seringkali harus mengorbankan banyak hal (waktu, tenaga, hingga uang) demi keluarga. Peringatan ini dapat menjadi reminder bagi kita bahwa mereka bukanlah sosok yang hanya memberi tanpa batas. Ibu memiliki hak untuk dihargai, diberdayakan, dan didukung untuk mencapai potensi penuh mereka. Prinsip kesalingan menciptakan hubungan yang adil dan setara, baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.
Feminisme dan Hari Ibu: Dukung Kerja Setara di Mana Saja
Feminisme menjadi gerakan yang mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan untuk memiliki kebebasan memilih dalam hidup perempuan. Menggunakan perspektif feminisme, kita dapat mengubah cara pandang terhadap perayaan ini.
Melalui cara pandang ini, kita dapat merenungkan bagaimana norma sosial dan budaya mempengaruhi perannya. Serta, bagaimana kita dapat membangun masyarakat yang lebih setara bahwa perempuan tidak hanya mendapatkan penghargaan karena peran mereka sebagai Ibu, tetapi juga sebagai individu dengan hak dan kebebasan yang setara.
Melalui pandangan feminisme, kita belajar untuk mengakui bahwa perannya seringkali tidak mendapatkan bayaran dengan adil. Bahkan dalam pekerjaan tertentu seringkali tidak mendapat pengakuan sebagai pekerjaan penting.
Dalam banyak kasus, pekerjaan domestik dan pengasuhan memang merupakan “tugas alami” perempuan, sementara kerja dalam ranah publik lebih mendapatkan penghargaan. Oleh karena itu, peringatan ini dapat menjadi kesempatan bagi kita bahwa perempuan yang bekerja baik dalam ranah domestik atau publik layak untuk mendapatkan penghargaan yang sama.
Makna hari Ibu harus kita pahami lebih dari sekadar perayaan tahunan tentang pengorbanan dan cinta tanpa syarat. Peringatan ini menjadi kesempatan untuk menyusun ulang makna penghargaan terhadap perempuan, terutama menghargai perannya dalam konteks relasi kesalingan. Dengan cara tersebut, perayaan ini tidak hanya menjadi perayaan tahunan saja, tetapi juga perayaan untuk kesetaraan dan pemberdayaan perempuan.
Mari menggunakan momen ini untuk menghargai perempuan dalam segala peran, baik sebagai Ibu, anak, maupun individu yang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan dan pemberdayaan. Karena, pada akhirnya, penghargaan terhadap peran perempuan menjadi langkah besar untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan setara. []