• Login
  • Register
Senin, 9 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Refleksi Ramadan: 3 Tingkat Kesadaran Kemanusiaan Perempuan

Islam adalah agama yang berkeadilan dan tidak membebani perempuan dengan kewajiban yang tidak proporsional.

Firda Imah Suryani Firda Imah Suryani
06/03/2025
in Personal
0
Kesadaran Kemanusiaan Perempuan

Kesadaran Kemanusiaan Perempuan

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ramadan adalah momentum refleksi kemanusiaan. Bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kepekaan terhadap ketidakadilan yang masih menjerat berbagai kelompok masyarakat, termasuk perempuan. Dalam konteks ini, gagasan Dr Hj Nur Rofiah Bil Uzm mengenai tiga tingkat kesadaran kemanusiaan perempuan menjadi relevan untuk kita renungkan.

Tingkat kesadaran pertama, yaitu perempuan dianggap bukan manusia, masih memiliki jejak dalam budaya dan kebijakan di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara, perempuan masih mendapat perlakuan sebagai properti, dijual dalam perdagangan manusia, atau tidak memiliki hak legal yang setara dengan laki-laki. Bahkan di lingkungan yang lebih modern, bias ini tetap hidup dalam bentuk eksploitasi dan pelecehan yang sering terabaikan.

Kesadaran kedua adalah ketika perempuan baru terakui sebagai manusia jika memiliki kesamaan dengan laki-laki. Ini tercermin dalam ketidakpedulian terhadap masalah spesifik perempuan, seperti tingginya angka kematian ibu melahirkan. Banyak pihak masih menganggapnya sebagai risiko alami yang harus ditanggung perempuan. Bukan sebagai problem kemanusiaan yang memerlukan solusi sistemik.

Kesadaran ketiga, yaitu tingkat tertinggi, melihat perempuan dan laki-laki sebagai manusia dengan standar kemanusiaan yang sama. Termasuk memperhatikan kekhasan biologis dan sosial perempuan. Islam sendiri telah memberikan contoh dalam hal ini. Misalnya, dalam ibadah Ramadan, perempuan mendapat dispensasi saat menstruasi, menunjukkan bahwa Islam mengakui kondisi khas perempuan tanpa mengurangi nilai ibadah mereka.

Beban Ganda Perempuan

Fenomena di bulan Ramadan juga mencerminkan tiga tingkat kesadaran ini. Salah satu contoh konkret yang relevan adalah masih kuatnya beban ganda yang perempuan alami selama bulan Ramadan. Di banyak keluarga, perempuan tidak hanya menjalankan ibadah puasa, tetapi juga harus mengurus persiapan sahur dan berbuka. Lalu mengelola rumah tangga, serta tetap menjalankan pekerjaan profesionalnya.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

Bekerja adalah Ibadah

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

Situasi ini menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan yang mengakar dalam pembagian peran domestik dan publik. Di mana seharusnya menjadi perhatian serius dalam kesadaran kemanusiaan perempuan.

Selain itu, fenomena meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) selama Ramadan juga menjadi sorotan penting. Beberapa studi menunjukkan bahwa tekanan ekonomi, perubahan pola tidur, dan ekspektasi sosial selama Ramadan dapat meningkatkan risiko KDRT, yang mayoritas korbannya adalah perempuan.

Dalam konteks ini, masih banyak masyarakat yang melihat KDRT sebagai masalah pribadi dan bukan problem kemanusiaan. Fakta ini menunjukkan bahwa kesadaran kemanusiaan perempuan masih berada pada tingkatan kedua.

Refleksi Ramadan

Pandangan ulama KH. Husein Muhammad menekankan bahwa keadilan gender dalam Islam bukan hanya soal kesetaraan formal, tetapi juga mengakui pengalaman unik perempuan sebagai bagian dari standar kemanusiaan yang adil.

KH. Husein Muhammad sering menyuarakan pentingnya tafsir agama yang adil gender, yang tidak hanya melihat perempuan sebagai subjek hukum yang pasif tetapi juga sebagai individu yang memiliki hak penuh dalam aspek kehidupan sosial dan keagamaan.

Ulama lain, seperti Syekh Abdullah bin Bayyah, menegaskan bahwa Islam adalah agama yang berkeadilan dan tidak membebani perempuan dengan kewajiban yang tidak proporsional. Konsep ini penting dalam memahami bagaimana perempuan selama Ramadan seharusnya tidak hanya kita pandang sebagai pelayan dalam rumah tangga. Tetapi juga sebagai individu yang memiliki hak spiritual dan sosial yang sama dengan laki-laki.

Maka, refleksi Ramadan seharusnya tidak berhenti pada ibadah ritual semata, tetapi juga menjadi momentum meningkatkan kesadaran kemanusiaan perempuan. Sudah saatnya kita bertanya, apakah perempuan benar-benar sudah dipandang sebagai manusia secara utuh?

Ataukah masih ada bias yang menghalangi keadilan sejati bagi perempuan? Ramadan bukan hanya ajang berpuasa, tetapi juga kesempatan untuk membangun kesadaran bahwa keadilan bagi perempuan adalah bagian dari keadilan sosial yang diperintahkan oleh Islam. []

 

Tags: Beban Ganda PerempuanDr. Nur RofiahibadahKesadaran Kemanusiaan Perempuanpuasaramadan
Firda Imah Suryani

Firda Imah Suryani

Saya perempuan bukan aib masyarakat, bukan juga orang kriminal.  Pengemar musik indie dan pemakan sayuran.

Terkait Posts

Tragedi Sejarah

Menolak Lupa, Tragedi Sejarah Kekerasan terhadap Perempuan

9 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji yang

    Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan yang Terlupakan di Balik Ritual Agung Haji
  • Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih
  • Islam dan Kemanusiaan
  • Refleksi Hari Raya Iduladha: Setiap Kita Adalah Ibrahim, Setiap Ibrahim punya Ismail
  • Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID