• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Kholidin menulis sejarah bukan dengan tinta, tapi melalui keberanian dan menjadikan panahan bukan sekadar olahraga, tapi perlawanan terhadap batasan

Achmad Sofiyul Achmad Sofiyul
05/07/2025
in Pernak-pernik
0
Kholidin

Kholidin

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Meskipun hanya dengan satu tangan, Kholidin bersikeras memborong emas dan melalap angin panahan Asia. Itu sangat luar biasa. Bagi saya sudah terlalu muak melototin kasus-kasus di Indonesia yang terus menghantui kesengsaaraan rakyat bawah, sehingga lupa dengan ukiran prestasi deretan penerus bangsa yang berpotensi.

Dinamika sosial media Indonesia mayoritas tampak usang ketika menyajikan berita prestasi dengan membawa nama baik Indonesia pada kancah Internasional. Hemat saya, medium taraf fyp hanyalah berita-berita yang receh dan kurang memunculkan prestasi baru.

Bagaimana tidak? Yang ramai lewat medsos dapat saya pastikan mayoritas konten-konten jogetan,  damn gerrr ungkerhhh dengan gerak cakar tangan yang mempesona itu, flexing tabur-tabur uang, dan sebagainya. Meskipun ada konten edukatif, Kesehatan, seni , tutorial dan trik yang lebih reflektif.

Berita yang menyajikan prestasi kerap termarginalisasi dalam algoritma media, seperti Kholidin Setiawan, Paralimpiade Indonesia, February lalu ia menyabet medali emas dan dua perak pada Asian Para Cup World Ranking Tournament 2025. Jarang informasi ini fyp di semua kalangan, paling juga hanya media-media Nasional yang menyuarakan, alamakkk!

Kholidin, Disabilitas dan Panahan

Kholidin tumbuh di Jakarta dan menjalani kehidupan sederhana. Sebelum terjun ke dunia olahraga, ia adalah pedagang kaki lima yang menjual bubur ayam di kawasan Sarinah. Seperti banyak warga pekerja keras di kota besar, hidupnya penuh perjuangan. Sambil berjualan, ia juga menekuni olahraga panahan. Namun stabil hingga sebuah kejadian mengubah segalanya.

Baca Juga:

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

Ia awalnya bukan seorang penyandang disabilitas, namun Tahun 2017, Kholidin mengalami kecelakaan saat memanjat pohon kelapa. Ia terjatuh dan mengalami luka serius yang berujung pada amputasi tangan kanannya. Peristiwa itu menjadi pukulan telak. Ia sempat terpuruk dan merasa masa depannya tertutup.

“Saat itu saya sudah pasrah, berdoa, kalau masih dikasih kesempatan untuk hidup, meminta supaya hidup saya bermanfaat,” ucap Kholidin.

Sejak saat itu ia termasuk dalam kategori disabilitas karena kecelakaan, bukan bawaan dari lahir. Dengan keterbatasannya ia terus berdikari dalam kehangatan busur panah.

Kemudian, dengan semangat dan kegigihannya ia melanjutkan untuk berlatih panahan dengan Ikhlas dan konsisten. Tidak sia-sia, ia menorehkan juara dan medali emas dalam berbagai ajang kompetisi nasional, meskipun beberapa kali gagal di Internasional.

Satu Tangan dan Gigi : It is Senjata

Keterbatasan fisik tidak membuatnya mundur. Dengan kreativitas dan ketekunan luar biasa, Kholidin belajar menarik tali busur dengan giginya sebuah teknik yang sangat langka, bahkan di kalangan atlet para panahan.

Ia melatih kekuatan rahang, leher, dan keseimbangan tubuh selama berbulan-bulan. Ia juga belajar fokus dan membaca arah angin dengan presisi tinggi. Teknik unik ini membuatnya dikenal luas, bukan hanya karena keberaniannya, tetapi karena efektivitasnya.

Ia menepis anggapan bahwa kekurangan menunjukkan keterbasan dengan membuktikan bahwa dalam keterbatasan, bisa lahir ketangguhan. Bahwa di balik kehilangan, bisa tumbuh kekuatan. Dan bahwa selama seseorang berani membidik harapan, tak ada sasaran yang terlalu jauh.

Oleh karena itu secara umum disabilitas bukanlah hambatan, namun tantangan melatih mental dan memperbaiki pikiran untuk tumbuh berkembang dengan meninggalkan sifat karitatif. Dari Kholidin kita belajar berdiri dan berbagi semangat untuk ribuan penyandang disabilitas yang tak gentar bermimpi.

Emas yang ia raih bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk setiap orang yang pernah dianggap “tidak mampu”. Ia menulis sejarah bukan dengan tinta, tapi melalui keberanian dan menjadikan panahan bukan sekadar olahraga, tapi perlawanan terhadap batasan. []

Tags: Atlet OlahragaDifabelDisabilitasInspiransiKholidinolahragaPanahan
Achmad Sofiyul

Achmad Sofiyul

Bernafas, nir-intelektuil, dan suka eksis di IG @achmadyullllll_

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID