Pada masa Rasulullah yang kerap sekali terjadinya peperangan dalam rangka berjuang untuk menyebarkan ajaran Agama Islam, banyak peristiwa yang bisa dijadikan bahan refleksi kita bersama khususnya kisah-kisah perempuan pejuang pada zaman itu. Ketika zaman sekarang anggapan bahwa tingkat keshalihan perempuan diukur dari perannya di rumah, kita jangan melupakan sejarah di zaman Rasulullah di waktu awal penyebaran agama Islam.
Perempuan turut andil terjun di medan perang untuk memberikan kontribusi baik secara fisik, pemikiran ataupun hal yang lain. Akan tetapi dalam peristiwa peperangan, peran yang paling dibutuhkan adalah tenaga kesehatan sebagai pelabuhan utama dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para sahabat yang berperang. Perempuan yang dikenal sebagai perawat pertama dalam Islam yakni Rufaidah Al-Aslamiyah.
Sejarah mencatat, Islam masuk ke Madinah sekitar tahun 622 M/ 1 H, tepatnya pada 12 Rabiul awal tahun ke 13 kenabian. Kabar mengenai adanya ajaran Islam sudah lama terdengar oleh masyarakat Madinah. Dikisahkan oleh Ahmad Syauqi Al-Fanjuri bahwa Rufaidah sudah mengetahui adanya seorang rasul yang membawa risalah baru dari Mekah yang membawa perubahan bagi para pemeluknya, terutama ajakannya untuk meninggalkan yang batil dan mengajak manusia kepada kebajikan. Rufaidah pada saat itu begitu tertarik dengan kabar tersebut, hingga akhirnya ia memluk agama Islam.
Rufaidah Al-Aslamiyah berbaiat kepada Nabi Muhammad saw setelah hijrah ke Madinah. Saat itu, ia termasuk ke dalam golongan pertama yang masuk Islam. Ia mengambil peranan penting ketika Islam telah masuk ke kota Madinah. Hal ini juga berdasarkan latar belakang kemampuannya di bidang kesehatan. Peranan ia terbagi menjadi tiga, yakni ketika sebelum peperangan Islam, peperangan Islam dan pasca peperangan Islam.
Sebelum Peperangan
Sebelum peperangan Islam sekitar tahun 622 M, Rufaidah merubah metode pengobatan yang diajarkan oleh ayahnya dengan menyesuaikan ajaran Islam. Perubahan itu terkait dua hal. Pertama, terkait dengan tempat yang biasanya dijadikan oleh ayahnya sebagai tempat pengobatan. Ia membersihkan tempat itu menjadi nyaman, higienis, dan bersih.
Tempat itu dulunya sangat kotor sehingga kenyamanan pasien tidak diperhatikan. Perubahan ini dilakukan atas dasar ajaran Rasulullah saw bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan kebersihan. Karena kebersihan sebagian dari iman. Maka tidak salah jika anjuran tentang kebersihan hingga saat ini masih melekat pada orang-orang untuk selalu menjaga kebersihan.
Kedua, menghilangkan jampi-jampi dan jimat untuk mengobati pasien. Menurut ajaran Islam itu bersifat syirik. Hal ini merupakan salah satu dosa besar. Ia menggantinya dengan doa-doa dan shalawat yang diajarkan Rasulullah kepadanya. Atas perubahan-perubahan itu ia memiliki keutamaan pada zamannya. Ia melakukan pengobatan kepada setiap pasien-pasiennya selalu diiringi dengan berdakwah tentang keutamaan Islam. Ia meminta kepada pasiennya yang sedang terkena penyakit untuk meminta perlindungan Allah atas apa yang telah di deritanya.
Di tahun yang sama, ia juga telah mendirikan sekolah keperawatan pertama di dunia Islam meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan. Ia memimpin dan sekaligus mendidik para wanita muslim di bidang keperawatan atas izin dari Rasulullah Saw. Maka dari itu, ia tidak hanya menghasilkan perawat tetapi juga mengikuti perintah Nabi Muhammad saw untuk memajukan pendidikan bagi para gadis dan wanita muslim.
Ia dipercayai sebagai pendiri sekolah perawat pertama bagi wanita serta menjadikan perempuan terdidik. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa dalam dunia karir seorang perempuan, ia bukan hanya terfokus pada pencapaian atas diri dan kemampuannya saja. Akan tetapi, melalui usahanyalah, ia bisa merangkul perempuan lain, minimal bisa sama dengan dirinya.
Waktu Peperangan
Peperangan Islam terjadi pada tahun 623-630 M. Rufaidah pada saat itu mendirikan Rumah sakit lapangan Rufaidah adalah tenda palang merah pertama dalam sejarah manusia. Rumah sakit ini biasa digunakan ketika peperangan karena dapat berpindah-pindah. Rumah sakit ini juga dikelola oleh paramedis wanita yang terlatih.
Rasulullah saw memerintahkan para sahabat yang terluka ketika peperangan untuk datang ke tenda Rufaidah. Rumah sakit ini kemudian dikenal dengan nama Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah) yang kemudian menjadi latar belakang penyebutan Rufaidah sebagai Mummaridah al-Islam al-Ula (Perawat Wanita Pertama dalam Sejarah Islam).
Kisah tentang Rufaidah ini ditulis oleh Al-Bukhari dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad, berikut terjemahannya: Dari Mahmud bin Labid, ia berkata: “Ketika Sa’ad terluka parah dalam perang Khandaq, umat Islam membawanya kepada seorang perempuan yang bernama Rufaidah, yang memiliki kepandaian dalam mengobati orang-orang yang terluka. Kemudian saran itu dipenuhi, hingga apabila Rasulullah saw. melewatinya pada sore hari, beliau bertanya kepada Sa’ad, “Bagaimana kabarmu sore ini?” dan jika beliau menjenguk di pagi hari, Rasulullah saw. bertanya, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?” Lalu Sa’ad memberikan jawaban kepada Rasulullah saw.”
Pasca Peperangan Islam
Setelah peperangan selesai, ia masih tetap melayani masyarakat untuk memberikan pelayanan pengobatan. Ia tidak hanya sekedar merawat pasien semata, lebih dari itu, jiwa sosialnya sebagai pemerhati pendidikan perempuan, anak yatim, orang miskin membuat ia selalu membantu dan merangkul sesama.
Kisah Rufaidah ini menjadi teladan kita bersama, khususnya bagi perempuan masa kini. Menjadi perempuan karir, bukanlah sebuah hal yang tabu, apalagi menganggap sebuah keshalihan perempuan diukur dari peran domestik yang dilakukan. Padahal sejak zaman Rasululllah saw, perempuan turut andil terhadap peperangan dalam penyebaran agama Islam meskipun tupoksinya berbeda antara perempuan yang satu dengan yang lain. []