Mubadalah.id – Isu inklusivitas kini menjadi salah satu tantangan utama dalam strategi komunikasi digital. Hal itu menjadi pembahasan utama dalam Webinar: Strategi Kampanye Inklusivitas di Media Sosial yang digelar Jumat (19/9/2025) melalui Zoom Meeting.
Kegiatan ini menghadirkan Ainun Chomsun, seorang Digital Communication Strategist, sebagai pembicara utama, dengan dimoderatori oleh Yuyun Apriani dari AMM 2025.
Dalam paparannya, Ainun berbagi pengalaman panjangnya dalam merancang kampanye inklusivitas di erea digital. Ia menekankan bahwa media sosial tidak hanya alat komunikasi, melainkan ruang publik yang membentuk opini dan menggerakkan masyarakat.
“Strategi kampanye yang inklusif berarti menghadirkan narasi yang tidak hanya mewakili kelompok besar. Tetapi juga memberi ruang bagi suara-suara yang kerap terpinggirkan,” ujarnya.
Ainun menyoroti perkembangan lanskap media sosial yang begitu cepat. Video pendek kini mendominasi arus konten. Sementara perubahan algoritma melahirkan fenomena micro influencer yang mampu menjangkau audiens dengan kedekatan emosional.
Di Indonesia, katanya, karakteristik penggunaan media sosial pun unik. “Kita tidak bisa mengabaikan kekuatan platform percakapan seperti WhatsApp dan Telegram, karena justru di situlah komunikasi komunitas banyak terbangun,” tambahnya.
AI
Selain platform tersebut, Ainun juga menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan teknologi baru. Kecerdasan buatan (AI) dinilai krusial untuk manajemen krisis, perencanaan konten, dan analisis data. Namun, ia mengingatkan agar penggunaannya tetap dengan kerangka berpikir yang jelas.
“AI hanyalah alat. Tanpa strategi dan arah yang kuat, ia tidak akan memberi dampak berarti,” tegasnya.
Lebih jauh, diskusi juga menyentuh soal strategi branding organisasi. Ainun menekankan perlunya membangun narasi yang konsisten di seluruh platform, diperkuat identitas visual yang kuat.
Menurutnya, organisasi masyarakat sipil bisa belajar dari praktik branding perusahaan swasta, tanpa kehilangan nilai inklusif yang menjadi kekuatan utama.
“Bahasa yang kita gunakan harus membumi, dekat dengan keseharian audiens. Kita perlu menyeimbangkan antara konten empati dengan pesan yang berorientasi pada perubahan nyata,” jelas Ainun.
Kemudian Ainun juga menekanan tentang pentingnya membuat kalender konten dan produksi materi yang relevan serta konsisten. Strategi ini, ia yakini bukan hanya membangun kesadaran publik. Tetapi juga mampu mendorong perubahan sosial. []