• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Sosok dan Teladan Gus Dur Relevan terhadap Setiap Problem Bangsa

Pemikiran, perjuangan, dan bahkan diri Gus Dur sendiri masih tetap relevan untuk kehidupan bangsa ini melampaui kehadiran fisiknya.

Redaksi Redaksi
10/12/2020
in Aktual, Figur
0
116
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa hari terakhir ini, masyarakat Indonesia kembali menengok pernyataan yang telah disampaikan oleh KH Abdurrahman Wahid, ketika Kementerian Sosial kembali menorehkan kasus korupsi yang sangat besar.  Pernyataan yang disampaikan Gus Dur soal korupsi Departemen Sosial, kini kembali menjadi relevan. Pemikiran, perjuangan, dan bahkan diri Gus Dur sendiri masih tetap relevan untuk kehidupan bangsa ini melampaui kehadiran fisiknya.

Hal itu ditegaskan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid dalam orasi kebangsaan saat pembukaan Temu Nasional (Tunas) Gusdurian 2020, secara virtual, pada Senin (7/12) malam. Acara yang bertema Menggerakkan Masyarakat Memperkuat Indonesia ini juga disiarkan langsung melalui Facebook KH Abdurrahman Wahid. “Kita tidak pernah sempat melupakan beliau karena setiap kali ada perjalanan bangsa ini, kita sering teringat lagi kepada beliau. Apalagi kita-kita ini, murid-muridnya, orang-orang yang mendaku penerus perjuangan Gus Dur,” tegasnya.

“Malam ini sangat istimewa untuk orang-orang yang mendaku, mengikuti, dan menapaki jejak perjuangam Gus Dur ini. Dua setengah tahun lalu kita berkumpul, dan keinginan untuk kembali berkumpul seperti dulu sangat kuat. Saya memahami itu,” kata Alissa. Ia mengaku tahu persis bahwa para penggerak Gusdurian di seluruh Indonesia, bahkan dunia, tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Jaringan Gusdurian.

Terlebih soal finansial atau jabatan yang membuat orang menjadi lebih terpandang. “Jaringan Gusdurian tidak bisa memberikan jabatan yang membuat kita menjadi orang lebih terpandang dan harus berpenampilan parlente. Jaringan Gusdurian tidak bisa memberikan kekuasaan dan akses. Saya paham betul teman-teman menyadari ini,” ujarnya.

Menurutnya, momen Tunas Gusdurian ini merupakan pertemuan yang sangat ditunggu-tunggu karena mampu menambang semangat, cinta, dan pemahaman baru atas berbagai hal. Tunas Gusdurian juga mampu memperkuat, merevitalisasi, dan menyegarkan kembali semangat perjuangan Gusdurian.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

“Saya paham dan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang pada malam hari ini akhirnya pertemuan kita saat ini hanya bisa dilakukan secara daring. Belum saatnya kita untuk berkumpul bersama. Ini adalah cara baru untuk berkumpul,” ungkap putri sulung Gus Dur ini. Suku bangsa Gusdurian Dalam orasinya, Alissa mengutip ungkapan salah seorang pakar fenomenologi bahwa di masa teknologi informasi dan globalisasi seperti sekarang ini, suku di dunia sudah tak lagi bisa diidentifikasi dari lokasi geografis tempat tinggal atau dari aliran darah yang dimiliki.

“Tetapi dari denyut ideologi dan dari kesamaan minat. Di masa sekarang, orang Jawa bisa kita temukan di Nigeria. Orang Arab bisa kita temukan di Puncak. Orang Eskimo bisa saja kita temukan di Yogyakarta. Orang Batak bisa kita temukan di Selandia Baru atau di Tanjung Harapan, atau di mana pun. Karena dunia sudah menjadi sangat global,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Alissa, suku tidak lagi terbentuk dari kesamaan darah, nasab, dan lokasi. Namun suku baru di zaman ini dibentuk oleh kesamaan ideologi, nilai-nilai, dan kesamaan minat.  Menurutnya, selama sepuluh tahun ini para gusdurian dari seluruh penjuru mata angin telah membuktikan diri sebagai sebuah yang solid dan sinergis. Suku yang tak letih untuk berjuang untuk idealismenya. “Mungkin suatu ketika nanti, kita juga akan bisa menjadi bangsa,” pungkasnya. []

Source: https://www.nu.or.id/post/read/125159/sosok-dan-teladan-gus-dur-relevan-terhadap-setiap-problem-bangsa
Via: https://www.nu.or.id/post/read/125159/sosok-dan-teladan-gus-dur-relevan-terhadap-setiap-problem-bangsa
Tags: haul gus durJaringan GusduriankemanusiaanKH. Abdurrahman WahidPerdamaianTunas 2020
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Ekoteologi

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

13 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rumah Tak

    Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID